Aimi memeluk Rafi ketika abang kesayangannya itu tiba dirumah orangtuanya.
"Abaaang, Cynthia tuh sama Mami berulah."
"Kenapa?" Rafi merangkul Aimi sayang.
"Gaun yang Cynthi pesan itu punggungnya bolong, polos. Tio bisa marah-marah deh Bang. Tapi Cynthi nggak mau rubah karena katanya memang bagusnya begitu, lagi trend." Mereka sudah berjalan beriringan ke ruang tengah.
Rafi merindukan keluarganya, jadi dia pulang hari ini. Keluh kesah masalah sepele seperti ini yang dia suka. Ini lebih menyenangkan rasanya daripada harus setiap saat memutuskan sesuatu yang penting dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
"Terus kalau Mami kenapa?"
"Mami itu ya ribut masalah catering, bunga dan seragam keluarga. Aku nggak suka sama pilihannya. Belum lagi Ayah yang belum apa-apa nih, aku udah disuruh pilih rumah. Aduuuuuhhh...aku pusing Bang."
"Satu-satu Yi. Bilang dulu ke Cynthi kalau dia harus rubah gaunnya, atau tunjukkin ke Tio dulu fotonya, siapa tahu Tio suka."
"Nggak mungkin. Desainer top kayak gitu bisa tersinggung kalau rancangannya dirubah. Lagian nggak ada juga yang suruh Cynthi pesan disana. Dan Tio suka gaun begitu? Ya Tuhan Bang, kamu tahu persis Tio-aku itu gimana. Dia lihat aku pakai gaun pendek sedikit aja udah marah-marah, belum lagi kalau dia tahu harganya. Hrrggghhh..."
"Anak Mami pulang jugaa." Maminya sudah menyambut Rafi dari ruang tengah. "Mami masak kesukaan kamu." Wanita setengah baya yang selalu ceria itu mencium pipi Rafi sayang, yang langsung disambut tatapan galak Rafi.
Evita berdecak kesal. "Mami hanya sesekali cium kamu, kamu malah marah. Dulu waktu kecil kamu tidur sama Mami dan Ayah sampai usia 10 tahun."
Aimi mentertawakan Rafi. Dia selalu suka menggoda kakaknya soal ini.
"Maam, please. Aku males pulang deh jadinya."
Maminya tersenyum. "Makan, mami tunggu di ruang makan. Ayah sebentar lagi sampai."
"Mami masak?" Rafi menoleh pada Aimi heran.
"Kamu tahu maksudnya deh. Ada chef Roy di dapur." Aimi berbisik pada Rafi.
"Hah? Ngapain?"
"Ya masak lah, masa ngerjain P&L kamu. Mami seneng banget kamu pulang kerumah. Biasanya kan susah."
"Ini karena kamu jadi tinggal disini deh Yi. Kenapa sih nggak di hotel aja temenin aku?"
Aimi tersenyum. "Iya, nanti aku balik kesana kalau setengah dari persiapan ini sudah selesai."
"Lagian kenapa pakai undang Chef Roy sih?"
"Ini istimewa kata Mami. Ada tamu istimewa."
"Siapa?"
"Entah. Lihat aja nanti.
***
Rafi duduk di seberang Evita dengan wajah kesal yang ditutupi. Evita paham benar ekspresi itu. Tapi perasaan khawatirnya menjadi-jadi. Apalagi menjelang persiapan pernikahan anak paling bungsunya Aimi. Si kembar Cynthia dan Aimi sudah ada yang menjaga. Tapi Rafi, mungkin anak sulungnya itu hanya butuh sedikit dorongan. Sama seperti Cynthia dulu.
"Jadi sekarang Belinda sibuk apa?"
"Bella saja Tante. Saya bantu Papa di kantor. Sekarang kita sedang berusaha masuk ke Singapore dan Malaysia."
"Singapore bukan pasar yang mudah. Kalau kamu pintar Thailand jauh lebih menarik." Rafi ingin menjatuhkan wanita dihadapannya ini.
"Saya tidak suka sesuatu yang mudah. Sulit itu bukan tidak mungkin kan?" Belinda tersenyum pada Rafi.
Sanjaya tertawa. "Luar biasa. Saya setuju dengan kamu Bel."
Rafi tambah kesal sementara Aimi hanya diam memperhatikan ekspresi abangnya. Sisa waktu makan malam Rafi hadapi dengan banyak diam. Dia enggan menanggapi hal konyol seperti perjodohan. Belinda Hadijaya pulang pukul 8.30. Rafi bahkan tidak mengantarnya ke teras depan.
"Jadi gimana?" Aimi yang duduk disebelahnya bertanya sambil tersenyum.
"Nggak gimana-gimana. Kamu cepetan balik ke hotel sama aku. Please." Rafi mencium ujung kepala Aimi lalu berdiri siap pergi.
Mami masuk dan mereka berpapasan di ruang tamu.
"Rafi, harusnya kamu bisa bersikap lebih baik." Evita menegur Rafi. Sanjaya hanya berlalu ke ruang tengah.
"Aku nggak akan pulang lagi kalau Mami terus main jodoh-jodohan begini. Aku bukan Cynthia Mam."
"Tapi harus ada yang urus kamu Raf."
"Ada Martha dan Nathalia."
"Ya sudah, nikahi salah satunya. Kita semua kenal Martha, Mami tidak masalah. Nathalia selalu jadi favorit Ayah kamu."
Rafi menggeleng menatap mamanya dengan ekspresi tidak percaya. "Assalamualaikum Mam." Lalu dia pergi sebelum mulutnya memaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You - TERBIT
RomanceApa susahnya mencari pengganti? Apalagi ini hanya sekertaris pengganti. Bukan istri atau pacar pengganti kan? Lalu kenapa dia bisa berakhir disini? Bersama gadis konyol yang selalu mengganggunya setiap hari. Bukan hanya tatapan polos atau senyum jen...