KTH #27

270 31 0
                                        

Warning!

Cerita ini mengandung ketidak-jelasan dengan kata-kata yang berantakan dan plot pasaran.

Vomment Jusseyo^^

.
.
.

Injakan pada pedal gas Taehyung tekan dalam, selaras dengan pegangannya pada kemudi seerat mungkin. Dua itu sulung Kim lakukan karena: menghalau udsra dingin yang menyelinap lewat kaca meski sudah ditutup seerat mungkin, laiinya karena tekadnya membawa keluarganya bersamanya sedang ia laksanakan.

Pagi itu, sekitar jam 6 pagi dimana langit masih gelap berkabut dengan hawa sedingin es kutub utara melingkupi, Taehyung beserta ibunya, adiknya dan satu lainnya-Hueningkai sudah dalam perjalanan-pelarian mereka.

Mereka kabur, tentu saja. Ibunya mungkin akan masuk daftar pasien menghilang, karena mereka sudah pergi 3 jam dari tengah malam. Sedang adik dan bocah bule yang dibawanya, akan masuh daftar pencarian orang karena mereka sudah meninggalkan rumah sejak jam 9 pagi kemarin.

Taehyung sendiri, tentu banyak yang ia alami selama mempersiapkan pelarian mereka. Seperti membuat skema alur pelarian mereka, mengingat keluarga ibu dan adiknya yang sangat berada-tentu akan mudah menyewa sekolompok untuk melacak mereka. Ia juga harus memikirkan dimana tempat mereka bermukim, atau setidaknya bersembunyi beberapa bulan untuk bersembunyi lagi.
Rumah bobrok hunian Taehyung bersama ibunya dulu, jelas tidak bisa jadi pilihan meskipun Taehyung sangat ingin. Kang Yonjae sudah pasti akan mendatanginya, dan karena itu pula ia harus meminta maaf karena sudah tentu appa Park-notabene tetangga satu-satunya yang juga berhubungan dekat dengannya akan terkena imbas padahal pria tua itu tak Taehyung jelaskan apapun.

Seluruh alat yang berkwmungkinan dapat melacak jejaknya: seperti ponsel, kartu atm dan lain sebagainya ia buang ditempat sampah belakang rumah sakit. Tentu setelah menarik seluruh tabungannya.

Dan mengenai keanggotaanya pada kelompok Yoongi, Taehyung akhir malam tadi. Ia mengundurkan diri sekaligus pamit pada Yoongi dan Soobin yang sedang menyiapkan peralatan berburu mereka. Datang setelah seminggu lebih tidak pulang, Taehyung mendapat saru bogeman tepat dibagian mata kirinya-sampai membiru bekasnya. Dan saat berkata "aku berhenti." tentu bogeman lain menyusul menjuris keseluruh tubuhnya oleh Yoongi yang kalap-Soobin bahkan tidak kuat menahannya.
Dan pada sibungsu dikelompoknya, Taehyung dengan wajah bersimbah darah menitip pamit pada satu pemuda yang terpaksa ia tinggalkan.

Ia tidak ingin, sebenarnya. Namun entitas ibu dan adiknya yang kemungkinan akan direnggut paksa tentu tidak bisa menjadi tawaran kepadanya. Taehyung ingin egois saat ini.

"Shhh.." satu rintihan lolos, membalikan kesadaran Taehyung-setidaknya akan posisinya sebagai pengemudia yang seharusnya fokus menatap jalanan.

Kepalanya menoleh cepat, mengecek keadaan ibunya yang terpejam dibelakang bersama dua remaja sebaya-dibuntal dengan banyak-banyak mantel untuk menghalau dingin udara pagi.

Iris coklatnya menatap raga sang adik yang sedang menengkan ibunya. "ibu sakit, Taehyun?" tanyanya mencuri lirik menatap jalanan depan. Ia tidak mebeerhentikan mobilnya, omong-omong.

"mungkin ibu kedinginan hyung. Mmm.. Bisa kita berhenti di mini market? Kita tidak memiliki persediaan air panas."

____KTH's Stroies____

Sedang dibagian lain dari bangunan ramai yang Taehyung tinggalkan bersama keluarganya, Jungkook-adik lainnya yang terpaksa Taehyung tinggalkan temgah terduduk lemas pada bangku koridor depan pintu besi bertuliskan ICU.

Kakak perempuannya-Jihan kembali kambuh setelah menjalani operasi. Dokter yang menanganinya berkata tentang penolakan pasien terhadap obatnya-itu yang Jungkook mengerti dari penjelasan panjang lebar.

Tidak ada Taehyung berarti tidak ada teman untuk menemaninya. Tidak ada penguatnya, tidak ada sandaran dan tidak ada hyung kesayangnya.

Taehyung itu hyung kesayangannya. Urutan kedua setelah noonanya yang paling Jungkook sayang. Namun selepas natal kemarin, ia tidak mendapati satu kabar apapun tentang hyungnya itu. Taehyungie hyung seperti ditelan oleh bumi.

Ceklek

"dengan keluarga pasien.."

Jungkook tidak bisa menghadapi ini sendirian, tidak saat kehadiran Taehyung pun menjadi pertanyaan besar untuknya.

"maaf, apakah anda keluarga dari pasien Jeon Jihan?"

Lalu apa yang harus dilakukan olehnya kini?

"maaf tuan..?"

Mencari hyungnya, atau menunggu noonanya?

"tuan...?" kali ini suara lembut yang menyapa rungunya. Tapi Jungkook sedang tidak ingin mendengar.

Sederet pertanyaan yang ditunjukan kepadanya, Jungkook abaikan. Tingkahnya yang duduk sambil memeluk kedua kakinya yang tertekuk, kontan menimbulkan pertanyaan lain bagi sosok penyalamat kakaknya.

"..tu..an..?"

Kepalanya yang terbenam pada celah yang kakinya buat menggeleng ribut. "tidak-jangan.. Jangan.."

"jangan katakan apapun. Kookie tidak ingin dengar. Kookie hanya ingin noona, kookie ingin hyungi.. Kookie tidak inging dengar, fidak ingin sendirian.."

Karena Jungkook sudah diambil alih oleh ketakutannya.

"Jungkook hyung!"

____KTH's Stories____

"dasar BODOH!!"

Plakk

Eungkk, "ap..pahh.."

"bocah idiot! Aku hanya menugaskanmu untuk mengawasi perempuan itu, tapi kenapa untuk ini saja KAU TIDAK BECUS KANG YEONJUN?!!"

"PENGACAU!!"

Yeonjun dengan kepasrahannya, duduk berlutut dihadapan sang ayah yang mengamuk murka.

Tentu, semua ini bermula karena perempuan sialan-Taeyon serta anaknya yang tak kalah sialan-Taehyun menghilang dari kamar inapnya. Entah apa yang terjadi, tahu-tahu ia mendapat laporan dari anak buahnya beserta rekaman cctv dengan ruangan yang sudah kosong melompong.

Dan semakin mengamuk, kala entitas adik bungsunya-Hueningkai yang ikut menghilang dari kemarin siang.

"shh appa.. Maafkan aku.." rintih Yeonjun saat perih pada pipinya terasa. Bengkak dengan sudut bibirnya yang sobek berdarah.

Tamparan Kang Yonjae benar-benar memilukan.

"aku tidak mau tahu Yeonjun. Kau harus mencari mereka. Kita tidak bisa melepaskan sandera untuk Kim Corp. Paling tidak bawa Taehyun hidup-hidup."

"baik appa. Ta-tapi-"

Tatapan tajam menghunus Yeonjun yang masih berusaha berbicara. "apalagi?"

"a-aku butuh beberapa bantuan?"

"apa maksudmu? Bukankah kau sendiri merekrut sekolompok orang untuk jadi penjagamu?"

"tidak appa. M-maksudku aku memerlukan yang lain. Seseorang ahli teknologi, hacker."

Kepala Kang itu melempar tatapan tanya kepada anaknya. "untuk apa?"

"satu-satunya pentunjuk yang kita punya-rekaman cctv rumah sakit seperti tidak lengkap. Untuk ruangan wani-maksudnya ibu Taeyon saja, 3 hari sebelumnya total bersih sampai kejadian menghilangnya mereka. Pun dengan cctv yang mengarah pada ruangan ibu."

"maksudmu ada seseorang yang menghapusnya?"

Yeonjun mengangguk. "benar appa. Karena sebelum tiga hari itu, rekaman cctv masih lengkap seperti adanya."

Sehembus nafas dihela berat oleh Kang Yonjae. "kalau begitu kau bisa gunakan si kelompok pemuda pucat kemarin. Ada satu dari mereka yang menguasai hal seperti itu."

"baik appa."

"kau mencurigai seseorang, eh?"

Yeonjun menatap sekilas untuk mengangguk sekali. "ada satu orang. Tapi aku harus memastikannya dulu."

.
.
.

Swipe up!!
Rivaa

KTH's Stories (✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang