Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

1. Minta Tolong Juga Harus Mikir

294K 9.8K 533
                                    

"Bri ..."

Aku menengok ke belakang dengan gusar. Rasanya aku ingin menyiramkan jus yang sedang kupegang ini padanya, seandainya yang menguntitku ini bukan Dimas. Kelakuannya itu benar-benar mengerikan dan mengganggu kenyamanan umat. Dia bahkan sudah membuat kami jadi perhatian seisi kantin, karena Dimas bahkan tak berusaha menyembunyikan aksinya. Tingkahnya mirip seperti cowok berkacamata di film jadul Catatan Akhir Sekolah, yang mengejar-ngejar cewek dengan bunga dari awal film dimulai sampai hampir selesai.

"Bri, ayo dong? Please ... Bantuin gue ..."

Dengan wajah memelas, Dimas terus berusaha membujukku. Hal itu sudah dilakukan oleh pria berambut pendek rapi itu sejak satu jam yang lalu. Bahkan kalau mengikutsertakan chat-chat dan telepon-teleponnya, teror itu sudah terjadi sejak minggu lalu.

"Nggak mau, Dim! Ngeyel amat sih lo?" decakku kesal. "Minta tolong kok nggak mikir dulu! Ngeselin!"

Dimas semakin memasang wajah yang memelas.

"Ayolah Bri ... Gue traktir nonton konser Bon Jovi deh ..."

"Konsernya udah lewat kaleeuuuss!" decakku kian sebal.

"Ya konser tahun depan ..."

"Belum tentu mereka konser di sini lagi! Lagian tiket konser mereka mahal! Lo pasti cuma mau ngibulin gue doang kan? Fotocopy handout kuliah aja lo masih ngutang ke gue!"

Dimas nyengir kecut, sambil garuk-garuk kepala.

"Ya udah deh, lo minta imbalan apa? Asal jangan mahal-mahal. Tapi kalau tetep mau tiket Bon Jovi ya nggak apa-apa. Gue nabung dulu dari sekarang."

"Halah! Ngibul!"

"Kagak! Suer deh!" Dimas mengangkat membuat simbol V. "Meski kere, gue selalu menepati janji!"

"Idih ... Apaan ... Nih ya, lo pernah janji mau nungguin gue rapat BEM buat ngasih tebengan. Eh lo malah balik duluan karena mau molor! Terus lo janji mau nemenin gue ikut kelas Filsafat di Salihara. Sampe habis kelasnya juga lo nggak pernah bisa! Nggak pernah bohong apaan? Hidup lo tuh penuh kebohongan, terutama ke gue!"

Sebenarnya aku nggak pernah berniat mengungkit dosa Dimas padaku, karena sebenarnya dia juga sangat berjasa dalam hidupku. Tapi aku terpaksa melakukannya! Pasalnya, permintaan Dimas kali ini super duper nggak masuk akal. Sudah begitu, dia maksa lagi!

Sementara itu, di hadapanku Dimas nyengir kecut sambil garuk-garuk kepala karena dosa-dosanya dibacakan dengan kejam.

"Yaa sori-sori ... Tapi kalau ini gue nggak akan ingkar janji. Lo bakal jadi penyelamat hidup gue soalnya, Bri. Lo menyelamatkan mimpi gue. So, pasti gue nggak akan melupakan jasa itu selamanya."

Aku melengos kesal. "Kenapa harus gue sih?" tanyaku gusar.

"Ya gue nggak tahu lagi musti minta tolong siapa, Bri. Kan cuma lo sahabat gue yang memungkinkan."

"Toro kan juga sahabat lo! Adri juga!"

"Anjir! Gilingan aja lo! Masa gue minta tolong cowok-cowok itu buat jadi pacar gue?" tanya Dimas tak habis pikir.

"Sebodo amat! Nggak mau gue!"

***

Semua itu berawal dari suatu siang yang panas di akhir pekan. Aku sedang goler-goleran di kamar kos, dengan jendela terbuka lebar dan kipas angin berderit yang tak bisa mengurangi panas. Aku bahkan memilih tiduran di lantai, karena kasur terlalu gerah.

Lagi-lagi aku menyesali keputusanku memilih kamar di lantai dua, karena nyatanya di siang hari panasnya sungguh luar biasa. Kalau benar neraka bocor, aku curiga kebocorannya itu ada di atas kamarku.

Ruang Temu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang