Warning!
Cerita ini mengandung ketidak-jelasan dengan kata-kata yang berantakan dan plot pasaran.
Vomment Jusseyo^^
.
.
.
Rintik hujan ikut membasahi gundukan tanah didepan sana, seolah langit ikut menangisi kepergian sang ibunda ke alam baka.
Taehyun tatap lamat seframe wajah ibunya yang bertengger didepan nisan anyar, selalu terlihat cantik dengan senyum hangat yang tidak pernah terlupa. Sehangat pelukan yang selalu ia terima kala lelah menghinggapi: rasanya nyaman dan damai, tak pernah gagal untuk membuatnya tenang.
Namun kini, Taehyun tak akan mendapati wajah hangat itu sekehendaknya. Ia tak lagi bisa mendekap tubuh ringkih-nan nyaman semaunya, bahkan diwaktu-waktu dirinya butuh. Tak lagi mendapati entitas keberadaan ibunya dengan bebas. Taehyun sudah ditinggalkan.
"Tae," yang dipanggil masih bergeming diam, kendati rungunya tetap menangkap suara lembut itu. Jimin mendekat dengan keadaan yang sama buruknya-terutama bagian muka yang sembab total.
"hyung, mendapat kabar tentang... Taehyung. Dia sudah siuman."
Terhanyut dengan kepergian sang ibu, Taehyun melupakan kakaknya. Sosok yang di-juga mencarinya, sandaran lain untuk hidupnya. Penyelamatnya.
Maka mereka bergegas. Seokjin dengan sigap mengeluarkan mobilnya, lantas Namjoon dan Jimin menarik Hueningkai yang meronta sebab tak terima dipisahkan dengan ibunya. Meninggalkan, dua sosok cukup baya yang masih terpekur diam meratapi liang lahat. Ayah Kim bersama Appa Park.
Juga sesosok lainnya yang memperhatikan dari jauh. Lebih tepatnya kelewat malu, apalagi dengan Taehyun yang notabene adalah karibnya.
"Mian, Taehyungie. Mianhamnida."
____KTH's Stories____
Taehyung berulangkali mengerjapkan kelopak matanya, saat retinanya dengan sengaja disembur cahaya yang menyorot lebih. Seluruh tubuhnya memang sakit, pun tenggerokannya kering dengan bibir lebih dari tanah rawa-rawa yang mengering saat musim kemarau.
Namun geraman dengan gerakan kepala yang mengangguk atau menggeleng lebih dari cukup menjawab pertanyaan yang dokter lontarkan perihal kondisinya.
Selang beberapa menit, rombongan dokter dengan beberapa perawat pergi meninggalkannya dengan beberapa petuah juga larangan yang harus dilakukannya, pintu kamarnya terjeblak dengan kencang. Sarat akan tenaga berlebih saat mendorongnya.
Saat itulah, Taehyun datang dengan keadaan paling kacau yang pernah Taehyung lihat. Kelopak matanya-baik atas maupun bawah membengkak sempurna, belum lagi wajahnya yang pias lengkap dengan jejak air mata yang kentara terlihat, juga pucuk hidungnya yang bangir total memerah.
Adiknya juga lebih kurus dari terakhir kali Taehyung melihatnya. Seingatnya.
"h-hyung.. Hiks-hyung.."
Dan sekarang remaja itu menangis setelah menubruknya untuk memeluk kencang.
Taehyung kepayahan sebab kondisinya yang terbaring diranjang rumah sakit, sedang adiknya membungkuk. Namun Taehyung membalas afeksi itu. Ia lingkarkan sebelah lengannya-sebab satu lainnya terhalang oleh selang infus, kemudian mengusap punggung remaja itu pelan.
"hyung..."
Taehyung tak membalas panggilan itu disela tangisan Taehyun. Tak juga protes sebab bajunya yang basah ataupun dadanya yang sedikit engap sebab tertiban badan atas Taehyun yang gemetaran.
Taehyung tahu betul apa yang terjadi. Ia mengingat setiap detik disaat kesedarannya terenggut didunia nyatanya.
Bagaimana ia dan sang ibu bertemu untuk moment yang indah. Melakukan semua hal yang ingin ia lakukan bersama ibunya, saling melempar canda juga tawa, juga bertukar cerita indah dan banyak hal lainnya.
