Dalam perjalanan, Hani mengajak Dinda mengambil gaun ke butik Ibu Windi, namun sebelumnya mereka ke mall terlebih dahulu. Lagi asyik memilih-milih baju dan sebagainya, secara tidak sengaja Dinda bertemu dengan Ica, Rico, Galang dan Dion.
“eeh kaliaan, kalian mau kemana?” tanya Dinda.
Mereka ber empat saling bertatapan.
“mmm udah ya kita buru-buru daaa...” jawab Ica buru-buru pergi.
Mereka cepat-cepat pergi meninggalkan Dinda, sehingga Dinda jadi bengong sendiri.
“huuuh hampir aja ketauan” ucap Rico mengelus dada.
“maaf ya guys gue telat” celetuk Senja yang baru datang menghampiri mereka.
Ternyata mereka ingin mempersiapkan surprise untuk ulang tahun Dinda yang akan diadakan besok malam.
“santai aja, kita juga baru nyampe kok” Ica menjelaskan.
“eh gimana kalau kita sambil makan aja” Dion memegangi perutnya yang sudah keroncongan.
“HAHAHAA...” sontak mereka tertawa mendengar perut Dion berbunyi, lalu pergi ke cafe terdekat.Didalam toko bunga, Raga sedang membantu Ibunya merapikan beberapa bunga yang belum tersusun.
“gimana dengan kuliah kamu?” tanya Sekar membuka obrolan.
“alhamdulillah baik bu” jawab Raga. “oia bu, Raga mau nyari alamat Senja”
“kamu mau nyari alamat Senja sama siapa?” tanya Sekar lagi.
“ya sendiri bu, memangnya Ibu mau nemenin Raga?”
“ya Ibu mau, tapi lagi banyak pesenan yang harus Ibu kerjain”
“udah Ibu nggak usah repot-repot, Raga bisa kok sendiri”
“ya sudah kalau begitu kamu hati-hati ya”
“iya bu” Raga mencium tangan Ibunya, lalu bergegas pergi.
Sesampainya di Rumah Sakit yang pertama, Raga mendatangi bagian administrasi.
“maaf sus, saya mau ketemu sama Dr. Anwar”
“oh maaf disini nggak ada yang namanya Dr. Anwar” ucap pelayan administrasi.
“makasih sus” Raga kemudian pergi.
Sampai di Rumah Sakit yang ke dua, Raga juga mendatangi bagian administrasi.
“sus, apa disini ada Dr. Anwar?” tanya Raga.
“disini nggak ada Dr. Anwar, adanya Dr. Arman” jelasnya.
“nggak ada ya sus, mmm makasih sus” dengan perasaan kecewa, Raga pergi dengan langkah lesu.
Raga duduk dihalte pinggir jalan. Karena merasa haus, ia pun membeli air mineral yang berada dipinggir jalan dan kembali duduk dihalte sambil sesekali meneguk minumnya.
“aku harus nyari Dr. Anwar kemana lagi” lirihnya menghela nafas.
Disaat itu juga beberapa preman yang pernah berkelahi dengannya waktu itu melihat Raga dari kejauhan.
“heeh, coba lo liat itu” ucap salah satu dari mereka menunjuk Raga.
“mana?” tanya yang satunya.
“itu kan yang ngalahin kita waktu itu”
“iya bener, enaknya kita apain?”
“ssssst...” salah satu dari mereka diam-diam mendekati Raga dan menyekapnya dari belakang.
Raga mencoba melawan tapi preman itu terus memeganginya dari belakang, sehingga ia agak kesulitan. Preman-preman itu terus menghajarnya. Bahkan ada yang memukul wajahnya, namun akhirnya Raga bisa melepaskan diri dan menyerang balik. Preman-preman itu pun kabur kocar kacir.
“JANGAN KABUR WUUY...” teriak Raga mengejarnya, kemudian berjalan meringis memegangi pipi.Di Rumah Sakit, telepon diruangan Anwar berbunyi.
“hallo” jawab Anwar mengangkat telpon.
“ada pasien yang harus segera ditangani dok”
“baik saya segera kesana” Anwar kemudian menutup telponnya.
Tampak seorang kakek terbaring tak berdaya diruangan ICU. Setelah diperiksa oleh Anwar, kakek tersebut ternyata mengalami koma. Anwar meminta suster untuk mempersiapkan alat untuk memeriksa denyut jantungnya.
Senja dan teman-temannya sedang mengendarai motornya menuju jalan pulang. Ica berboncengan dengan Senja, Rico berboncengan dengan Galang, sementara Dion sendirian. Namun dipersimpangan mereka berpisah karena berbeda arah. Senja mengantar Ica sampai ke rumahnya.
“masuk dulu yuk, nyokap juga lagi nggak ada” ucap Ica.
“emang nyokap lo kemana?” tanya Senja.
“lagi diluar kota”
“mmm next time aja deh, soalnya gue lagi banyak tugas”
“cieee yang mau jadi ketua UKM” ledek Ica dengan riang. “semangat ya”
Senja pun tersenyum dan berkata ”bye...”
Didalam showroom, tampak Raga mendekati Akbar yang asyik mengamati semua mobil-mobil sport yang sengaja dipajangnya. Raga menyapa Akbar sambil tersenyum.
“lho, muka kamu kenapa?” Akbar kaget melihat wajah Raga sedikit lebam.
“biasa yah, namanya juga abis latihan tinju”
“ooh, kirain kamu berantem, oia menurut kamu, mana yang cocok untuk ajang event kita nanti?” tanya Akbar lagi.
“serius Ayah mau ngadain event itu”
“ya serius dong, memangnya kamu nggak liat di media sosial, kalau Ayah sudah mengadakan pendaftaran”
Raga membuka handphone mencari iklan event modifikasi mobil sport di media sosial.
“HAAH, hadiahnya 100 juta yah” Raga terkejut melihatnya.
Raga langsung mengamati mobil sport yang terpajang tersebut satu per satu, namun matanya tertuju pada salah satu mobil sport yang memang sangat keren, dengan warna yang cerah.
“yang ini aja yah, cocok banget nih keren lagi” tunjuk Raga semangat.
“ini keluaran terbaru dari America, mesinnya memang luar biasa”
Nadira yang ingin masuk memberi laporan tentang event tersebut menghentikan langkahnya setelah melihat Raga.
“kok dia bisa ada disini, duuuh gimana ya” pikirnya menutupi wajahnya dengan dokumen, lalu ia cepat-cepat kembali ke ruangannya memakai masker.
Nadira lalu mengantarkan rekapitulasi pendaftaran event modifikasi mobil sport yang akan diselenggarakan beberapa hari lagi. Dengan tenang ia mendekati Akbar dan Raga menggunakan masker penutup wajah.
“ini rekapannya pak” ucap Nadira memberikan dokumen yang berisi rekapitulasi orang-orang yang sudah mendaftar.
“banyak juga ya” Akbar melihat jumlah pendaftarnya.
“kalau gitu saya permisi” Nadira melirik Raga sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Senja dan Raga
General FictionDua remaja kembar yang menyukai cowok yang sama. Namanya Senja Purnama dan Nadira Purnama. Senja sudah berteman dengan Fajar Abdiraga dari sejak kecil, namun persahabatan mereka terhenti seketika Senja dibawa oleh papanya pindah ke Jakarta karena pa...