Warning!
Cerita ini mengandung ketidak-jelasan dengan kata-kata yang berantakan dan plot pasaran.
Vomment Jusseyo^^
.
.
.Setelah puas dengan informasi yang pa-aniyo, tapi-appa Park berikan, juga menghabiskan semangkuk sup hangat untuk makan malam bersama, Taehyun pergi ke rumah disamping keluarga Park. Rumah lama ibu dan hyungnya.
"kau yakin ingin tidur disini Taehyunie?"
Taehyun tak keberatan dengan panggilan manis seperti itu. Sempat salah paham karena mengira bahwa pria tua bermata ikan itu adalah ayah mereka-dia dan kakaknya-, namun ternyata adalah ayah dari salah satu gurunya, Jimin ssaem yang ternyata sahabat lekat kakaknya.
Dunia ternyata memang sesempit itu. Batinnya senang.
"meski sudah lama ditinggalkan, appa selalu membersihkannya. Teringat karena keinginan hyungmu-nantinya ia ingin kau dan ibumu tinggal bersama disini."
Taehyun menghangat mendengarnya. Fakta jika hyungnya sudah mencari ia dan ibunya sejak lama-sedikit membuat nyeri didadanya. Merasa bersalah karena tidak mengetahui kebenaran tentang keluarganya lebih cepat dari ini.
Namun lebih daripada itu, ia sangat bahagia. Terlalu bahagia sampai letih karena jantungnya yang bertalu terlalu keras. Hyungnya tidak hanya mencari ibunya, tapi juga dirinya. Ia mengingatnya dan menyayanginya. Taehyung hyungnya, menerimanya. Apa yang lebih baik dari itu.
Dengan pandangan yang sedikit kabur, Taehyun meneliti keadaan rumah itu-rumah mereka. Tidak banyak barang, karena memang nasib hyungnya saat kecil tidak sebagus dirinya-tentang uang dan materi.
Ceklek
"ini satu-satunya ruangan di rumah ini. Kamar mereka."
Tidak sadar karena terlalu sibuk mengamati, Taehyun sampai disebuah ruangan-kecil dengan lebih sedikit barang. Kasur lantai yang terlipat rapi dipojokan, lemari sebatas tingginya juga keranjang kosong entah untuk apa.
"kau bisa menggunakan apapun yang ada disini. Jangan sungkan, toh ini rumah kalian."
Rumah kalian.
Taehyun langsung tersenyum lebar mendengar itu.
Rumah kita. Kami."kau yakin untuk tidur disini? Maksud appa, malam akan terasa jauh lebih dingin dan disini tidak ada penghangat ruangan. Dirumah appa juga tidak ada penghangat ruangan, tapi appa punya selimut yang lebih tebal daripada itu."
Taehyung tersenyum lembut saat ayah dari gurunya itu menoleh menatapnya cemas. Ia tersanjung untuk itu. "tidak apa-apa appa. Aku hanya ingin.. Merasakan apa yang hyung rasakan. Lagipula rumah ini terasa sangat nyaman sekali. Terimakasih."
Taehyun membungkuk 90 derajat dihadapan pria penyelamat untuk keluarganya. Tanpa sadar, matanya memanas. Mengalirkan sungai tipis yang langsung terjun kepunggung kakinya yang telanjang.
Taehyun menagis. Lagi. Dan itu membuat pria Park terkejut bukan main.
"ya.. Kau kenapa menangis, hmm?"
"aniyo appa. Aku hanya terlalu bahagia. Selama perjalan tadi, aku takut akan titik buntu tentang hyung. Atau jikapun aku bertemu dengannya, aku takut akan kebenciannya kepadaku dan ibu. Tapi mendengar apa yang appa ceritakan tadi, kekhwatiranku langsung menghilang. Aku senang hyung menyanyangiku. Dan aku juga senang, appa juga menyangiku seperti menyangi hyung."
Taehyun menarik isaknya pelan. Tangannya yang bertumpu dilutut, dibawa satu untuk menghapus air di wajahnya. Namun tetap tubuhnya tidak sesikitpun menegak, tetap membungkuk penuh hormat didepan appa-nya.
"aku-mewakili ibuku. Tapi ini juga benar-benar dari dalam hatiku. Terimakasih appa. Terimakasih sudah merawat Taehyung hyung, menjaga dan mengasihininya. Terimakasih juga sudah menerimaku. Aku tidak akan terkejut saat bertemu dengan hyung nanti, ia tersenyum lembut kepadaku. Karena pastinya, appa mendidik hyung dengan baik."
"ya.. Kau ini bicara apa. Ibumu adalah adikku. Kakakmu adalah kembar tak sekandung dari anakku. Kaupun juga Taehyunie.
Kalian aku selalu menjadi bagian dari kami." appa Park menarik lembut tubuh Taehyun yang membungkuk. Didekapnya erat sembari mengusap pelan punggung remaja lelaki tersebut."Dan lagi Taehyunie, kau bisa memegang ucapanku yang ini. Taehyungie-ia menyangimu dan ibu lebih dari apapun. Dia benar-benar mencintai kalian berdua. Jja, sekarang cepat tidur. Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bebas mengetuk pintu rumah appa. Jam berapapun itu."
____KTH's Stories____
Saat itu, malam terasa jauh lebih dingin. Udara menusuk membekukan tulang rangka Taehyung, hingga jaket tebal sebanyak 2 tak cukup mampu menghalaunya.Sial. Kenapa degupan jantungnya terasa lebih liar. Jauh lebih kencang dibanding saat Taehyung memegang pistol untuk pertama kali.
Bahkan mengalahkan edrenalinnya yang terpacu kala mendapat misi untuk membunuh seorang pejabat tinggi.Padahal Taehyung hanya mencoba untuk menyapa masa lalunya. Syukur jika mereka-ibu dan adiknya dengan senang hati mau menerimanya.
Ditengah koridor yang sepi, di atas lantai sedingin es karena lewat tengah malam. Taehyung terpaku memikirkan sesuatu. Lagi.
Sial. Lagi!
Kenapa ia tidak memikirkan yang satu ini.Perihal rindu dan benci yang dirasanya, jelas rindu berakar kuat dalam dirinya. Ia mencintai mereka jauh lebih dari apapun.
Tapi, bagaimana jika sebaliknya?Bagaimana jika ibunya memilih lupa tentang dirinya. Bagaimana jika adiknya tidak menginginkannya. Bagaimana jika mereka memilih hidup tanpanya?
Sialan!
Taehyung banyak mengumpat malam ini.Setitik ragu kembali muncul. Inginnya kembali mengadu pada Jimin atau appa Park, atau bergumul hangat diatas kasur tipis dirumahnya yang lama.
Namun faktanya, rasa ingin berjumpa lagi-lagi mengunggulinya. Taehyung akan menerima semua resiko buruk yang terjadi didepannya.
Taehyung kembali berjalan-
Ceklek
-hingga sampai didepan sosok yang dirindukannya. Untungnya ruang rawat inap ibunya, tidak dijaga oleh siapapun. Tunggu, dimana Taehyun?
Taehyung berjalan mendekat kearah ranjang ibunya. Berpuas menatap wajah cantik ibunya-yang kali ini benar-benar ada didepan matanya. Bukan hanya sekedar potret lama, atau bayangan Taehyung yang menggambar.
Ibunya benar-benar ada dihadapannya, dalam jangkau pandangannya.Wajah bulat yang terpejam, kelopak yang menutup iris coklat semiliknya, hidung mungil yang memerah, juga bibir tipisnya yang sewarna darah. Kini, itu semua benar-benar nyata, tidak lagi semu belaka.
Detik selanjutnya, tercipta kerutan halus didahi malaikatnya, kelopak yang tadi tertutup apik, bergetar perlahan untuk membuka. "Eungg, Tae.." Manik penuh kasih sayang milik ibunya terlihat, membuat Taehyung sedikit gemetar.
Taehyung kepalang bahagia. Rasa senangnya tak tertandingi selama 17 tahun hidupnya sendiri. Sampai-sampai euphoria yang ia rasakan membuat matanya memproduksi setipis sungai yang mengalir dipipinya. Ia menangis karena terlalu bahagia.
Hingga satu isak lolos dari tahanannya yang ia buat karena tidak ingin mengangganggu ibunya.
"Taehyungie?!"
.
.
.Feelingnya gk ngena bgt:(
Mian semuaa🙏🙏