Warning!
Cerita ini mengandung ketidak-jelasan dengan kata-kata yang berantakan dan plot pasaran.
Vomment Jusseyo^^
.
.
.
"bawa aku hyung. Bawa kami untuk pergi bersama hyung. Kita bangun keluarga impian kita, bertiga. Aku, hyung dan ibu. Kita pasti akan bahagia."
"Aku dan ibu.. Kami pasti akan ikut kemanapun hyung pergi."
Brakk
"ANDWE!!"
Pintu terjeblak kencang saat Taehyun mengucap janjinya pada Taehyung. Di dengar dari suaranya, Taehyun tahu siapa-
"aniyo Hyunie.. Kau tidak bisa melakukan itu."
-orangnya. Sudah pasti Hueningkai. Meski begitu, Taehyun tetap terkejut, sejak kapan saudaranya itu berada?
"N-ningning..."
Taehyung ingat betul penyebab dirinya pulang ke rumahnya dulu. Itu karena remaja yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang inap ibunya-yang sekarang sibuk mengguncang tubub adiknya sambil meracau tidak jelas, mendapat pelukan hangat dari ibunya.
Tidak hanya pelukan, anak asing bertampang bule itu juga mendapat kasih sayang tulus dari ibunya. Taehyung melihat dari cara sang ibu memenjakannya. Wajahnya keruh, mood bagusnya langsung turun ke titik terendah.
Bukankah orang itu adalah penghalang bagi kebahagiannya?
"N-ningkai, sejak ka-pan kau datang?"
Hueningkai menatapnya sendu. "tidak lama Hyunie.. T-tapi aku dengar ucapan ahjussi itu."
Taehyung yang muak berpindah tempat ke dekat ibunya. Meski demikian, telinganya yang masih berfungsi sangat amat bagus mendengar jelas kata 'ahjussi' yang ditujukan untuknya.
Ia tidak setua itu, kan?
"Taehyunie.. Kau tidak bersungguh-sungguh dengan ucapanmu, kan? Ahjussi itu hanya bercanda, kan? Kau dan ibu tidak akan meninggalkan ku sendirian, kan?"
"Ning-ah.. Orang yang sebut ahjussi itu, hyung ku. Kakak kandungku."
Hueningkai tidak bisa tidak terkejut dengan ucapan Taehyun. "Kakak kandung? Haha, jangan bercanda, Taehyunie.. Kau tidak lupa dengan margamu, kan. Hyung kita itu, Kang Yeonjun. Dan dia bukan Yeonjun hyung, Hyun.."
"aku tidak bercanda, Ning-ah. Aku sedang serius. Dan.. aku bukan Kang."
Hueningkai menggeleng tidak terima. "kau pergi kemana sih, Tae. Kau terjedot ya, sampai otakmu bergeser dari tempatnya. Atau kau sedang melantur? Aku mengerti Hyunie, kau sakit hati pada keluarga kita, tapi kau jangan berbicara seperti itu. Bagaimanapun juga, mereka adalah keluarga kita. Kang adalah rumah kita. Kau tid-"
"heh bocah, kau yang melantur. Daripada mengira-ngira lebih baik kau dengarkan penjelasan adikku. Hyun-ah, jelaskanlah pada bocah cerewet itu, hah.. Kepalaku terasa pecah karena racauannya.." sela Taehyung diakhiri gumaman dikalimat terakhirnya.
"hyung mau kemana?" tanya Taehyun saat Taehyung sudah ada di ambang pintu.
"ingin mencari angin dulu di luar. Kau mau menitip sesuatu?"
"ah.. Aniyo hyung."
"arraseo.. Kalau begitu hyung keluar dulu. Jaga Ibu yah, Hyun."
Hueningkai menatap interaksi Taehyun dengan orang yang mengaku hyung Taehyun dengan pandangan takjub.
17 tahun saudaranya hidup, Hueningkai selalu ada di sana. Namun untuk pertama kalinya Hueningkai melihat Taehyun yang begitu luwes berhadapan dengan orang asing. Biasanya, ia akan jadi pihak yang hanya mendengarkan tanpa mau mengeluarkan suaranya.
