Warning!
Cerita ini mengandung ketidak-jelasan dengan kata-kata yang berantakan dan plot pasaran.
Vomment Jusseyo^^
.
.
.
Taehyung membenci kehidupan keduanya-malamnya. Menjegal, merampas, mencuri hingga membunuh, jujur itu bertolak belakang dengan hati nuraninya.
Taehyung manusia. Itu jelas.
Namun ia butuh sesuatu-petunjuk agar dapat bertemu ibu dan adiknya. Atau setidaknya mengetahui makam mereka, jika sudah tiada.
Iya, benar. Taehyung sedesperate itu untuk mencari mereka. Maka diambilah tawaran Yoongi saat pemuda Min itu mengajaknya dan Jungkook untuk menjadi rekan kerjanya.
Taehyung harap, ia menemukan setitik informasi keberadaan keduanya. Dan Taehyung mendapatkannya.
Meski masih berupa dugaan, namun melihat figur Taehyun yang hampir mirip dengannya, belum lagi kejadian kemarin-saat Taehyung melihat sosok mirip ibunya yang sedang terpejam, membawa angin segar dalam pencariannya.
Tinggal Taehyung mencari lebih banyak bukti sembari meyakinkan hatinya, memilih dominan dari berbagai macam euphoria yang membuat dadanya bergemuruh kencang.
Senang dan rindu, itu sudah pasti. Namun rasa sedih, kecewa dan marah, Taehyung sedang memikirkannya.
Bicara tentang keluarga, tak akan lengkap bila tak ada sosok pria pemimpin dalam keluarga. Sosok kepala yang harusnya menjadi panutan-terkhusus untuknya yang berkelamin laki-laki. Pria penuh wibawa nan bijaksana, tegas disaat yang bersamaan dapat mengulas senyum ramah dan tentu jadi sumber pengalaman yang kelak Taehyung cari. Seorang ayah.
Tapi Taehyung tak pernah memikirkannya. Tak sekalipun mengharapakan kehadirannya.
Masa kecilnya, cukup dengan sang ibu juga calon adik bayinya. Dan keluarga sahabatnya-Jimin yang menjadi tetangga dekatnya bisa menjadi warna lain dalam hari-hidup Taehyung kecil.
Taehyung ingat, ia pernah menanyakan keberadaan ayahnya pada sang ibu. Kala itu, ia cemburu karena Jimin bercerita ia tertidur dipelukan appanya. Namun saat esoknya kepala dari keluarga Park itu memeluknya saat tidur siang, Taehyung kontan melupakan pertanyaanya.
Baginya, ayah Jimin adalah ayahnya.
Dan sahabatnya tak sedikitpun keberatan berbagi appa dengannya.
Taehyung benci saat harus memegang pistol ditangannya, atau melayangkan pukulan pada orang asing didepannya. Namun jika itu bisa membuatnya bertemu dengan ibu dan adiknya, Taehyung akan melakukannya.
Dan disanalah ia-mereka. Duduk nyaman disebuah sofa empuk dan mewah di sebuah ruangan tak kalah megah.
Tapi disebuah rumah besar bak istana kerajaan.
Memang bukan pertama kalinya mereka berurusan dengan orang-kelewat- kaya. Tapi ini pertamakalinya mereka bertatap muka langsung dengan tuannya.
Biasanya cukup mengontak dari internet-itu Soobin yang mengurusnya-, mereka melaksanakan misi lalu mereka mendapat upah yang ditransfer untuk jasa pertolongannya.
Pakaian merekapun tidak setelan hitam-hitam seperti biasanya, melainkan pakaian bebas seperti keseharian mereka. Casual look.
Tak.. Tak.. Tak
Dari luar pintu ruangan, terdengar ketukan langkah, semakin lama semakin kencang, dekat. Keempatnya termasuk Taehyung bergegas menegakkan tubuhnya yang terduduk di sofa mahal, bersikap formal pada calon klien mareka. Atau calon tuannya.
