Didepan rumah Raga, Mang Ujang membukakan pintu gerbang untuk Senja yang baru saja datang bersama kedua temannya yaitu Dinda dan Ica.
“apa kabar mang Ujang?” sapa Ica dengan centil dari kaca mobil yang terbuka sedikit.
“saha eta teh meni centil pisan” ucap mang Ujang menggunakan logat sunda, ia kemudian mendekati mereka yang baru keluar dari mobil. “mau ketemu sama den Raga ya?”
“iya mang, Raganya ada kan?” tanya Senja balik.
“lho..., bukannya den Raga itu...” jawab mang Ujang sambil mengingat.
“Raga belum pulang dari luar kota, ya kan mang, iya dong” potong Ica dengan cepat.
“bukan, bukan dari luar kota” ucap mang Ujang lagi, tapi Dinda langsung memberi kode kepadanya agar jangan memberitahu yang sebenarnya.
Tiba-tiba muncullah si Jovan dan Robby dengan wajah murung. Terlihat mata Jovan masih sembab.
“Raga mana van? Semalam Raga nyuruh gue datang kesini” tanya Senja.
“semalam...” jawab Jovan bingung. “apa mungkin ini tandanya kalau Senja harus tau yang sebenarnya” pikirya dalam hati. “semalam Raga kecelakaan, dan sekarang dia masih koma” ucap Jovan setelah beberapa saat dengan berat hati menyampaikannya.
“nggak mungkin, nggak mungkin Raga kecelakaan, semalam gue ketemu sama Raga kok, lo jangan asal ya kalau ngomong” bentak Senja tak terima.
“Senja..., gue mohon lo tenang dulu ya, biar kita bisa jelasin semuanya” Dinda menenangkan emosinya.
“ya udah jelasin ada apa?” tanya Senja penasaran.
“semalam sebelum pertunangan lo, Raga mengalami kecelakaan, dan lo itu pingsan” jawab Dinda.
“Raga kecelakaan...” Senja tampak syok. “apa semalam gue ketemu sama Raga itu cuma mimpi” ucapnya tersedu-sedu.
“kita harus doain supaya disana Raga cepat sadar dan membaik” Ica menambahkan.
“tapi mimpi gue itu jelas banget din, dia minta gue tetap nunggu dia disini, kalian ngerti nggak sih?” Senja masih terisak-isak.
“kita ngerti kok perasaan lo, kita juga sedih” ucap Ica.
“gue mau pergi” Senja kemudian beranjak masuk ke mobil.
Tak ingin membiarkannya larut dalam kesedihan, Dinda dan Ica menyusul masuk.
Disaat yang bersamaan, Dion, Galang dan juga Rico datang. Dion bertanya gimana kabar Raga. Robby menjawab Raga masih koma. Sekilas Jovan melirik Rico, ia masih tak percaya begitu saja dengan Rico, meskipun Rico sudah pernah menjelaskan kalau ia ingin memperbaikinya kesalahannya.Masih di Rumah Sakit, tampak Sekar baru saja sholat diruangan Raga dirawat.
“ya Allah, hamba mohon..., sadarkanlah anakku ya Allah..., sembuhkanlah dia, jangan kau ambil anakku ya Allah..., lebih baik tukar saja nyawaku dengan nyawanya, hamba mohon ya Allah, amin...” dengan khusuk dan sedih Sekar berdoa.
Sedangkan Akbar terus menemani Raga disisinya. Ia tak ingin meninggalkan Raga sedetikpun dari pandangannya. Tiba-tiba Akbar merasakan kalau tangan Raga bergerak.
“Ibu...” gumam Raga perlahan-lahan dengan mata masih tertutup.
“Raga...” ucap Akbar memperhatikan mulutnya.
Sekar langsung mendekat dan menggenggam tangan Raga dengan lembut. “iya nak..., ini Ibu...”
“Ibu...” Raga kembali memanggilnya dengan mata masih tertutup.
Raga seperti masih dialam mimpi. Dengan penuh kasih sayang, Sekar memeluknya sambil melafalkan ayat-ayat alqur’an. Dibawah alam sadar, Raga begitu tenang mendengarkan ayat-ayat pendek yang dilantunkan Sekar. Ia tau betul kalau suara itu adalah suara Ibunya.
“bangun nak” ucap Sekar setelah itu.
Perlahan-lahan Raga membuka mata sambil memanggil Ibu. Akbar mengucapkan sujud syukurnya kepada Allah karena telah mengabulkan doanya.
“Senja mana bu?” tanya Raga masih lemas.
“iya sayang, sebentar lagi kita akan pulang, kamu pasti ketemu sama Senja” jawabnya tersenyum.
Senja mendatangi tempat seperti yang ada didalam mimpinya semalam. Senja kembali mengingat saat ia dan Raga ada disini sama-sama mengikrar janji dengan kelingking. Pandangannya jauh ke depan menatap dimana Raga semakin lama semakin jauh. Sementara Dinda dan Ica mengiringinya dari belakang. Sebagai sahabat dekat, mereka sangat paham apa yang tengah dirasakan Senja saat ini.
“disini, ditempat ini, Raga minta gue untuk tetap menunggu sampai dia kembali” ucap Senja sedih.
“itu artinya Raga akan kembali buat lo, jadi lo nggak usah khawatir” sahut Dinda.
“iya Senja, gue yakin kok dalam waktu dekat ini kita udah bisa kumpul lagi sama Raga” balas Ica.
Handphone Dinda berdering. Setelah dilihat ternyata panggilan dari Ibunya Senja yaitu Windi.
“iya tante” jawab Dinda ditelpon.
“tadi tante telpon Senja nggak diangkat-angkat, apa Senja lagi sama Dinda?” tanya Windi.
“oh iya tante, sebentar” Dinda kemudian memberikan telpon itu kepada Senja.
“iya bu” jawab Senja.
“kamu baik-baik aja kan nak?” tanya Windi.
“Senja baik bu, tapi Raga koma”
“inalillahi, Senja kamu dengerin Ibu ya” ucap Windi ketika mendengar Senja menangis. “Kamu jangan sedih gitu dong, percaya sama Ibu Raga pasti akan baik-baik aja, kamu nggak perlu khawatir”
“iya bu, Senja nggak sedih kok” sambil mengusap matanya
“Ibu seneng dengernya, ya udah ya, Ibu harus beli bahan dulu, assalamuallaikum”
“walaikumsallam” Senja kemudian memberikan handphone itu kepada Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Senja dan Raga
General FictionDua remaja kembar yang menyukai cowok yang sama. Namanya Senja Purnama dan Nadira Purnama. Senja sudah berteman dengan Fajar Abdiraga dari sejak kecil, namun persahabatan mereka terhenti seketika Senja dibawa oleh papanya pindah ke Jakarta karena pa...