Prologue

73.8K 4.1K 533
                                    

Matahari sudah terbit dan tanpa malu-malu memancarkan sinar terangnya hingga menelisik masuk melalui jendela kamar seorang pria tampan yang masih betah bercinta dengan bantal dan gulingnya.

"Egghh," erangnya saat merasa tidurnya sedikit terganggu oleh sinar panas matahari. Padahal baru dua jam yang lalu ia tertidur karena harus menyelesaikan tugas-tugas dari dosen yang memberikan tugas tanpa belas kasih.

Baru saja dia berniat untuk melanjutkan tidurnya lagi terdengar suara ketukan dipintu kamarnya.

"Jay! Wake up son!" panggil seseorang dari luar kamar yang membuat pria itu berusaha memaksakan diri untuk bangun.

"Okay Dad!" balasnya seraya mengusap wajah dan mengusak kasar rambut soft purple-nya.

"Cepat bersiap kami menunggumu untuk sarapan!" ucap sang ayah sebelum pergi yang kembali membuat si anak memaksakan diri untuk melangkah ke kamar mandi dengan mata setengah terpejam.

Duk.

"AWW! Pintu sialan, siapa sih yang menaruhnya disini?" omelnya pada pintu kamar mandi.

***

Sementara itu disebuah rumah dengan gaya elegan ditengah kota besar New York. Terlihat seorang pria cantik yang sedang mengoles selai pada roti dengan anggun. Hingga akhirnya datang seorang remaja laki-laki dengan menenteng tas ranselnya kemudian duduk bergabung dan ikut sarapan bersama.

"Dimana Jeno Pa?" tanyanya saat tidak mendapati keberadaan adik laki-lakinya disana.

"Dia sudah berangkat lebih dulu. Dia bilang harus menyelesaikan tugas akhirnya sebelum kepindahan kita." jawab pria cantik itu seraya menaruh roti yang tadi diolesnya dipiring sang anak.

"Bagaimana denganmu Mark? Sudah selesai dengan tugasmu?"

"Sudah Pa. Jangan khawatirkan aku. Yang harus dikhawatirkan Papa itu ya diri sendiri. Jangan terlalu sibuk bekerja okay," ucap Mark yang membuat pria cantik yang dipanggilnya 'Papa' itu terkekeh.

"Papa baik-baik saja. Jangan khawatir. Sekarang cepat selesaikan sarapanmu karena waktu terus berjalan."

"I love you Papa. Aku berangkat!" pamitnya setelah mencium pipi kiri pria cantik itu dan berlari keluar.

"Kalian benar-benar sudah besar dan Papa benar-benar jahat karena sudah memisahkan kalian sayang," ucapnya lirih dengan mata yang mulai berkaca.

"Maafkan aku. Aku juga merindukan kalian berdua," ucapnya dengan mata yang sudah basah.

"Maafkan aku," mohonnya lagi yang entah ditujukan pada siapa.

***

"Dad~~ please~~ Boleh ya?"

"NO. Jaehyun Park. Daddy sudah bilang tidak!" tolak si ayah dengan nada tegas terhadap rengekan sang anak.

Pria itu, Chanyeol Park adalah seorang ayah tunggal yang tinggal disebuah distrik tidak jauh dari kota Seoul bersama anaknya yang sekarang baru berusia 19 tahun dan duduk dibangku kuliah.

"Come on Dad. It's just a birthday party, not a brawl" ucap Jaehyun masih berusaha merayu sang ayah yang akhirnya hanya bisa menghela napas kasar melihat raut wajah sedih putranya itu.

"Okay. But remember the rule?" ucap Chanyeol yang membuat Jaehyun mengangguk cepat.

"No sex and no drugs." jawab Jaehyun.

"Tapi yang terpenting dari semua itu jangan sampai terluka kau tau Daddy tidak suka kau terluka. Karena jika itu terjadi Daddy tidak tau bagaimana menghadapi Papamu nanti," ucap Chanyeol yang membuat Jaehyun berusaha memasang senyum manisnya.

FIRE ON FIRE -Psycho family {S1 END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang