part 33

77 5 0
                                    

Saat Jovan mendorong motornya ke bengkel Akbar, tampak Dinda ada diruangan administrasi bersama Arnas. Bang Rudi si karyawan bengkel bertanya kepada Jovan kenapa motornya didorong. Jovan bilang kalau ada orang yang ngerjain motornya.
“wah tu orang minta dikasih pelajaran tuh, seenaknya aja ngerjain orang” cerca bang Rudi.
“tenang aja bang, dia udah gue kasih pelajaran sedikit”
Begitu Dinda keluar, ia bertemu dengan Jovan yang duduk santai menunggu motornya.
“eh Dinda” ucap Jovan langsung bangkit dari tempat duduk. “lo ngapain?”
“tuh mobil gue tiba-tiba Acnya rusak, makanya gue bawa kesini” jawab Dinda.
“wah berarti jodoh dong” riang Jovan tersenyum manis.
“jodoh? Maksudnya apa sih?” tanya Dinda bingung.
“iya maksudnya kendaraan kita sama-sama lagi di bengkel gitu” canda Jovan, tapi terlihat garing karena ia tidak pandai merayu cewek.
“ya udah kalau gitu gue duluan ya” ucap Dinda ingin pergi.
“emang lo mau naik apa?” tanya Jovan menahannya.
“naik taxi”
“udah bareng gue aja, ntar lagi motor gue juga selesai”
“nih motornya” ucap bang Rudi mendorong motornya Jovan.
“tu kan udah selesai, ya udah yuk” ajak Jovan menaiki motor.
Tanpa ragu-ragu, Dinda langsung naik.
“makasih ya bang” ucap Jovan kepada bang Rudi.

Rico termenung sendiri di kursi taman kampus. Rico merasa kesepian, karena semua teman-temannya menjauhinya. Sesaat ia menatap mahasiswa-mahasiswa yang sedang bercengkrama saling bersenda gurau.
“dulu gue juga seperti mereka, kumpul bareng, ngetrek bareng, tapi itu disaat Raga belum hadir merusak segalanya” ucapnya lirih menghela nafas.
“bukan Raga yang merusak segalanya” sahut Senja duduk disampingnya, sedangkan Rico tetap fokus melihat ke depan dengan tatapan kosong.
“sifat iri lo yang udah merusaknya sendiri, jujur gue juga pengen kita bisa seperti dulu ric” dengan sungguh-sungguh Senja menatapnya. “gue sebagai sahabat lo, pengen lo berubah tanpa ada rasa benci, tanpa ada rasa iri sama siapapun, termasuk sama Raga, Raga bahkan nggak pernah membenci lo, sekalipun lo udah berkali-kali ngejahatinnya” lanjut Senja panjang lebar.
Rico tertunduk malu atas apa yang sudah dilakukannya selama ini.
“apa pintu maaf buat gue masih ada?” tanya Rico dengan sungguh-sungguh.
“setiap permintaan yang tulus pasti ada jalan, gue harap nanti malam lo juga dateng, karena nanti malam gue mau tunangan sama Raga”
“lo mau tunangan sama Raga?” Rico agak kaget.
“iya, dan itu kesempatan buat lo minta maaf sama mereka”
“iya gue pasti dateng” sahut Rico sambil mengangguk.
Senja tersenyum. Setelah itu barulah Senja pergi meninggalkan Rico dengan perasaan lega.
        Di butik, Robby menemani Nadira mencoba beberapa gaun untuk acara pertunangan Senja nanti malam. Robby sangat kagum dengan model-model rancangan Windi yang begitu cantik dan anggun. Apalagi ketika ia melihat Nadira yang memakainya.
“Robby...” panggil Nadira ketika melihat Robby bengong terpukau menatap dirinya.
“eh iya” Robby langsung sadar dari lamunannya.
“kok bengong sih?”
“abisnya kamu cantik banget nad” jawabnya merayu.
“ya udah kalau gitu aku pilih yang ini aja deh” ucap Nadira dengan semangat.
“mau pakai apa aja kamu tetap kelihatan cantik kok”
“bohong...” sahut Nadira cemberut-cemberut tapi gemes.
“iya aku serius, oia nanti aku jemput kamu ya” dengan semangat Robby menawarkan diri.
“mmm mendingan kita ketemu disana aja ya, soalnya aku bareng sama Ibu”
“oh gitu, ya udah nggak apa-apa”
Nadira masuk mengganti pakaiannya semula. Setelah itu ia keluar kembali menemui Robby yang masih menunggu dengan sabar.
“ya udah yuk sebentar lagi udah mau maghrib soalnya” ajak Robby keluar.
Nadira mengikuti Robby keluar dari butik.

Disisi lain, Jovan mengantar Dinda sampai didepan rumahnya menggunakan motor, namun setelah sampai tiba-tiba Jovan berhenti mendadak karena kaget ada kucing lewat. Membuat Dinda jadi terkejut sambil memeluknya secara refleks.
“lo apa-apaan sih van” cerca Dind mencubit pinggangnya.
“aduh...” Jovan meringis sekaligus senang. “baru kali ini ada cewek yang nyubit gue, hehehee...” ucapnya nyengir. “sorry sorry ada kucing lewat, beneran” dengan cepat Jovan meminta maaf setelah melihat Dinda turun dari motor dengan wajah cemberut. “jadi nggak dimaafin nih?” tanya Jovan sedih, tapi terlihat lucu bagi Dinda.
“hehehee..., iya-iya gue maafin” sahut Dinda tertawa. “makasih udah nganterin gue, daah...” sambil melambaikan tangan.
Jovan hanya tersenyum manis menatap Dinda yang membuka pintu.
       Menjelang malam dikamarnya,  Senja sudah memakai gaun cantik. Ia duduk didepan meja rias mulai berdandan memakai makeup, sedangkan Khanza yang duduk diatas tempat tidur senyum-senyum sendiri memperhatikannya. Sekilas Senja menatap Khanza dari kaca sambil tersenyum.
“Khanza kenapa?” tanya Senja tetap meneruskan berdandan.
“kak Senja cantik banget sih, Khanza juga mau dong nanti gedenya kayak kak Senja” jawab Khanza begitu polosnya.
“Khanza kan udah cantik, pasti gedenya juga cantik dong” ucap Senja menatapnya. “sini...” panggil Senja setelah selesai memakai makeup.
Senja kemudian mendandani Khanza dengan semangat sambil sesekali bersenda gurau.

Antara Senja dan RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang