part 12

83 6 0
                                    

Senja melepaskan jaketnya Raga dan mengeluarkan sebuah gelang. Gelang yang diberikannya kepada Fajar 10 tahun yang lalu.
“kamu..., kamu Senja Purnama...” ucap Raga sambil mengingat.
Senja mengangguk, kemudian memeluknya.
“jadi selama ini kamu adalah Senja yang aku cari” Raga membalas pelukannya, tak terasa air matanya pun tumpah.
Rindu, rindu yang selama ini bertahun-tahun terpendam. Ia tak menyangka orang yang selama ini ia rindukan kini ada dalam pelukannya. Setelah beberapa saat melepas rindu, barulah Senja melepaskan pelukannya dan memakaikan gelang itu ditangan Raga.
“liat kalung ini” ucap Senja sambil memegang kalung dilehernya. “sedikitpun gue nggak pernah melepasnya”
“aku nggak nyangka sekarang kamu jadi secantik ini” sahut Raga sambil tersenyum, kemudian ia perlahan menghapus air mata Senja dengan lembut.
“lo juga kenapa jadi berubah banget kaya gini ya?” sambil memperhatikan wajahnya, Senja bertanya.
“kenapa? kaget ya kalau aku berubah jadi ganteng” Raga tersenyum dengan mimik wajah yang lucu.
“hahahaa...” Spontan mereka tertawa terbahak-bahak.
Senja membalikkan badan Raga dan memandangi tubuhnya sambil senyum-senyum sendiri.
“dulu kamu kan agak-agak gendut, jelek lagi, kok bisa berubah drastis gini sih” canda Senja.
“enak aja bilang aku gendut” gerutu Raga sembari ingin mencubit pipinya, namun karena Senja tau kebiasaan Fajar yang suka mencubit pipi, Senja akhirnya segera berlari.
“awas kamu Senja” Raga lalu mengejarnya.
Mereka jadi saling kejar-kejaran dan bersenda gurau sama seperti masa kecilnya.

Dipagi hari, dijalan raya.
Terlihat Rico menggunakan motor bututnya dengan kecepatan tinggi. Robby yang tak jauh dibelakangnya mengikuti gerak-geriknya. Mereka sama-sama menggunakan motor, tapi Rico iba-tiba masuk ke sebuah gang yang sepi. Dari kejauhan Robby melihat Rico seperti sedang bernegoisasi dengan seorang Ibu-Ibu, tapi Robby tidak bisa mendengar pembicaraan mereka karena jaraknya cukup jauh.
“awas ya kalau sampai lo buka mulut” ancam Rico kepada bu Ratna.
“asal ada uang penutup mulut, gue jamin lo pasti aman” sahut bu Ratna.
“lo mau nyoba meras gue” tegas Rico agak keras.
“bukan gitu bos, tapi ini demi keselamatan lo juga” sahut bodyguardnya Ratna.
Ternyata Rico bekerja sama dengan bu Ratna menipu Windi.
“kira-kira mereka mau ngapain ya?” batin Robby bertanya.
Belum sempat Robby membalikkan badan ternyata Rico dan bu Ratna sudah menghilang. Polisi yang sudah dari tadi mengikuti dan mendengar percakapan mereka langsung menodongkan pistol.
“jangan bergerak, angkat tangan”
“ampun pak” sahut Rico sambil mengangkat tangan.
Polisi langsung memborgol mereka dan membawanya ke kantor polisi. Rico mencoba memberontak.
”salah saya apa pak?”
“silahkan jelaskan nanti di kantor” jawab seorang polisi.
“semua gara-gara lo tau nggak” cerca bu Ratna sambil melihat kearah Rico.
“diem lo” bentak Rico menahan kesal.

Di kampus, Raga sengaja menunggu Nadira didepan toilet. Saat Nadira keluar, ia kaget mendapati Raga sudah ada didepannya. Nadira berpikir pasti Raga sengaja menemuinya karena masalah handphone, sehingga Nadira langsung meminta maaf karena belum bisa mengganti handphonenya. Karena melihat wajah Nadira yang benar-benar tulus memohon maaf, Raga jadi ingin tertawa.
“padahal aku kesini mau nanyain kenapa dia suka ugal-ugalan dijalan, bukan mau nanyain masalah hp, Senja...Senja..., lucu banget sih” batin Raga berkata dan kembali ingin tertawa.
“tapi aku janji kok, gaji pertamaku nanti aku langsung kasihin ke kamu” sahut Nadira sembari sesekali menunduk karena tidak berani menatapnya.
“masalah itu nggak usah dipikirin, lagian aku juga udah punya hp baru, mendingan gajinya buat kamu aja, oke” jelas Raga sambil tersenyum mengacak-ngacak rambutnya, lalu meninggalkannya.
Nadira kembali berpikir sambil memegangi rambut yang baru saja diacak Raga. Kemudian ia mengejarnya.
“nggak, aku nggak mau punya hutang, pokoknya aku akan tetap menggantinya” tegas Nadira menghadangnya.
“oke, sebagai gantinya, gimana kalau kamu ikut aku latihan ngedrift”
“ngedrift...? maksudnya?” tanya Nadira bingung.
“susah kalau dijelasin, pokoknya ntar sore kamu harus temenin aku latihan” Raga tersenyum meninggalkan Nadira yang tampak bengong, ntah apa yang ada dalam pikirannya.
       Di kantor polisi, setelah Robby melihat kalau ternyata pelakunya adalah Rico, Robby langsung memukul wajahnya.
“istighfar..., jangan emosi seperti ini” ucap Windi menghentikan Jovan yang sedang emosi.
“BERHENTII..., apa  mau saya tahan juga” ancam polisi.
Robby langsung melepaskan Rico. Tidak berapa lama Nadira dan Intan datang dengan terburu-buru. Mereka mencium tangan Ibunya. “Ibu nggak apa-apa kan”
“Ibu nggak apa-apa nak” Windi tersenyum.
“tan, aku bisa minta tolong nggak?” tanya Nadira kepada Intan yang berdiri disampingnya.
“santai aja, emangnya mau minta  tolong apa?” tanya Intan balik.
“anterin Ibu pulang ya, kasian Ibu” ucap Nadira berharap.
“oke siap” sahut Intan.
Robby dan Nadira menemui Rico dibalik jeruji besi.
“gue nggak ngerti, salah dia apa sih sama lo ric?” dengan nada kesal Robby bertanya.
Rico hanya terdiam menunduk, tapi didalam hatinya ia tak terima dengan semua ini.
“aku nggak nyangka kamu bisa sejahat ini, kenapa sih kamu ngelakuin ini, apa salah Ibu aku?” tanya Nadira sedih.
“lo nggak akan ngerti” jawab Rico menatap Robby.
“gue tau kok, lo nggak mau ada yang nyaingin lo kan, tapi kita ini sahabat Ric, gue nggak mau persahabatan kita hancur cuma karena lo nggak suka” sahut Robby.
Rico duduk dan termenung.

Antara Senja dan RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang