part 24

82 4 0
                                    

Pagi-pagi, tiba-tiba Anwar datang ke butik Windi. Kebetulan Windi sedang mencatat pesanan seseorang dibuku. Windi sempat terkejut ketika Anwar sudah berada didepannya, kemudian ia menariknya keluar.
“itu siapa ya, kayak nggak asing, tapi sepertinya ada sesuatu diantara mereka” pikir Nadia sambil merapikan bahan-bahan.
“mas Anwar tau alamatku dari mana?” tanya Windi bernada marah.
“itu nggak penting, aku cuma minta waktu kamu sebentar saja”
“lebih baik mas sekarang pergi dari sini” perintahnya.
“aku nggak akan pergi sebelum kamu maafin aku Win.
“aku nggak mau Nadira terluka melihat kamu ada disini mas, jadi aku mohon, kamu pergi dari sini”
Setelah berpikir, Anwar pergi meninggalkan Windi. Sesekali ia menoleh ke belakang menatapnya. Air mata Windi tak bisa dibendung lagi.
”dari dulu aku sudah memaafkan kamu mas” Windi kemudian menghapus air matanya dan kembali ke butik.
        Di kamar, terlihat Raga sedang menulis kata puitis dibuku diarynya. Kata-kata tersebut ditujukan untuk Senja.
“suatu saat buku ini akan menjadi sejarah dalam hidup aku dan Senja” gumamnya dalam hati sambil membayangkan senyuman Senja.
Suara handphonenya berbunyi mengejutkan lamunannya. Ia membuka pesan tersebut ternyata dari Senja.
”ada sesuatu yang mau aku omongin, kamu temuin aku  sekarang ya, ingat nggak pakek lama” Raga mengikuti kata-kata dalam pesan tersebut.
Raga beranjak pergi, tapi ia kembali kekamar mengganti baju kaos yang kemudian dipadukan dengan jas. Sejenak ia bercermin berputar menatap fashionnya. Dengan wajah yang berbinar-binar Raga mengeluarkan motor dari garasi.
“mau kemana bos? Seneng banget kayaknya” ledek mang Ujang.
“ada deh..., mang Ujang mau tau aja”
“pasti mau ketemu sama gebetannya tuh mang Ujang tau”
“hehehee..., kok mang Ujang pinter sih”
“bener kan” sindir mang Ujang senang.
“assalamuallaikum” tegas Raga memacu motornya.
“walaikumsallam, kalau muka mang Ujang sama kayak den Raga, pasti banyak banget perempuan yang mau ngantri untuk dijadikan istri, hehehee...” mang Ujang tertawa geli sendiri.
Setelah sampai, Raga melihat Senja memainkan air dipinggir danau. Diam-diam ia mengambil setangkai bunga ditempat tersebut dan mendekati Senja dari belakang. Kemudian ia menyelipkan bunga itu ditelinga Senja. Senja menoleh ke arahnya.
“Fajar...”
“hai chiku...” sapa Raga dengan tersenyum manis.
“chiku..., apaan tuh chiku?” tanya Senja sambil mengerenyitkan dahi.
“mmm itu PR buat kamu, yang jelas chiku itu panggilan sayang aku ke kamu”
Senja seperti memikirkan sesuatu.
“oia, aku udah nyiapin sesuatu buat kamu” Raga kemudian menutup mata Senja dengan tangan mengajaknya ke tempat meja makan yang tidak jauh dari danau.
Ternyata Jovan dan teman-temannya sudah mempersiapkan tempat dinner yang spesial untuk mereka berdua, ya meskipun bukan suasana malam, tapi tetap terlihat romantis. Sambil memperhatikan mereka, Jovan dan teman-temannya bersembunyi dibalik semak-semak pohon.
“huuh untung lo semua cepet dateng bantuin gue” ucap Jovan bernada rendah.
“itu gunanya sahabat kita harus saling bantu” sahut Ica.
“aduh apaan nih di kaki gue” celetuk Dion merasakan ada sesuatu.
“sssst berisik banget sih lo ntar ketauan gimana” bisik Galang sambil membekap mulut Dion.
“eh dirambut lo ada sesuatu sorry” ucap Jovan ngambil daun yang menempel dirambut Dinda.
Mereka jadi saling bertatapan. Sementara Raga membuka mata Senja. Meskipun sebenarnya itu bukan dinner, tapi bagi mereka itu terasa sangat spesial.
“ini kamu yang nyiapin semuanya?” tanya Senja sambil duduk.
Raga hanya tersenyum. “mmm kamu..., kamu mau nggak jadi pacar aku?”   dengan terbata-bata.
“mmm mau nggak ya!” sambil pura-pura berpikir.
Wajah Raga jadi tegang dan kemudian berubah memelas menatapnya.
“mmm aku mau kok jadi pacar kamu” jawab Senja malu-malu.
“beneran...” Raga agak kaget sekaligus senang.
Senja mengangguk.
“YESSS AKU SEKARANG PUNYA PACAAR...” teriaknya sambil melompat  kegirangan.
Melihat hal tersebut, Jovan dan teman-temannya langsung keluar dan berlari menghampiri mereka sambil berseru ikut kegirangan.
“akhirnya kalian jadian juga” seru Ica. “yesss aku sekarang punya pacaar” teriak Ica menirukan gaya Raga.
“hahahaa...” spontan semua tertawa melihat tingkah Ica.
“kalian disini juga” celetuk Senja.
“haus gue” Dion menghabiskan minuman digelas Raga.
“gila lo, abis dari mana dari nguli” cerca Galang.
“hahahaa....” mereka semua mentertawakan Dion.
“oia, makasih ya semuanya, kalian adalah sahabat terbaik yang aku punya” Raga merangkul Jovan dan Dion yang berada disebelahnya.
“kita ini kan udah seperti saudara, jadi nggak perlu sungkan” sahut Galang menambahkan.
“gue juga mau ngucapin makasih, karena kalian masih mau nerima gue sebagai sahabat” ucap Dinda sungguh-sungguh, kemudian memeluk Senja dan Ica.

Antara Senja dan RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang