Warning!
Cerita ini mengandung ketidak-jelasan dengan kata-kata yang berantakan dan plot pasaran.
Vomment Jusseyo^^
.
.
.Suara kokokan ayam terdengar kencang membangunkan pagi indah Taehyun. Sehembus udara sejuk ia hirup untuk mengisi paru-parunya. Menguliat, pemuda surai coklat itu menoleh melihat saudaranya yang lain masih meringkuk disampingnya.
Taehyun membiarkan. hueningkai yang masih seru menyelami mimpinya. Ia justru berjalan kearah tepi, membelah hordeng tipis yang menghalangi semburat hangat kedalam kamarnya. Lantas suasana asri yang jarang terjamah menarik sudut bibirnya tipis.
Ceklek
"Ba-ohh, kau sudah bangun Taehyun?"
Taehyun menoleh saat suara berat berkata padanya. Maka senyuman pada bibirnya semakin lebar.
"ne, hyung. Selamat pagi.."
Taehyung di pintu sana ikut tersenyum. "pagi juga. Tolong bangunkan Hueningkai, hyung sudah menyiapkan sarapan."
"tentu.."
Saat bilah kayu itu ditutup, tidak jadi alasan untuk Taehyun memudarkan senyumnya.
Itu justru semakin lebar. Selebar saat dirinya kecil mendapat pelukan hangat dari ibunya.Kini bukan hanya tubuhmya yang merasa hangat-kendati udara sejuk khas matahari terbit memeluk eratnya. Namun juga hatinya, karena didalam sana ia tidak henti-henti berucap syukur.
Ia bahagia dengan hidupnya kini.
"Ning-ah, palli ireona.."
Taehyun menatap corak kayu yang terlukis jelas pada dinding rumah yang mereka tempati kini. Bukan rumah sewa khas di perkotaan memang, toh saat ini mereka sedang bersembunyi di satu desa dekat hutan rimbun.
Alih-alih menyebut rumah, hyungnya mengakatan ini adalah persinggahan sementara mereka. Mereka perlu menghilangkan jejak, setidaknya sampai keberadaannya beserta ibu dan Hueningkai tidak dicari lagi.
Mereka memang akan meninggalkan kota itu, kata hyungnya lagi setidaknya mereka harus pindah ke luar negeri. Tapi itu tidak bisa langsung dilakukan, apalagi dengan keadaan ibunya yang kembali sakit akibat perjalanan panjang yang mereka tempuh."Annyeong, Taehyungie hyung."
Hueningkai yang berjalan didepannya, menyapa semangat kakaknya yang tengah berkutat didepan perapian-memasak makanannya.
Omong-omong tentang mereka berdua, hyungnya sudah terlihat lebih menerima keberadaan remaja bule itu dalam keluarga mereka. Setidaknya setelah tujuh hari mereka bersama. Taehyung tidak lagi berbicara ketus, bersikap menyebalkan pada Hueningkai. Kendati demikian, Taehyun sendiri sering mendapati Hueningkai yang lebih bersikap manja kepada kakak kandungnya dan itu diterima baik.
Konyol jika Taehyun merasa cemburu karena itu. Ia justru bahagia dengan kehidupannya sekarang. Lebih bahagia.
"kalian duduklah, makanannya sebentar lagi siap." ucap Taehyung yang masih fokus pada wajan masak-yang mereka beli sebelumnya. Tidak banyak benda yang ada disini. Hanya ranjang reyot, beberapa lembar kain lusuh dengan canting lampu yang mereka temukan waktu pertama datang. Namun apa yang diharapkan, ini hanya gubuk tua yang sudah ditinggalkan pemiliknya.
Tidak bocor saat hujan saja mereka sudah bersyukur.Maka semua perabotan yang ada disini, dimulai dari; beberapa bahan masakan, obat-obatan, perabotan masak, kasur lantai beserta bantal dan selimutnya, juga karpet tipis alas mereka duduk dibeli Taehyung waktu perjalanan.