Sementara itu, tampak Nirwan dan Nadia berada di kantor polisi. Nirwan melaporkan kalau Kian anaknya hilang.
“sebentar ya saya catat dulu” ucap polisi kemudian mencatat semua laporannya. “hilangnya sejak kapan pak?”
“sejak tadi siang pak” jawab Nadia.
“kalau belum 24 jam kami belum bisa menyatakan kalau anak tersebut hilang” ucap polisi lagi.
“tapi pak” Nadia semakin panik.
“maaf bu, mungkin saja anak Ibu sedang bermain sama teman-temannya, atau bisa jadi menginap ditempat temannya, kalau memang 24 jam anak Ibu belum kembali juga maka kami akan menindaklanjutinya” jelas polisi panjang lebar.
“makasih ya pak” ucap mereka serempak.
Merekapun kembali ke rumah dengan perasaan sedih.
Sampai dirumah seseorang, Vano mengajak Kian masuk kekamar kosong. Kian bertanya kak Robby mana kok nggak ada?, tapi Vano langsung membekap mulutnya dengan kain yang sudah diberi obat bius. Vano kemudian membaringkannya ditempat tidur.
“biar Robby tau rasa, dia pikir teman-temannya bisa mempermainkan gue”.
Sementara Robby tidak bisa mengikuti Vano karena kehilangan jejak. Robby bingung dan panik harus menemukan Vano dan Kian dimana. Tiba-tiba ada telpon dari Vano.
“Kian ada sama gue, kalau lo nggak mau dia kenapa-kenapa temui gue di ring boxing sekarang juga” ancam Vano ditelpon.
Robby kemudian menghubungi Raga agar ke tempat latihan boxing sekarang, karena Vano menculik Kian. Raga yang masih didepan gerbang rumah Nadira langsung meluncur menuju arena boxing. Tampak diatas ring, Vano sudah berdiri dengan penuh dendam menunggu kehadiran Robby. Ia seperti sudah tidak sabar untuk menghabisinya. Tak berapa lama Robby datang, disusul juga kedatangan Raga dan Jovan. Robby beranjak ingin masuk keatas ring.
“lo mau ngapain rob?” tanya Raga, namun Robby tetap masuk kedalam ring tanpa menghiraukan Raga.
Didalam ring, Robby mendekati Vano. ”ini maksudnya apa?”
“lo lawan gue, tapi kalau gue kalah, lo nggak bakalan tau keberadaan Kian” ancam Vano dengan berbisik.
Robby tidak punya pilihan ia harus pura-pura melawan tapi harus rela dihajar oleh Vano. Robby mencoba untuk bangkit, tapi sebelum bangkit Vano langsung mematahkan tangannya. Raga dan Jovan semakin tidak tega melihat Robby yang sudah tak berdaya.Sampai menjelang malam, Nadia dan Nirwan masih menunggu kabar dari kepolisian dirumah, tapi pihak polisi belum juga memberi kabar. Nirwan mencoba menghubungi Robby berkali-kali, tapi tidak diangkat juga. Membuatnya semakin tidak tenang.
“kalau ada kabar dari polisi, mama langsung telpon papa ya” ucap Nirwan ingin pergi.
“memangnya papa mau kemana?” tanya Nadia.
“papa mau nyari Kian” jawab Nirwan terburu-buru.
“mama ikut pa” Nadia mengejarnya.
“jangan ma, kalau kita pergi semua gimana kalau tiba-tiba Kian pulang” Nirwan menahannya.
“ya udah deh”
Nirwan buru-buru keluar.
Dikediamannya, Dinda menghampiri Hani yang sibuk dengan laptopnya di ruangan kerja.
“ma...” dengan manja Dinda memanggilnya.
“jangan ganggu mama mama lagi pusing” sahutnya ketus.
Lalu Dinda menuju ke dapur mengambil minuman di kulkas.
“mama apa-apaan sih marah-marah mulu, nggak dirumah nggak di kampus bikin bete” Dinda menggerutu sembari duduk diruangan makan.
“kenapa sih nggak ada yang ngertiin perasaan gue”
“mungkin mama lagi banyak kerjaan non” sahut bik Sumi.
“tau ah bik” Dinda pergi meninggalkannya.Didalam ring boxing, Robby sudah terkulai lemas. Raga dan Jovan langsung masuk kedalam ring hendak membantu.
“kebetulan banget, memang ini tujuan gue” bentak Vano.
“lo nggak liat apa keadaannya udah kayak gini” sahut Jovan dengan kasar.
Vano memukul punggung Raga yang sedang menolong Robby. Tak terima dengan hal tersebut akhirnya mereka berkelahi. Sementara Jovan membawa Robby keluar dari ring. Hanya butuh beberapa menit Raga bisa melumpuhkan Vano dengan mudah.
“dimana Kian?” tanya Raga dengan lembut, tapi Vano hanya tersenyum sinis. “DIMANA KIAAN...” teriak Raga sembari membekuk lehernya.
“Kian ada di rumah gue” dengan terpaksa Vano memberitahu.
Jovan mengikat tangan Vano dan berkata ”ayo ikut, tunjukin dimana Kian lo sembunyiin”.
Beberapa polisi sudah dikerahkan untuk mencari Kian namun belum bisa ditemukan. Nadia tampak gelisah tak bisa tidur memikirkan Kian. Saat mereka sampai dirumah Vano, Kian masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Robby yang masih sempoyongan langsung menghampirinya.
“Kian..., Kian...” Robby membangunkannya.
Perlahan-lahan Kian tersadar dari pingsannya. Polisi pun mengepung rumah tersebut dan menangkap Vano. Beberapa saat kemudian polisi maupun yang lainnya sudah berada dirumah Nirwan mengantarkan Robby dan Kian. Disaat yang sama Nirwan muncul merangkul Kian dan Nadia yang sedang berpelukan. Nirwan kemudian mengucapkan terimakasih kepada pak polisi yang sudah membantunya.
“sama-sama, ini juga berkat Raga dan temannya” sahut pak polisi.
Nadia membawa Kian masuk.
“makasih ya kalian sudah menyelamatkan Kian” ucap Nirwan.
“sama-sama om” sahut Raga.
“kalau gitu kita langsung pamit ya om” balas Jovan.
Nirwan pun memapah Robby yang masih lemas dan membawanya masuk. Raga meminta Jovan pulang sendiri sambil buru-buru mengenakan helm.
“terus lo mau ninggalin gue disini sendirian gitu” ucap Jovan.
“kamu kan bisa naik taxi” sahut Raga.
“memangnya lo mau kemana sih buru-buru banget?”
“aku lagi ada janji, udah ya” jawab Raga kemudian memacu motornya.
Sedangkan Jovan hanya manyun sambil menggaruk-garuk kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Senja dan Raga
General FictionDua remaja kembar yang menyukai cowok yang sama. Namanya Senja Purnama dan Nadira Purnama. Senja sudah berteman dengan Fajar Abdiraga dari sejak kecil, namun persahabatan mereka terhenti seketika Senja dibawa oleh papanya pindah ke Jakarta karena pa...