part 16

81 5 0
                                    

Di rumah Nadira, Nadira menghampiri Ibunya yang masih sibuk menjahit, tapi nampak Windi sepertinya kelelahan.
“bu..., Ibu pasti kecapean ya, sebaiknya Ibu istirahat, Nadira nggak mau kalau sampai Ibu sakit”
“Ibu nggak apa-apa, lho kening kamu kenapa?” tanya Windi melihat keningnya.
“tadi kejedut pintu bu, oia ini buat Ibu” sambil menyerahkan amplop hasil gaji pertamanya, Nadira tersenyum.
Windi membuka amplop tersebut. ”ini uang dari mana nad?”
“Ibu nggak usah khawatir, ini hasil gaji pertama”
“maafin Ibu ya nak, Ibu belum bisa ngebahagiain kamu” Windi tampak sedih.
“Ibu kok ngomongnya gitu sih, Ibu selalu ada disisi Nadira itu udah buat Nadira bahagia bu” tatapnya dalam-dalam.
“ya sudah sekarang kamu sholat dulu gih”
Nadira mengangguk dan masuk ke kamarnya melaksanakan sholat Isya.
“terimakasih ya Allah..., engkau telah memberikan malaikat terindah kepadaku, seandainya saja mas Anwar tidak meninggalkan kami, mungkin Nadira akan lebih bahagia” lirih Windi sambil meneteskan air mata.

Malam semakin larut.Di ruang tamu, Dinda nampak panik.
“kok jam segini mama belum pulang juga sih, di telponin nggak aktif-aktif kenapa ya?” ia lalu menghubungi satpam di kantor mamanya.
“pak mama Hani masih di kantor nggak? kok udah jam segini belum pulang juga” ucap Dinda cemas.
“dari tadi sih belum keliatan, tapi coba saya cek sebentar ya”
“iya pak” Setelah dicek ternyata Hani ketiduran diruangannya. “aduh bu Hani tidur lagi, bangunin atau nggak ya” satpam kebingungan. Perlahan-lahan ia mendekatinya.
“bu..., bu Hani...”
“ada apa ya?” Hani langsung terjaga.
“non Dinda barusan telpon nanyain Ibu”
Hani langsung melihat jam. ”Astaghfirullahaladzim udah jam segini”. Hani langsung keluar bersama satpam mengunci pintu dan segera pulang.
“sepertinya bu Hani kelelahan makanya sampai ketiduran di kantor” ucap pak satpam sambil kembali ke pos.
Setelah sampai di rumah, Dinda sedikit lega melihat kedatangan Hani.
“mama..., Dinda khawatir tau nggak”
“maafin mama ya tadi mama ketiduran dikantor, sudah ya mama mau istirahat capek” dengan cuek Hani meninggalkannya.
Dinda bisa memaklumi keadaan mamanya, kemudian ia kembali ke kamar.

Hari minggu, Raga memakai jaket bermaksud hati ingin ke rumah Senja, namun saat berjalan kaki, ia mendapati Senja sedang menyuci motor kesayangannya ditempat pencucian motor yang tak jauh dari rumahnya.
“Assalamualaikum...” ucap Raga yang tiba-tiba ada dibelakang Senja. Senja langsung membalikkan badan sehingga selang air jadi menyemprot kearah Raga.
“eh sorry sorry gue nggak sengaja, lagian lo ngagetin gue sih” gerutu Senja membersihkan bajunya yang agak basah. “oia gue kan masih marah sama lo, makan nih air” dengan geregetan Senja  kembali menyemprotkannya.
Tapi Raga justru merebut selang tersebut dan membalasnya. Mereka jadi bercanda dengan bermain air. Ternyata Dinda dan Ica tidak sengaja melihat kebersamaan mereka.
“kenapa mereka jadi sedekat ini sih? Dinda menggerutu dalam hati, kemudian ia langsung pergi meninggalkan Ica.
“DINDAA..., MAU KEMANA?” teriak Ica.
Dinda tetap pergi tak menghiraukan Ica. Senja dan Raga langsung menghampiri Ica.
“Dinda kenapa ca?” tanya Senja heran.
“nggak tau tiba-tiba aja langsung pergi aneh, tadi semangat banget mau meeting sama lo.
“Dinda kenapa ya aneh banget? apa dia cemburu liat gue sama Fajar?” batin Senja bertanya sambil mengingat.
Senja mengambil handuk didalam tasnya dan memberikannya kepada Raga. Raga kemudian mengeringkan rambutnya dan melepaskan jaketnya yang sedikit basah.
        Didalam kamar, dengan menggunakan pakaian santai, Nadira membuka belanjaan yang diberikan Robby semalam. Ia terkejut didalamnya ada roti dan beberapa makanan yang lain, padahal ia hanya bilang cuma mau beli tissue.
“kenapa Robby perhatian banget sama aku, padahal selama ini aku cuek sama dia” Nadiraa mengingat sikap yang ia berikan kepada Robby. “apa makanan ini aku balikin aja, tapi masak iya aku balikin lagi, rumahnya aja aku nggak tau apalagi nomor telponnya”

Disebuah cafe, beberapa minuman sudah tersedia diatas meja. Senja dan Raga mengeluarkan alat tulis dari tas masing-masing. Terlihat wajah Ica masih murung memikirkan Dinda. Tidak lama kemudian muncullah si Jovan, Rico, Dion, Dinda, dan Galang.
“Dinda...” sapa mereka Ica dan Senja, namun Dinda nampak cuek.
Dari kejauhan mereka seperti sedang membahas sesuatu. Ternyata mereka sedang rapat.
“kita akan mengadakan bazar di kampus” ucap Raga dengan wajah serius.
“ini sebenarnya buat apa sih?” tanya Dion berlagak o’on.
“Diooon kita ini mau bantu anak panti sama anak jalanan” jawab Ica geregetan.
“ooo gitu hehehee...” sahut Dion sambil cengar cengir.
“terus kita harus gimana?” Senja bertanya sambil berpikir.
“kenapa nggak ngadain bazar amal aja” jawab Rico.
“gue setuju...” sahut Galang dengan lantang.
Sementara Dinda hanya diam saja memperhatikan Senja. Saat Dinda hendak minum, ia sengaja menumpahkan minumannya ke baju Raga.
“aduh sorry ga...” ucap Dinda sambil membersihkan bajunya dan curi-curi pandang.
“udah nggak apa-apa kok” tolak Raga dengan halus.
“kayaknya Dinda sengaja deh biar bisa dekat-dekat sama   Fajar, duuh gue kenapa sih? masak iya gue cemburu” batin Senja berkata, namun tak sengaja mata Senja dan Raga saling bertemu. Ternyata diam-diam mereka sama-sama saling memperhatikan.

Antara Senja dan RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang