"Tahu dari mana lo Mas Larung sering di sini?" tanya Dimas.
Aku mengerjapkan mata sesaat. "Oh itu. Gue sering lihat kalo lagi ke perpus. Lagian dia juga lagi skripsian bukan? Emang pada nongkrong di mana anak-anak tingkat akhir kalau bukan di perpus?"
Dimas mengangguk-angguk. "Oh iya. Lo kan belakangan sering ke perpus, ya."
Aku nggak menanggapi kalimat Dimas. Bingung juga aku harus menjawab apa. Aku hanya berdoa agar Dimas nggak melanjutkan pertanyaan tentang kebiasaanku ke perpustakaan ini.
"Terus, biasanya doi nongkrongnya di mana?" tanya Dimas lagi.
"Lantai tiga!" jawabku cepat.
"Oke. Kita ke sana aja kalau begitu."
Aku mengangguk. Lalu kami masuk ke perpustakaan dan langsung menuju lantai tiga, tempat ruangan skripsi, tesis, dan disertasi.
Dugaanku tepat. Aku dan Dimas bahkan belum sempat masuk ke ruang skripsi, tapi sudah menemukan Larung. Dia sedang berada di luar ruang skripsi, bersandar pada dinding di belakangnya, mengecek ponsel. Di sebelahnya, ada cewek suuuper cantik dan modis yang menggelendot manja. Tubuhnya semampai ala model dan rambut panjangnya di-highlight warna abu-abu.
Refleks aku berdecak pelan. Sedangkan Dimas sontak menggandeng tanganku dan menarikku lebih dekat dengannya. Di saat yang sama cewek berambut abu-abu itu mendongak dan menatap kami.
"Dimas!" sapanya ramah. "Hey, apa kabar? Jarang kelihatan. Padahal baru kemarin gue main ke rumah."
"Hai, Sonia," Dimas menyapa balik. "Kabar baik. Lagi skripsi juga?"
Bodo amat deh bahwa sepertinya cewek itu mengenal Dimas dengan baik juga. Mataku hanya terfokus pada tangan ramping yang melingkari lengan Larung dengan protektif. Jika dengan Tasya interaksi Larung terkesan hangat, dengan cewek ini kedekatan itu jauh lebih intim. Tapi aku nggak pernah melihat cewek ini muncul di media sosial Larung. Ya walaupun itu nggak mengikis kemungkinan bahwa mereka pacaran sih.
"Wah, sama siapa, Dim? Pacar baru?"
Aku mendengar Dimas tertawa kecil. "Iya. Kenalin, ini Bri."
Lalu tanganku kembali ditarik menjadi sangat dekat, dan Dimas merangkul pundakku, dan mengacak belakang kepalaku. Aku menatapnya, dan Dimas tersenyum manis padaku. Lalu aku menatap Sonia dan mengulurkan tangan dengan senyum lebar.
"Halo. Bri," kataku memperkenalkan diri.
"Sonia," dia balas menjabat tanganku. "Wah, serius? Gila gila, akhirnya Dimas punya pacar! Kok kamu nggak pernah cerita, Rung?" tanyanya pada Larung.
Baru pandanganku jatuh pada Larung, tapi hanya sebentar. Aku buru-buru mengalihkan mata dan nyengir lebar. Sebenarnya, sejak tadi aku nggak berani menatapnya. Walau aku yakin Larung langsung menatapku begitu Dimas memperkenalkanku sebagai pacarnya tadi. Aku nggak ingin tahu bagaimana respons Larung tentang hubunganku dengan Dimas yang sudah di-upgrade. Bukannya apa-apa, aku khawatir hatiku langsung ambyar jika tahu bahwa Larung biasa saja mendengar aku dan Dimas pacaran.
Dimas terkekeh. "Baru jadian sih," katanya. "Dia juga nggak tahu kayaknya."
Sonia ber-oh panjang. "Ya udah nanti kapan-kapan kita double date ya..."
Double date? Berarti ...
"Iya, atur aja Son. Kita duluan ya. Yuk, Beb!"
Tanpa menunggu jawaban baik dari Larung, Sonia, ataupun aku, Dimas meraih tanganku dan menggandengku untuk pergi.
Aku diam saja, meski sebenarnya aku ingin menangis. Aneh, aku merasa seperti baru saja selingkuh dari Larung. Aku merasa bersalah dan patah hati di saat yang sama. Posisi Larung dan Sonia tadi seolah nggak berjarak. Sonia juga terlihat akrab dengan Dimas. Tadi dia juga bilang baru saja main ke rumah. Jadi, mereka benar-benar pacaran? Jadi, benar Larung punya pacar?
![](https://img.wattpad.com/cover/208688225-288-k616816.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Temu Rasa
Ficção AdolescenteBrilian, seorang mahasiswa hukum berusia 20 tahun, berhasil bekerja part time di Kafe Ruang Temu Rasa, milik pria yang selama 1,5 tahun terakhir dicintainya diam-diam. Saat perasaannya bersambut, ia harus menghadapi mantan pacar si pria yang posesif...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir