My DANGEROUS GIRL - Part 17

568 21 0
                                    

Playlist : All of Me - John Legend

Your playlist :

***

"Aku hanya merindukan mommy dan daddy, riel. Dulu aku sering sekali ke pantai bersama mereka. Menghabiskan liburan ku di tempat indah seperti ini." ucap Zeina lagi, mata nya mengarah kedepan, pikiran nya menerawang jauh. Pada waktu dimana dia mengalami kebahagiaan itu. Sudah sangat lama sekali, bahkan sebelum Zeina masuk ke Sekolah Dasar. Lalu tersenyum getir. "Dimana mereka, Zei?" tanya Dariel lagi. Sungguh! Dia penasaran.

"Mereka ada di Indonesia, riel. Aku disini. Mereka meninggalkanku." Zeina menunduk. Air matanya kembali merembes keluar. Dia sungguh merindukan dua orang itu. "Aku lahir disini. Menikmati masa kecil ku juga disini. Lalu entah karena alasan apa, tiba-tiba saja orang tua ku mengajak ku pindah. Ke Indonesia. Itu jauh sekali kan? Aku bahkan tidak pernah membayangkan akan meninggalkan negara ini, riel."

"Sebenarnya, mereka tidak meninggalkanku. Mereka mengajakku, bahkan sampai memaksa. Tetapi, begitulah aku. Keras kepala, sejak kecil. Aku bersikeras tidak mau meninggalkan LA. Dan malah memilih tinggal bersama Aunty ku saja saat itu." tambah Zeina, dia mendongakkan kepalanya, tersenyum geli mengingat sikap buruknya itu. Menatap Dariel yang juga tengah menatapnya intens.

"Kau tau? Bahkan sampai saat ini mereka masih saja membujukku setiap kali menelepon. Aku hanya menjawab hal yang sama, tentu saja aku tidak mau. Begitu. Tidak ada yang menarik bukan dari kisahku?" Lagi. Zeina kembali tersenyum geli. Mengalihkan pandangan nya lagi ke lautan bebas dihadapannya.

"Hanya saja, dalam beberapa waktu aku memang lemah. Aku terlalu merindukan mereka, riel." Zeina kembali menangis. Air mata gadis itu turun dengan deras. Dariel yang melihat nya langsung merangkul pundak Zeina. Membawa gadis itu ke dadanya. Memeluknya. Mendekapnya hangat. Membuat Zeina semakin terisak.

"Sstt. . . Please, don't cry, Zei. Aku tidak suka melihat air mata berharga mu itu. Kau hanya boleh mengeluarkan nya saat bahagia saja." bisik Dariel, sangat pelan. Tepat di telinga Zeina. "I'm here. We're the same. Aku pun merindukan orang tuaku. You're not alone, Zei." tambah Dariel lirih. Zeina melonggarkan pelukannya, mendongak, menatap Dariel. Tapi Dariel kembali mendekap Zeina. Membuat kepala Zeina kembali terbenam di dada lelaki itu.

"Aku juga sendiri, Zei." Dariel memulai, sepertinya dia akan bercerita sekarang. Jadi, Zeina hanya diam saja. Mendengarkan. Lagipula, posisi nya sangat nyaman saat ini.

"Aku juga merindukan mereka. Kau tahu? Kenapa saat itu aku mengajakmu pulang bersama untuk pertama kali?" tanya Dariel. Dan Zeina hanya menggeleng pelan.

"Saat itu aku kacau, aku baru saja mendengar kabar jika kondisi Daddy ku semakin buruk. Dan kedatangan temanku pun tidak membantu sama sekali, jadi aku memutuskan untuk pulang. Lalu kebetulan aku bertemu denganmu. Maaf kan aku yang memanfaatkan situasi saat itu ya," kata Dariel. Zeina kembali mengangkat kepala nya bertanya kepada Dariel, "Kenapa?"

"Daddy ku sedang sakit, Zei. Dia depresi. Dia hancur. Raga nya sehat, tetapi jiwa dan hati nya seperti terbawa oleh Mommy ku. Ke surga." Dariel berkata pelan, sangat lirih. Kesedihan, kesakitan, dan kebencian terpancar dari mata cokelat nya.

"Kau tahu? Saat itu, aku juga hancur, Zei. Melihat Mommy ku seperti itu, hatiku sangat sakit. Apalagi merelakannya pergi meninggalkanku untuk selamanya. Tapi, aku tidak menyadari jika Daddy lebih hancur dariku. Melihat orang yang dicintai nya harus meregang nyawa didepan matanya, pada saat kejadian mengerikan itu." lanjut Dariel lagi. Mata nya sudah berkaca-kaca. Mati-matian menahan tangis. Dia ini lelaki, tidak boleh menangis.

"Mommy ku dibunuh, zei. Tepat di depan mata ku dan Daddy ku. Di mansion kami. Istana kebahagiaan kami. Daddy ku dipukuli habis-habisan. Sedangkan aku? Dariel kecil hanya mampu menangis meraung-raung meminta dilepaskan ketika melihat Daddy nya babak belur, dan orang-orang sialan menodongkan pistol dikepala mommy nya. Tidak bisa berbuat apa-apa. Dan ketika, tangan orang terkutuk itu menarik pelatuknya, mommy ku langsung tergeletak, Zei. Dengan darah yang mengalir dari kepalanya. Aku berteriak dan dengan sekuat tenaga aku melepaskan cengkeraman mereka, berlari kearah mommy ku. Ikut memeluk tubuh nya, yang telah didekap oleh Daddy. Bantuan datang. Tapi itu terlambat. Tuhan telah mengambil mommy ku. Untuk selamanya. Aku pernah berpikir bahwa apakah aku benar-benar anak nakal sehingga tuhan mengambil wanita paling berharga dalam hidupky dengan cara seperti itu? Jika benar, seharusnya----"

My DANGEROUS GIRL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang