Saat mencuci muka, timbul otak jahil dihati Raga, ia kemudian memercikkan air itu ke wajah Senja.
“Fajar..., ooo minta dibales ternyata” dengan senang hati Senja membalasnya. “rasain nih, hahahaa...”
“udah ya plisss” Raga memohon. “oia nanti malam jangan lupa, di taman bermain, inget j a n g a n l u p a” sambil mengacungkan telunjuk.
“siap” seru Senja tersenyum tipis.
Raga membalas senyuman itu. “ya udah yuk”
Sibon menemui Anwar di rumah sakit. Tanpa diminta Sibon langsung duduk diruangannya.
“ada informasi apa?” tanya Anwar.
“sepertinya motor yang dikasih ke Nadira itu nggak pernah dipakek bos” jawab Sibon bergaya santai.
“masak sih” Anwar sepertinya ragu.
“soalnya saya liat Nadira pulang selalu jalan kaki bos” sahut Sibon sembari mengingat pada saat Nadira pulang kerja berjalan kaki. “mungkin dia nggak suka motor”
“tapi Nadira nggak tau kan kalau itu dari saya”
“saya yakin dia nggak tau bos”
“gimana seandainya Nadira berusaha mencari tau, bisa kacau rencana saya” Anwar mulai panik.
“permisi dok, ada pasien yang harus ditangani segera” ucap suster datang memegang dokumen.
“baik sus”
Suster keluar meninggalkan mereka.
“ya udah, pokoknya kamu awasin terus ya” perintah Anwar
“oke, saya permisi” mereka sama-sama keluar.
Didalam butik, Windi menjahit sambil melamun. Ia mengingat kembali pertemuannya dengan Senja didalam mall beberapa hari yang lalu.
“Auu...” tiba-tiba jarinya terkena tertusuk jarum.
“kamu kenapa win?” tanya Nadia mendekat. “ya ampun kok bisa sih, pasti kamu lagi banyak pikiran ya” ucap Nadia setelah melihat tangannya terluka.
“aku lagi nggak mikirin apa-apa kok” sahut Windi mengobati luka tersebut.
“lebih baik sekarang kamu istirahat, biar aku yang ngerjain semuanya ya” pinta Nadia.Didalam kamar, ternyata Senja juga memikirkan Windi saat memeluk dirinya.
“kenapa aku begitu nyaman dipeluk sama Ibu itu ya, ngerasa kayak dipeluk sama mama gitu, apa karena aku nggak pernah dipeluk sama seorang Ibu, makanya aku ngerasa kangen, tapi ini rasanya beda” pikirnya sambil duduk dikursi belajar.
Senja membuka laci meraih gelang yang sama seperti yang dipakainya, ia mengamati gelang itu. “kenapa aku seperti ada ikatan batin sama gelang ini” Senja menghela nafas dalam-dalam.
“gue cari-cariin taunya lo disini” ucap Ica masuk.
“eh ca” Senja menoleh kearahnya.
“sorry, tadi gue liat pintunya kebuka makanya gue langsung masuk aja”
“iya nggak apa-apa, lo sendiri?” tanya Senja melihat kearah pintu.
“iya sendiri” Ica duduk diatas kasur. “oia, kalau seandainya lo itu punya kembaran, gimana?”
“kembaran...” Senja mengerenyitkan dahi. “ya nggak mungkin lah gue punya kembaran, hehehee... lo ada-ada aja deh”
“kasih tau nggak ya, tapi tante Windi minta gue jangan dikasih tau dulu, mungkin tante Windi mau nyari waktu yang tepat kali ya” pikir Ica dalam hati.
“lo kenapa ca kok bengong?” tanya Senja heran.
“oh nggak, gue lupa tadi gue sebenernya mau beli oli motor, ya udah ya gue cabut dulu ya daah...” dengan gaya centil Ica keluar.
Didalam showroom miliknya, Akbar menunjukkan beberapa mobil sport kepada pelanggan baru. kalau dilihat dari penampilannya, pelanggan tersebut sepertinya pengusaha kaya. Sambil berlagak memeluk kedua tangan, pelanggan itu bingung mau pilih yang mana. Akbar menunjuk salah satu mobil sport yang didatangkan dari America. Akbar juga menjelaskan kalau kecepatan mobil tersebut sangat luar biasa.
“oke kalau gitu saya pilih yang itu saja, sesuai dengan rekomendasinya” ucap si pelanggan.
“oia mengenai pembayarannya, mau cash atau apa?” tanya Akbar.
Tampak si pelanggan tersebut sepertinya berpikir-pikir terlebih dahulu. “mmm gimana kalau dengan cek saja”
“boleh, mari pak” ajak Anwar menuju ruangannya.
Setelah berada diruangannya, si pelanggan mengeluarkan selembar cek yang ternyata sudah dipersiapkan. Ia menulis cek tersebut sesuai dengan nominal harga mobilnya, lalu memberikannya kepada Akbar.
“oke terimakasih banyak pak” ucap Akbar menjabat tangannya.Malampun tiba, terlihat ditaman bermain, Raga mencari sosok Senja diantara keramaian, namun sepertinya belum muncul. Ditempat yang sama ternyata Nadira juga tengah menunggu Robby.
“akhirnya datang juga” pikir Raga mendekatinya, lalu memeluknya dengan erat.
Nadira tidak menyangka kalau Raga yang memeluknya, tapi ia hanya diam saja. Dan dari tempat yang tidak jauh, Senja terkejut saat melihat Raga tengah memeluk seseorang, namun ia tak melihat wajah Nadira karena posisi membelakanginya.
“Raga...” dengan penuh kecewa Senja mendekat.
“Senja...” sambil terbata-bata Raga kaget melihat Senja, didalam hati ia sangat bingung siapa yang kini tengah dipeluknya.
Perlahan-lahan Raga melepaskan pelukannya, ia sangat terkejut ketika melihat wajah Senja sangat mirip dengan orang yang baru saja dipeluknya. Terlebih lagi dengan Senja dan Nadira, mereka benar-benar syok saling bertatapan.
“apa..., apa aku punya kembaran?” gumam Senja sembari memegangi wajah.
“jadi kalian ini kembar?” tanya Raga kebingungan bergantian menatap antara Senja dan Nadira.
“mmm aku Nadira, maaf..., kalau tadi kamu berpikir kalau aku ini Senja” dengan perasaan gugup Nadira melirik Raga sesaat. “permisi” Nadira kemudian pergi terburu-buru meninggalkan mereka.
Senja dan Raga benar-benar bingung dibuatnya.
“TUNGGU...” Senja memanggilnya, tapi Nadira tidak menghiraukannya.
“apa kamu punya kembaran?” tanya Raga penasaran.
“aku juga nggak tau, kenapa ada yang mirip banget sama aku” Senja benar-benar bingung.
Raga menggenggam kedua tangan Senja. “sayaang..., maafin aku ya..., tadi aku pikir kalau...”
“oke kali ini aku maafin” potong Senja dengan cepat. “tapi lain kali jangan sampai kamu salah orang lagi” Senja sedikit mengancam sambil menunjukkan wajah cemberut tapi menggemaskan.
“iya-iya aku janji” seru Raga mencubit pipinya dengan gemas.
“apa jangan-jangan gelang yang kamu temuin waktu itu ada kaitannya dengan semua ini” pikir Senja sambil mengingat inisial gelang itu. “aku yakin papa pasti nyembuyiin sesuatu, aku harus pulang, aku harus tanya langsung sama papa”
“ya udah aku anterin ya” Raga menawarkan diri.
“nggak usah aku kan bawa mobil” tolak Senja halus, kemudian buru-buru pergi.
“aku harus ikutin Senja, aku nggak mau terjadi apa-apa sama Senja, apalagi pikirannya pasti lagi kacau” Raga berbicara sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Senja dan Raga
General FictionDua remaja kembar yang menyukai cowok yang sama. Namanya Senja Purnama dan Nadira Purnama. Senja sudah berteman dengan Fajar Abdiraga dari sejak kecil, namun persahabatan mereka terhenti seketika Senja dibawa oleh papanya pindah ke Jakarta karena pa...