Warning!
Cerita ini mengandung ketidak-jelasan dengan kata-kata yang berantakan dan plot pasaran.
Vomment Jusseyo^^
.
.
.Taehyung selalu merindukan Taeyon.
Pun dulu-sebelum bertemu ia memang ingin sekali menemukan Taehyun.
Namun Taehyung tak pernah memikirkan bagaimana tentang ayahnya. Menginginkannya pun, tidak sama sekali.
Sebab sejak kecil, Taehyung terbiasa berbagi dengan Jimin-terbiasa dengan kehadiran appa Park sebagai figur ayahnya.
"Taehyung, ini ayah nak."
Kemudian kini, saat suasana hatinya sedang kacau balau dengan apa yang menimpanya bersama Taehyun, ayah kandungnya-yang tak pernah Taehyung bayangkan kehadirannya, juga dua saudaranya, Taehyung tak tahu harus bereaksi seperti apa."akhirnya kita bisa berkumpul lagi, walau tanpa kehadiran ibumu sekarang-hiks.."
Senang, sedih, terharu ataukah marah?
"kamu mungkin lupa, tapi ayah pernah menggendong kamu waktu bayi dulu. Dulu kamu kecil sekali, nak. Tapi sekarang, kamu tidak kalah gagah dengan kedua hyungmu."
Taehyung menerima saja saat tubuhnya dibawa kepelukan lelaki baya itu. Berusaha menyelami perasaan yang ia rasakan, juga wajah ceria Taehyun dan Jimin yang menyaksikannya."tinggal bersama kami, ya Tae. Ayah akan menyiapkannya untukmu dan juga Taehyun."
"untuk Hueningkai?"
"Hueningkai?" Seojoon melepaskan pelukannya, hanya untuk beralih menatap bocah yang dibicarakan dengan pandangan teliti. "bukankah dia anak sah Kang Yonjae. Ah, omong-omong tentang mereka-"
Baik Taehyung, Taehyun dan Jimin, mulai merasa khawatir sebab Hueningkai yang kembali murung. Dua lelaki yang diakui sebagai putra ayahnya itu tampak meringgis dan menghaturkan maaf lewat sorot matanya.
"ayah akan memperhitungkan semuanya. Juga pembunuh yang membunuh Taeyon, ayah akan menuntut mereka dengan hukuman berat. Jadi kalian tidak usah takut, kalian bersama kami saat ini."
"Saat ini, aku dan Taehyun memiliki ayah. Tapi dulu?"
"maksud kamu, nak?"
Taehyung kini mengerti mengapa perasaanya terlampau datar-biasa saja saat bertemu ayahnya untuk pertama kali. Detak jantungnya tak sehebat saat pertemuannya bersama ibu dan adiknya. Bahkan saat menengok appa Park, Taehyung merasakan euphoria tersendiri dalam dirinya.
Air memang tak sekental darah.
Namun terkadang, kebiasaan juga rasa sayang mengikat sebuah hubungan lebih erat dan lebih tulus dibanding opini diatas.
Atau mungkin itu karena Taehyung belum memahami watak sang ayah yang baru datang menemuinya.Taehyung mendengus geli. "kurun 17, atau bahkan 21 tahun yang lalu. Dimana ayah saat aku dan ibu kesusahan untuk makan di siang hari. Dimana ayah saat aku iri karena Jimin dipeluk erat appa Park saat tidur malam hari. Dimana ayah saat aku tangisi ibu dan Taehyun bahkan sampai sakit berhari-hari." Taehyung terkekeh denga mata memerah saat wajah pias Seojoon yang dilihatnya.
"ayah bahkan tidak berhasil menemukan ibu dan Taehyun, padahal kalian ada di TEMPAT YANG SAMA! LINGKUP BISNIS YANG SAMA! DIMANA AYAH SAAT ITU, HUH?!"
Seojoon ditarik mundur oleh Seokjin dan Namjoon saat Taehyung hendak bangkit namun dicegah Jimin yang berpindah kesampingnya. Mengucap beberapa kalimat efektif sebagai penenangnya. Well, Jimin tahu karena ini bukan pertama kalinya Taehyung meledak.
![](https://img.wattpad.com/cover/193694330-288-k521253.jpg)