KTH #33

264 35 0
                                        

Warning!

Cerita ini mengandung ketidak-jelasan dengan kata-kata yang berantakan dan plot pasaran.

Vomment Jusseyo^^

.
.
.

"ibu!!"

Taehyun terengah saat melonjak bangkit dari tidurnya.

Meneliti tempatnya berada, seperti sebuah kamar inap di rumah sakit. Ruangannya serba berwarna putih dengan aroma septik yang mencolok. Saat ini ia berada diatas ranjang dengan satu infus yang terhubung langsung dengan salah satu lengan-

Memangnya Taehyun kenapa?

Masih bingung dengan kondisinya, Taehyun merasa pening di kepalanya. Disusul dengan nyeri, terutama dibagian pundak, pinggang, kaki dan sekujur tubuhnya.

Butuh waktu sedikit lebih lama hingga Taehyun mengingat semuanya. Ia dan Hueningkai di sekap, kakaknya di serang dan ibunya di-

"ibu?!"

Taehyun mengingat ibunya yang di tembak dan-mungkin masih dalam penanganan. Namun ia bertemu dengan Taeyon dalam mimpinya tadi. Taehyun masih mengingat serinci mungkin.

Ibunya tampak cantik dengan gaun putihnya. Wajah dan seluruh badannya bercahaya. Tersenyum lebar ke arahnya dengan mata berbinar.

Tapi kenapa perasaanya tidak enak.

Mencabut paksa jarum di tangannya, Taehyun berlari dengan tergesa, abai dengan punggung tangannya yang mengucur darah.

Ibu..

Kata itu terus dilapalkan dalam hatinya. Setiap hentakan didadanya, selaras dengan pijakan kakinya yang bergegas.

Ibu..

Taehyun berlari menuju ke bagian pusat informasi, bertanya di mana ibunya ditempatkan. Ternyata salah satu ruang operasi di sayap kiri gedung besar.
Taehyun menghaturkan terima kasih, lantas lanjut berlari.

Ibu..

Itu seperti obat penenang untuknya. Cukup bayangkan paras menawan sang ibu yang menyambut dengan senyum cantiknya setiap pulang sekolah lantas diberi pelukan hangat yang menenangkannya, maka Taehyun akan tenang. Sekacau apapun harinya, Taehyun pasti tenang.

Namun semakin dekat, Taehyun malah semakin berdebar tak mengenakan. Itu menyakiti pernafasannya, omong-omong.

Berbelok dipersimpangan, Taehyun mendapati gurunya-Jimin. Ada juga 2 orang lainnya yang Taehyun ketahui sebagai kakak tirinya. Kim Seokjin dan Kim Namjoon. Ketiganya duduk berjejer, menghandap ke arah pintu besi dengan lampu merah menyala di atasnya.

"Tae.."

Taehyun mengurai senyumnya, kendati sedikit terpaksa. Jimin menyapa, tidak sopan jika Taehyun abai pada ucapan gurunya.

"annyeong ssaem. Ssaem masih disini, rupanya."

"hei, bagaimana mungkin aku abai pada keadaaan ibumu. Tae.. Hyung-"

"a-aniya ssaem. Gwaenchana. Itu bukan kesalah ssaem. Mm, omong-omong dimana Hueningkai?"

Ekspresi Jimin yang tadi sendu berubah terkejut. Mata sifitnya membola, meski tidak merubah apapun sebenarnya. "dia ada di sini? Hyung kira Hueningkai tidak tahu.."

"ani, Hueningkai juga ikut bersama ku dengan Tae hyung. Aku terpisah dengannya saat turun dari mobil tadi."

"Hueningkai itu, bocah bule yang tadi histeris?"

Taehyun tersentak saat si sulung Kim pengusaha itu masuk ke dalam pembicaraanya bersama gurunya. Bukannya mengapa, Taehyun masih merasa segan dengan saudara seayahnya.

KTH's Stories (✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang