My DANGEROUS GIRL - Part 56

393 18 0
                                    

Playlist : Fall - Justin Bieber

Your playlist :

***

Zeina mengerjapkan matanya, mencoba membiasakan bias cahaya lampu yang menyala. Melirik keatas nakas, pukul dua malam. But wait, kamar dengan dominasi biru dan abu-abu ini bukan kamarnya, terlalu maskulin. Lalu Zeina mengalihkan pandangan ke sekitar ruangan, didalam kamar ini ada beberapa foto lelaki yang sangat Zeina kenal. Lalu dia tersenyum tipis melihat foto-foto itu.

Hingga tatapan nya berhenti saat melihat si pemilik kamar ini sedang terbaring diatas sofa tidak jauh dari ranjang king size nya.

'Apa dia tidur di sofa?' pikirnya

Zeina bergegas menyingkap selimutnya, berniat turun dari ranjang. Tetapi, pada saat dia akan menurunkan kakinya, bayangan-bayangan kejadian yang pernah terjadi di penthouse ini berputar di kepalanya. Seakan menyuruh Zeina mengingat itu semua. Tentu saja dia ingat, hanya saja sedari tadi dia menahan nya. Tapi, otak nya terlalu berkhianat dengan kembali memutar potongan kejadian yang sama sekali tidak bisa dia lupakan.

Demi tuhan, dia mencintai Dariel. Begitu juga Dariel mencintainya. Kejadian seperti itu tidak akan terulang lagi, tidak akan. Zeina mencoba meyakinkan itu terus dalam hati, tangan nya terangkat meremas rambutnya, lalu menunduk dan memejamkan mata, dia ingin lupa. Dariel disini, bersamanya. Tidak akan menyakitinya lagi.

Zeina terlonjak kaget, karena tiba-tiba ada yang memegang bahunya. Dan menghela napas lega, saat dia tau itu Dariel. Lelaki itu ikut terbangun rupanya, dia duduk di sebelah Zeina. Menatap Zeina khawatir,

"Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa terbangun, hm?" Tanya Dariel lembut, sembari melepaskan cekalan tangan Zeina pada rambutnya sendiri.

Zeina kembali menunduk, tidak mau menunjukan ketakutannya didepan Dariel. Dariel membawa tangan nya ke dagu Zeina, mengangkat nya agar mau menatap mata Dariel.

Begitu Dariel berhasil menatap mata Zeina, dia tersenyum miris. Dariel tau arti tatapan itu, itu adalah tatapan yang sama saat terakhir kali mereka ada di penthouse ini, saat dia melakukan hal brengsek. Tatapan ketakutan. Ya Tuhan, apa sekarang Zeina takut padanya?

"Apa apa Zeina? Apa kau takut padaku?" Lagi. Dariel bertanya dengan nada cemas di suaranya. Zeina terdiam menatap mata cokelat Dariel, lalu menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Jangan berbohong padaku, Zeina. Aku bisa melihatnya."

"Tolong, jangan menatapku dengan tatapan itu. Aku minta maaf, hal seperti itu tidak akan terulang lagi." Lanjut Dariel terus menatap mata Zeina sembari menghela napas pelan.

"Aku...aku hanya, aku tidak takut padamu Dariel. Hanya saja, bayangan itu berputar di kepalaku, aku mencoba menghilangkannya." Jawab Zeina, sembari mengusap air mata nya pelan.

"Maafkan aku, Zeina. Maafkan aku yang membuatmu seperti ini,"

Zeina menggeleng pelan, tersenyum tipis kearah Dariel.

"Kau tidak akan pernah melakukan hal seperti itu lagi, kan?" Tanya Zeina

Dariel langsung menggeleng keras, "Tidak akan. Aku tidak akan memaksamu dalam hal apapun lagi."

"Aku percaya padamu," ucap Zeina lagi sembari bergerak mendekat pada Dariel, lalu masuk kedalam pelukan lelaki itu, membenamkan wajah di dada bidang Dariel.

Dariel segera membalasnya, lelaki itu mengelus puncak kepala Zeina kemudian memberikan kecupan-kecupan disana. Zeina terkekeh geli, Dariel mengecup puncak kepalanya terlalu banyak.

"Aku janji tidak akan mengecewakan kepercayaanmu lagi. Kau harus membunuhku jika aku melakukannya," ucap Dariel.

"Lalu, siapa yang akan aku cintai jika aku membunuhmu?" Gumam Zeina, yang langsung membuat Dariel mencium keningnya lama. Nyaman. Zeina menyukai ini, sangat.

"I love you, baby." kata Dariel pelan.

"I love you," balas Zeina, pipi nya merona mendengar Dariel memanggilnya begitu.

"Kau harus kembali tidur, kita baru sampai empat jam yang lalu." Dariel mengurai pelukan mereka, mengusap rambut Zeina pelan. Membaringkan tubuh Zeina, lalu menarik selimut wanita itu lagi.

Setelahnya, dia kembali mengecup kening Zeina lama lalu bangkit berdiri. Baru saja akan berbalik untuk menuju sofa, cekalan ditangannya membuat Dariel berhenti. Zeina yang melakukannya, wanita itu menatap nya sendu.

"Kau tidak akan menyentuhku lagi, kan?" Tanya Zeina dengan suara parau.

Dariel menggeleng, "Bahkan saat ini saja aku sedang menahannya." Jawab nya serak.

Zeina langsung tersenyum, "Lalu, kenapa kau tidur disofa Dariel?"

"Aku hanya tidak mau menyakitimu, Zeina."

"Maafkan aku atas kejadian itu," ucap Dariel lagi putus asa.

"Kau ingin aku memaafkanmu?"

Mendengar itu membuat Dariel langsung mengangguk mengiyakan.

"Tidurlah disini. Bersamaku. Aku ingin tidur dalam pelukanmu." Kata Zeina tersenyum manis, lalu menggigit bibir bawahnya. Dariel mengangkat alisnya, tapi dia langsung membaringkan tubuhnya disebelah Zeina.

"Apa kau mencoba menggodaku, baby?" Tanya Dariel curiga karena Zeina langsung  mengangkat selimut mereka.

Zeina merenggut, "Aku mau pelukanmu, bukan mau menggodamu."

Dariel terkekeh pelan,

"Kemari." Kata Dariel lagi, membawa kepala Zeina pada tangan kanannya, menjadikan bantal wanita itu. Tangan kirinya memeluk Zeina mengelus rambut wanita itu dengan lembut.

Sedangkan zeina, dia langsung membenamkan wajahnya di dada Dariel. Dia bisa mendengar detak jantung Dariel saat ini.

'God, kumohon biarkan aku bahagia bersamanya. Aku mencintainya,' ucap nya dalam hati.

"Pasti berat kan harus menggendongku sejak turun pesawat?" Gumam Zeina.

"Kau benar. Untung saja aku menggendongmu seperti karung beras. Well, cukup membuat mudah," jawab Dariel santai.

Zeina memukul dada Dariel pelan. Dariel hanya terkekeh geli setelahnya, membuat Zeina semakin kesal.

"Sleep, baby."

"I love you." Kata Dariel.

TBC.

***

JANGAN LUPA KASIH BINTANG, KOMEN, KRITIK DAN SARAN.

Berharga lho!

My DANGEROUS GIRL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang