Di tempat yang sepi jauh dari keramaian, Raga dan teman-temannya melakukan drage race, setelah itu barulah mereka beriring-iringan adu balap motor. Nampak Senja dan Raga saling mendahului, sedangkan Jovan, Galang, dan Dion jauh tertinggal dibelakang. Jovan menantang Galang dan Dion. Mereka bertiga saling melirik satu sama lain. Sementara Rico dan Ica menunggu ditempat start dimulai.
“kenapa Dinda nggak ikut ca?” tanya Rico.
“akhir-akhir ini Dinda memang selalu ngehindarin Senja”
Sambil balapan, Raga menatap Senja yang tampak fokus menyetir. Sepertinya Senja berantusias ingin mengalahkannya.
”sebaiknya aku ngalah aja deh, biar Senja seneng” pikir Raga. Sementara ditepi jalan ada nenek-nenek ingin menyeberang, tapi takut karena melihat motor mereka yang melaju kencang. Raga langsung putar balik menghampiri nenek tersebut.
“Raga mau kemana tuh kok putar balik” pikir Jovan melihat Raga.
Tak ingin melewatkan kesempatan, Dion dan Galang melaju dengan kecepatan tinggi mendahului Jovan yang masih bengong melihat Raga.
“wah wah wah nggak bisa dibiarain nih, seenaknya aja ngebalap gue, nggak bisa” Jovan kemudian berusaha membalap mereka.
“nenek mau nyebrang ya” ucap Raga mendekatinya.
“iya nenek mau nyebrang” sahut si nenek.
“ayo nek Raga bantu” Raga menawarkan diri sambil membimbing tangannya.
Setelah mencapai garis finish di start awal, Senja tidak melihat Raga dibelakangnya.
“tu kan Senja yang menang” riang Ica bersorak-sorai kegirangan.
“Fajar kemana kok aku jadi khawatir ya” batin Senja bertanya-tanya.
Jovan menyusul menempati posisi kedua. Disusul Dion dan Galang secara bersamaan, sedangkan Senja kembali menyusul Raga menelusuri jalanan tersebut.
“Senja kok malah pergi sih” Rico menggerutu.
“nyusul Raga kali, soalnya tadi gue liat dia putar balik gitu nggak tau kenapa” sahut Jovan.
“memangnya nenek mau kemana? Raga anterin aja ya” ucap Raga setelah berada diseberang jalan.
“mau ke tempat cucu nenek, nggak usah repot-repot nak sampai disini saja, terimakasih ya” tolak si nenek dengan halus.
“iya hati-hati ya nek”
“syukur lah kirain kamu kenapa-napa” celetuk Senja yang tiba-tiba muncul.
“kenapa? kamu khawatir ya sama aku!” canda raga sambil tersenyum.
“ya iyalah aku khawatir, memangnya kenapa? nggak boleh” gerutu Senja cemberut.
“nggak usah cemberut gitu dong ntar tambah jelek, liat tuh kerutan dimukanya banyak banget” ejek Raga sambil menahan tawa.
“mana nggak ada” balas Senja sambil meraba wajah.
“tapi bo’ong hehehee...” dengan menunjukkan mimik wajah yang lucu.
“hahahaa...” Senja tertawa melihat wajah Raga yang tampak menggemaskan.Didalam butik, Nadia sangat sibuk melayani beberapa pelanggan. Salah satu Ibu-Ibu sepertinya tertarik dengan baju yang ada dipatung.
“bu kalau yang ini berapa ya?” tanya si Ibu.
“duh gimana ya..., aku kan nggak tau harganya berapa” batinnya berkata.
“kok Ibu malah ngelamun sih, saya mau yang ini harganya berapa?” kali ini si Ibu bertanya dengan nada sedikit keras.
“mmm begini saja, lagi keluar”
“gimana sih jadi pelayan kok nggak tau harganya” cerca si Ibu marah-marah, kemudian ia keluar.
Melihat hal tersebut, semua pelanggan yang datang jadi ikut-ikutan pergi.
“kok malah pergi bu, mba” ucap nadia, tapi mereka tak menghiraukan ucapan Nadia, butik pun jadi lengang dan sepi.
Didalam kamar, Senja membuka buku pelajaran. Gelang yang berinisial Purnama ternyata masih terselip didalam buku tersebut. Senja jadi penasaran sebenarnya gelang itu punya siapa, karena gelangnya sama persis seperti gelang yang dipakainya.
“apa aku tanyain sama papa aja kali ya..., siapa tau papa inget sesuatu tentang gelang ini” ia bergegas ke kamar Anwar.
Tanpa permisi ia nyelonong masuk. Kebetulan Anwar juga sedang duduk melamun memikirkan Windi dan Nadira. Tepat beberapa tahun yang lalu, Anwar telah berbuat kesalahan memisahkan mereka. Selama ini Senja tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang Ibu, sedangkan Nadira tidak pernah mendapatkan kasih sayang darinya. Itu semua akibat keegoisannya. Anwar tidak menyadari kalau Senja sudah ada disampingnya.
“kamu udah dari tadi disini” ucap Anwar baru sadar.
“iya..., dari tadi papa mikirin apa sih? masak Senja masuk papa nggak liat”
“maklum lah papa lagi pusing mikirin pekerjaan”
“oia pa, Senja mau nanyain tentang gelang ini, apa papa tau” sambil memperlihatkan gelang itu.
“ini kan gelang yang dipesan Windi untuk Senja dan Nadira” batinnya berkata sambil mengamati gelang itu.
“kok malah bengong sih, papa tau nggak?” tanya Senja agak keras.
“mmm seandainya kalau kamu masih punya Ibu, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Anwar balik.
“papa gimana sih, kan papa sendiri yang bilang kalau mama udah meninggal waktu ngelahirin Senja” cerca Senja.
“kan papa bilang seandainya”
“nggak tau pa, yang jelas Senja pengeen banget ngerasain kasih sayang seorang Ibu...” tak terasa mata Senja berkaca-kaca.
“maafin papa ya...”
“tapi Senja juga nggak mau kalau punya Ibu tiri” gerutu Senja menghapus air mata.
Anwar menatap Senja begitu dalam. “kalau kamu tau yang sebenarnya, mungkin kamu akan membenci papa” batinnya berkata.
Senja kembali ke kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Senja dan Raga
General FictionDua remaja kembar yang menyukai cowok yang sama. Namanya Senja Purnama dan Nadira Purnama. Senja sudah berteman dengan Fajar Abdiraga dari sejak kecil, namun persahabatan mereka terhenti seketika Senja dibawa oleh papanya pindah ke Jakarta karena pa...