Part 6 - Si Pengganti

6.9K 665 20
                                    

Gadis itu berdiri canggung dihadapannya. Rafi menggeleng kesal lalu segera menghubungi Nathalia.

"Raf, aku lagi meeting ini." Suara Nat berbisik diseberang sana.

Rafi berjalan menjauh dari Dara. "Nat, kamu lihat penampilan Dara nggak sih?" Dia berbisik karena tidak mau Dara mendengarnya.

"Lihat. Tapi aku beneran lagi penuh banget hari ini Raf."

"Jadi gimana dong nih. Aku ada jadwal meeting diluar dan nggak mungkin bawa dia. Ini tanggung jawab kamu Nat."

Nat menghela nafasnya. "Okey, aku kesana."

"Now."

Rafi sudah berjalan kembali ke arah Dara. "Dara. Ini dan ini." Rafi memberikan tablet pada Dara dan juga buku catatan kecil yang sebelumnya milik Martha.

Dara sudah berdiri dan menerima pemberian Rafi. "Maaf Pak, passwordnya?"

"Ada di buku kecil itu."

"Semua data yang saya berikan itu strictly confidential."

"Stik apa Pak?"

Rafi memijit kepalanya kesal. "Strictly Confidential. Rahasia. Kalau kamu bocorkan, saya penjarakan kamu."

'Duh, penjara? Serem amat.' Ujar Dara dalam hati. "Oke Pak."

"Itu baju kamu beli dimana sih?"

"Di Mba Nani." Dara sudah mulai sibuk mengutak-atik tablet ditangannya.

"Nani?"

"Iya tetangga saya tadi pagi." Dara masih tidak mengangkat wajahnya.

Rafi memperhatikan tingkah gadis itu dan mengira bahwa Dara tidak akan bisa mengoperasikan tablet yang dia berikan tadi. Tapi ajaibnya, tangan Dara sudah mulai membuka file-file dan email yang ada dalam tabletnya.

"Tetangga kamu jualan baju?"

"Jual macem-macem, panci, daster, sarung, baju dalem, atau HP kadang-kadang juga ada." Mata Dara masih menatap tablet.

Dahi Rafi mengernyit heran. Mungkin Nani ini pengusaha atau punya bisnis online shop. "Jadi Nani ini pengusaha."

Kepala Dara menoleh pada Rafi yang berdiri dihadapannya. Dia lalu tertawa, sadar bahwa Rafi tidak akan mengerti maksudnya. "Iya iya, dia pengusaha."

Rafi lalu mengamati Dara yang masih duduk dan menatap tablet dengan penasaran. Gadis itu mengkuncir rambut panjangnya. Wajah lonjongnya terlihat biasa saja. Bersih tapi pakaiannya mengenaskan. Kemeja hitam dan celana panjang hitam. Bukan warnanya, tapi kedua bajunya sungguh terlihat kebesaran. Juga sepatu kets abu-abu yang sudah robek dan Rafi gemas ingin membuangnya saja.

"Ini wangi apa sih?" Rafi seperti pernah mencium wangi ini. Tapi dimana.

Dara mencium tubuhnya sendiri cuek. "Bedak bayi."

Ya ya, ini wangi keponakan kecilnya dan juga wangi Nanda, anak Yuda. Beneran aneh nih anak.

"Bapak ada meeting dalam waktu lima menit lagi di ruangan Bromo." Dara sudah berdiri.

"Kamu bisa itu?" Rafi menunjuk tablet ditangan Dara.

"Kan kemarin saya bilang bisa Pak."

"Kok bisa?"

Sebelum Dara menjawab Nat mengetuk pintu dan masuk. "Hi Ra, ketemu lagi."

"Pagi Mba Nat."

"Dara, kamu ikut Nathalia. Nomor ponsel kamu berapa?"

"Nanti, ponselnya saya beliin dulu." Kata Nat sambil tersenyum.

"Hah? Kamu nggak punya ponsel?"

Dara meringis. "Iya Pak."

***

"Pak, berhenti disini aja." Dara berkata pada Pak Budi supir kantor.

"Loh, rumahnya memang dimana?"

Dara tersenyum. "Sudah Pak, saya bisa jalan kok. Jangan khawatir."

"Tapi bawaan Mba banyak. Saya bantu ya."

"Duh, jangan-jangan Pak. Saya bisa kok bawanya. Terimakasih Pak Budi." Dara keluar dari pintu depan. Masing-masing tangannya membawa kantung besar yang dia sudah jadikan satu. Dia mulai berjalan menjauhi mobil diiringi oleh senyum Pak Budi.

Di gang senggol kosan.

"Wadududuh, belanja Ra?" Meri yang sedang mengangkat jemuran melihat Dara datang.

"Ini buat anak panti Mba. Bukan punya saya." Dara beralasan.

"Oooh, ya emang nggak mungkin sih itu punya kamu." Sahut Meri sirik.

Dara segera masuk ke dalam kosannya. Dia meletakkan barang-barang yang dibelanjakan Nathalia untuknya sambil menghela nafas bingung. Dia tidak memiliki lemari dan hanya menggunakan kardus besar tempat 5 set panci yang dia minta dari Nani ketika panci dagangannya itu laris.

'Kayaknya harus keluarin buku dari dalam dus itu deh. Jadi ini baju-baju bisa masuk. Toh buku-buku bisa disimpan diluar kan? Pinter lo Ra kadang. Lagian Mba Nat juga aneh sih, beli apa-apa kebanyakan. Nanti pas sudah selesai gue kembaliin semuanya.'

Falling for You - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang