My DANGEROUS GIRL - Part 18

517 20 0
                                    

A new cover by rfan19, Semoga Suka!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A new cover by rfan19, Semoga Suka!


Playlist : Call out my name - The Weeknd

Your playlist :

***

Dariel sedang berdiri didepan jendela kaca diruangannya. Menatap kesibukan kota Los Angeles dari atas gedung kantornya. Pikiran nya berkecamuk, marah, bingung, benci dan takut kehilangan disaat bersamaan.

Tiba-tiba dia mendengar suara pintu ruangan nya terbuka. Tanpa diketuk. Itu adalah kebiasaan seseorang ketika masuk keruangan nya beberapa waktu belakangan. Dariel mendengus, lalu berjalan untuk kembali duduk di kursi nya. Mengambil berkas secara acak, memeriksa nya, agar kelihatan sibuk.

Zeina yang melihat nya menggeleng pelan, menghampiri Dariel. Melingkarkan tangan nya di pundak lelaki itu, Dariel menegang. Tetapi kemudian. . .

"Singkirkan tanganmu itu, Zeina. Aku sedang sibuk." perintah Dariel tegas. Zeina langsung merengut mendengarnya. Aneh sekali.

"Ayolah, ada apa riel? Sejak pulang dari pantai dua hari lalu, kau seakan menghindariku. Tidak mengangkat telepon ku. Tidak mengajakku makan siang bersama. Tidak menawarkan pulang ber---"

"Sudah ku katakan, singkirkan tanganmu dari tubuhku, Zeina." kata Dariel lagi. Kali ini suara nya meninggi. Membuat Zeina melakukan perintah lelaki itu.

"Keluarlah dari ruangan ku, Zeina. Aku sedang sibuk sekali. Lain kali saja," perintah Dariel lagi. Tanpa menoleh kearah Zeina. Sedikitpun.

Zeina semakin mengernyit kan kening bingung, sebelum ini mereka baik-baik saja. Bahkan, sangat baik-baik saja.

Ada yang aneh disini, Batin Zeina yakin. Dia tidak menyerah.

"Tidak, riel. Aku butuh waktu mu sebentar. Kau ini aneh sekali, riel. Apa yang salah. What's wrong with you?" tanya Zeina lelah. Tetapi dia tetap keukeuh ingin mendengar jawaban Dariel.

Perlahan Dariel mendongakan kepala nya. Mata nya menatap Zeina tajam. Bahkan, tatapan kehangatan ketika lelaki itu menatap Zeina, hilang sudah. Terganti dengan tatapan tajam dan penuh kebencian? Tapi kenapa?

"Apa katamu?! Kau bertanya apa yang salah  denganku?! Seriously?! Aku yang harus mengatakan 'what's wrong with you' nona Miller?! Apa kau tidak dengar aku menyuruhmu keluar dari ruanganku?!" Sentak Dariel keras. Bahkan, dia sampai melemparkan berkas ditangannya ke sembarang arah. Napas nya memburu.

Sedangkan Zeina, dia terlonjak kaget. Mundur beberapa langkah, tentu saja dia terkejut. Sentakan Dariel begitu keras. Tapi, hati nya lebih sakit. Ini kali pertama dia melihat Dariel seperti ini. Seperti bukan Dariel.
Zeina bahkan masih keras kepala, tidak mau keluar dari ruangan Dariel.

Zeina kembali mendekat kearah Dariel yang sedang menunduk. Mengangkat tangan nya, menangkup wajah Dariel, mengarahkan mata lelaki itu agar menatapnya. Yang langsung ditepis kasar oleh Dariel.

"Jangan berani, menyentuhku dengan tanganmu itu, Zeina." Dariel berkata dingin. Kelewat dingin bahkan. Mendengar itu, Zeina sudah tidak bisa menahan tangis nya lagi. Air mata nya mendesak keluar, membiarkan dia terisak kecil.

Dariel yang melihatnya hanya berdecih tidak suka. Sebelum dengan tidak punya hati nya berkata,

"Hapus air mata sialan mu itu, Zeina. Aku takut akan menetes mengotori lantai ruanganku." kata Dariel lagi. Mata nya menatap Zeina dengan sorot kebencian yang kentara.

Zeina yang mendengarnya, langsung mengangkat wajah. Menatap Dariel tidak percaya.

Well, air mata sialan katanya?! Mana Dariel yang berkata air mata nya terlalu berharga untuk turun karena kesedihan? Dan sekarang lelaki ini yang malah membuat nya menangis. Bersedih, bukan bahagia. Ini bukan Dariel.
Kata Zeina dalam hati.

Tapi Zeina kembali melangkah kearah Dariel lagi, meletakkan tangannya di lengan lelaki itu. Lagi. Kali ini Dariel kembali menghempaskan tangan Zeina. Lebih keras. Lalu bangun dari kursi nya.

"Sudah aku peringati jangan menyentuhku dengan tanganmu lagi, Zeina. Apa kau tidak mengerti juga?! Keluar lah dari ruanganku. Sekarang." Dariel kembali menyentak keras. Amarah nya meluap-luap. Entah apa yang terjadi pada nya. Zeina sungguh tidak mengerti.

"Ah, kau memang tidak pernah mendengarkan kata-kata ku kan? cih, bahkan Aku bos nya disini." tambah Dariel. Dengan suara rendah. Sudah tidak menyentak seperti tadi. Tapi tetap saja, kata-kata nya seakan membuat pisau tak kasat mata menikam dada Zeina. Sakit sekali.

"Ini bukan dirimu, riel. Kau sedang marah. Tapi jangan seperti itu padaku. Jangan buat aku membencimu ya. Aku akan datang lagi. Kau harus menjelaskan nya setelah kau tidak sibuk ya."

Tidak. Zeina bukan menyerah. Tidak akan. Dia hanya mencoba memberi waktu untuk Dariel. Mungkin lelaki itu benar-benar sibuk saat ini. Dan Zeina tidak mau di jadikan pelampiasan amarah nya.

Perlahan Zeina berbalik. Melangkah keluar, sebelum tangan nya meraih pintu ruangan Dariel,

"Aku mencintaimu, Dariel. Kau harus ingat itu." kata Zeina lagi. Setelah itu, dia langsung keluar dari ruangan Dariel.

Dariel yang mendengarnya, mengacak rambutnya frustasi. Melempar dan membanting apa saja yang dapat dia raih di atas meja kerjanya. Meluapkan amarah.

Argggh. Sial.

TBC.

***

KENAPA SIH?!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KENAPA SIH?!

Maaf pendek,xixi

JANGAN LUPA KASIH BINTANG, KOMEN, KRITIK DAN SARANNYA.

Berharga lho!

My DANGEROUS GIRL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang