KTH #14

319 29 0
                                    

Warning!

Cerita ini mengandung ketidak-jelasan dengan kata-kata yang berantakan dan plot pasaran.

Vomment Jusseyo^^

.
.
.

Seminggu lebih wajah muram nan nelangsa Taehyun tampilkan, siang itu menghilang. Appanya menelpon, bahwa ibunya sudah siuman. Setelah menerima pangiilan itu, hormon bahagia Taehyun membludak. Rasanya jauh menyenagkan dibanding ia yang mendapat peringakat pertama paralel. Atau saat memenangkan kejuaraan sains tingkat nasional. Jelas, keduanya tidak ada apa-apanya dibanding sang Ibu. Hadir ibunya, jauh lebih berarti dari apa yang Taehyun dapatkan selama ini.

Meski begitu, sedikit rasa takut mengingat kondisi lanjut sang ibu yang belum ia ketahui. Tapi Taehyun menggeleng sedetiknya. Mengeyah jauh pikiran buruknya.

Ibunya sudah sadar, itu adalah oksigen sesungguhnya bagi Taehyun. Apa yang akan terjadi pada ibunya, Taehyung berjanji untuk selalu menemaninya.

Appa berkata ia dan Huening Kai akan langsung dijemput oleh Yeonjun untuk pergi ke rumah sakit. Maka dari itu, saat melihat mobil merah sang Kakak, Taehyun tanpa pikir panjang langsung masuk ke bangku penumpang belakang. Tak peduli mendapat tatapan sinis atau bahkan pengusiran secara langsung dari si pengemudi. Taehyun hanya ingin cepat bertemu ibunya.

Dan sepertinya Yeonjun sendiri sedang libur untuk mengomel padanya. Taehyun hanya mendapat delikan tajam yang sungguh tidak sedikitpun mengurangi kebahagian yang dirasakannya.

"Hyunie-ah, aku seram melihatmu tersenyum selebar itu." Huening Kai yang duduk di bangku depan, menatap dari kaca belakang. Menyeringai jahil, meski Taehyun yakin bahagia yang sedang ia rasakan juga dirasakan oleh adik tirinya.

"aku benar-benar bahagia ibu sadar, Ning."

"aku tahu. Tapi aku takut pipimu akan terbang pergi karena terlalu mengangkat ke atas." canda Huening Kai diikuti tawa renyahnya.

Taehyun semakin melebarkan senyumnya. "aku tak keberatan jika itu membuat ibu sehat."

Merasakan atmosfer kebagian dari dua adik yang berbeda ibu dengannya, Yeonjun mendecak sebal sembari menekan kencang pedal rem. Sontak Taehyun dan Huening Kai terdorong ke depan berusaha menahan tubuhnya.

"aku tidak mengerti, berapa nyawa yang dimiliki ibumu, huh?" kali ini Yeonjun yang menatapnya tajam dari kaca belakang ditengah mobil. "hidup pesakitan, jauh lebih baik jika ia mati saja dari pada menyusahkan."

Ucapan tajam Yeonjun bagai lontaran batu api yang terlempar ke dadanya. Lebih dari sakit dan perih. Namun Taehyun belum cukup mampu untuk melawan Yeonjun. Ia masih butuh waktu untuk melawan balik segala tindak-tanduk Yeonjun dan Eunha. Atau setidaknya melarikan diri dari arogansi keluarga Kang. Tentu Taehyun akan membawa ibunya bersamanya.

Meski nantinya ia akan hidup serba kekurangan, Taehyun yakin semuanya akan baik-baik saja jika ia bersama sang ibu. Ya sesederhana itu harapan Taehyun. Hidup berdua bersama ibunya.

____KTH's Stories____


Siang berlalu berganti malam. Langit berubah gelap, meski begitu tak menyurutkan niat dua pemuda yang kini sedang asyik bercengkrama disebuah kedai makanan kesukaan mereka.

2 kaleng soda dengan 2 mangkuk ramyeon hangat. Sajian pas untuk musim dingin juga pertemuan mereka. 2 sahabat yang melepas rindu karena jarang bertemu.

"hei.. Aku kan sudah bilang tugasku cukup banyak semester ini. Jika kau mau kau bisa langsung ke flatku, Kim."

Ucapan itu diangguki oleh si pemilik senyum persegi, tokoh utama kisah ini. "ya, tapi aku takut mengganggu jam mengajarmu, pak guru Park."

KTH's Stories (✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang