Warning!
Cerita ini mengandung ketidak-jelasan dengan kata-kata yang berantakan dan plot pasaran.
Vomment Jusseyo^^
.
.
.
Yeonjun melangkah malas sepaket dengan raut mukanya yang kentara malas sekali. Merasa sebal saat sang ayah terus memaksanya untuk sekedar melihat kondisi ibu tirinya yang terbaring sakit diranjang pesakitan. Uang jajan dan mobil merah sport kesayangannya, cukup untuk Yeonjun menekan ego dan menuruti titah Yonjae, ayahnya.
Melewati resepsionis untuk sekedar menanyakan ruangan ibunya, melirik kanan-kirinya bahkan tak terintrupsi sekalipun ia tak sengaja menabrak seseorang, Yaenjun terus berjalan dengan wajah malas yang terus melihat ke depan.
Ia sudah hapal dimana letak kamar inap ibu tirinya, omong-omong.
Karena bukan sekali-dua kali Taeyon masuk ke rumah sakit. Terlampau sering sampai ayahnya meminta pada rekan bisnisnya yang kebetulan pemilik rumah sakit ini satu kamar inap khusus berstandar vip.
Ck. Wanita bodoh itu memang menyusahkan!
Dua kali belokan dan sebelah kirinya, disanalah kamar ibu Taeyon berada.
Setibanya disana, Yeonjun akan benar-benar hanya melihatnya. Atau memotretnya satu kali-bukti ia melihat istri ketiga ayahnya itu- lalu kembali pulang ke rumahnya. Ya, Yeonjun hanya akan melakulan itu. Berada disini hanya buang-buang waktu berharganya saja.
Namun langkahnya terhenti, saat didepan sana terdapat seorang pria sedang berdiri tepat didepan kamar ibu tirinya. Tampak belakang, surainya berwarna coklat, punggung bidangnya terbalut jaket jeans yang warnanya sudah memudar pun dengan celananya.
Langkahnya dimulai perlahan, mencoba tak bersuara sedikitpun. Lorong yang sepi-karena memang khusus ruangan vip- benar-benar membantunya.
Jarak 3 langkah, Yeonjun mendapati aroma khas yang tidak terlalu kuat dari pria didepannya. Diangkat perlahan tangannya dan,
Pluk
Pria itu tersentak kaget karena tepukan pada pundaknya. Saat berbalik, Yeonjun mendapati wajah asing namun tampak familiar dari pria itu. Matanya, hidung bangirnya, wajah bulat pun bibir yang menggaris.
"siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?"
Yeonjun memicingkan matanya, mengeluarkan aura intimidasi seorang Kang. Hei, dia pewaris pertama kekayaan kerajaan Kang, meski orang didepannya tampak lebih tua juga punya aura yang sama kuatnya, Yeonjun tak akan bersikap lemah dan takut.
Sebaliknya, ia semakin mengangkat dagunya tinggi. Wibawa angkuh yang harus dimiliki keturunan Kang Yonjae.
"aku hendak mengunjungi keluargaku yang sakit. Tapi sepertinya aku tersesat dan salah ruangan. Bisa tolong aku tunjukan ruang 12?"
Pria itu menjelaskan dengan tenang sopan. Mungkin kekagetannya tadi hanya karena tepukan tuba-tiba dari Yeonjun. Ditilik dari penampilannya, pria ini bukan orang yang suka berbuat masalah. Mungkin memang benar dia tidak berniat apapun, murni hanya tersesat karena salah arah.
"kau salah belok. Harusnya Dua tikungan sebelum ini, kau berbelok disana."
"ah, terimakasih."
Saat pria itu sudah melangkah pergi, Yeonjun tetap memperhatikannya. Wajah dan tatapan itu mengingatkan Yeonjun akan seseorang.
Namun Yeonjun tak ingin ambil pusing. Ia melangkah acuh memasuki ruangan ibu tirinya. Namun saat masuk, sepi menyapa. Tidak ada Taehyun yang menunggu. Pun ibu tirinya, Taeyon sedang tertidur pulas di ranjang rumah sakit.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Yaeonjun mendekati bankar perempuan baya itu. Mengeluarkan ponselnya, ia memfoto wajah dan tubuh ibunya yang sedang terpejam. Mengetuk ikon kamera pada ponselnya, Yeonjun mengambil dua gambar selfie dengan sang ibu.
