Warning!
Cerita ini mengandung ketidak-jelasan dengan kata-kata yang berantakan dan plot pasaran.
Vomment Jusseyo^^
.
.
.
"Taehyungie?!"
Matanya membulat, tubuhnya menegak dengan cepat. Iris coklatnya tampak berlari kesana kemari saat tanganya sibuk meraba udara disekelilingnya.
"Tae.. Taehyungie?"
Kakinya yang kaku ia geser sekuat tenaga. Tangannya terus meraba sekitar, mencari satu figur atau sesuatu-apapun itu akan mimpi nyata yang ia rasakan.
Tapi Taeyon yakin. Yang semalam itu bukan hanya mimpi.
Bruk
Raga ayunya tersungkur jatuh menghantam lantai dingin yang keras. Lengannya nyeri karena bertemu dengan penyangga besi kursi yang disamping ranjang pesakitannya.
Tak hilang akal. Taeyon terus menyeret tubuh bagian bawahnya yang mati rasa. Kemanapun itu, wanita cantik itu tak peduli. Asal ia menemukan kembali sosok yang ia rindukan setengah mati.
"Taehyungie.. Tae, ibu mohon sayang." racaunya parau. Namun ruangan yang ditempatinya, hanya ruangan kosong semata. Tidak ada orang-dan suara- yang lain selain dirinya.
Tiba-tiba jantungnya berdetak liar diluar kendali. Dadanya engap, seperti tertimpa batu seukuran beribu ton yang jauh kepadanya. Kepalanya menggeleng ribut. Menolak asumsi yang hinggap dipikirannya.
Itu bukan mimpi.
"hngg-Taehyung.."
Rengkuhan hangat sosok pemuda yang ia rasakan, kecup basah diseluruh wajahnya juga suara berat yang melafalkan rindu kepadanya, itu semua bukan mimpi.
Taehyung yang semalam datang menjemputnya-bukanlah mimpi.
"Tae.. Tae sayangnya ibu, ibu mohon. Kau dimana, nak?"
Tanyanya hanya sampai pada angin yang mendengung dingin. Tidak ada yang menjawab karena tidak ada siapa-siapa diruangannya. Ia hanya sendiri.
Kepalanya terasa berat. Hitam yang ia lihat, berputar kencang semakin memusingkan dirinya. Nafasnya tersendat, dan kini seluruh tubuhnya ambruk mati rasa.
Namun Taeyon masih percaya.
"Hngg-Taehyung.. Ibu mohon itu bukan mimpi, kan?"
Saat dunia hitamnya berputar, tanda kesadaran dirinya yang direnggut kembali, diatas lantai dingin menjadi tempatnya, Taeyon terbayang akan suara berat yang terus mengucap rindu kepadanya. Meminta janji untuk tak meninggalkannya dan berjanji tak akan meninggalkannya dan sang adik.
Cup
"ibu Tae rindu. Tae sayang ibu. Tae cinta ibu dan Taehyun."
Taeyon ingin mempercayai bahwa apa yang terjadi padanya malam tadi bukanlah ilusi-angannya saja. Namun kenyataan yang ia terima adalah ia sendiri, kedinginan-terbujur kaku tanpa ada yang menolong. Membuat kesadarannya semakin menurun.
Bisakah ia meminta keajaiban pada Tuhan. Apapun itu, Taeyon tak akan memilih. Ia akan menerimanya dengan senang hati.
Ia butuh satu kesempatan untuk menyelesaikan masa lalunya.
Ceklek
"IBU!!"
Batas akhir kesadarannya. Taeyon kembali mendengar suara berat itu. Mungkin ia hanya mimpi-dan jika demikian. Maka biarlah Taeyon hidup dalam mimpinya saja.
