Part 10 - Dasar konyol

6.7K 701 53
                                    

Lalu kekonyolan Dara makin menjadi-jadi. Gadis itu bersikap sopan dan baik ketika ada banyak orang disekeliling mereka. Matanya akan menatap tajam seolah memperhatikan, dahinya bahkan mengernyit jika Rafi sedang bertemu dengan kolega asingnya. Tapi ketika mereka berdua saja yang dimana hal itu sering terjadi, Dara akan kembali bersikap konyol dan menyebalkan.

Dara memperhatikan bosnya itu. Sungguh saat ini dia merasa sedang berada di dunia dongeng. Yang berisi orang sukses, tampan, cantik dan berkuasa. Dunia yang dia baca dalam salah satu novel usang yang dulu ibunya pernah belikan dipasar loak.

"Bapak kenapa?" Dara memperhatikan Rafi yang dahinya berkerut dalam sambil mengetik sesuatu di laptopnya. Mereka berada diruangan Rafi.

"Ada masalah."

"Masalah apa?"

"Kayak kamu paham aja." Rafi tidak menghentikan apa yang sedang dia lakukan.

"Bapak mau dibantuin apa?"

"Ra, better kamu filling dokumen yang pagi tadi saya kasih deh, jangan lupa di scan dulu dan save ditempat biasa." Mata Rafi melirik Dara sejenak.

"Bapak senyum dulu dong, jangan tegang gitu. Abis itu saya langsung filling."

"Dara, nggak baik nunda-nunda kerjaan. Kata Benjamin Franklin kamu bisa menunda, tapi waktu tidak. Paham?" Rafi menghela nafasnya sambil menatap Dara yang masih berdiri dihadapannya.

"Kata Benyamin Sueb Pak, Eh ujan gerimis aje, ikan teri diasinin. Eh jangan meringis aje Bang, punye masalah jangan dipikirin."

Rafi melongok mendengar Dara menyanyi spontan dengan logat betawi. Lalu dia tertawa terbahak-bahak.

"Dara mau kemana?"

"Bapak udah ketawa, jadi saya mau filling dulu."

"Itu tadi lagu apa?"

"Maaf Pak, saya sibuk. Banyak kerjaan. Bapak googling aja." Dara langsung kabur meninggalkan Rafi yang masih tertawa dan menggelengkan kepalanya.

***

Atau kali lain ketika Hilman sedang di ruang Rafi setelah selesai berdiskusi dan Dara juga selesai menyalin notulen diskusi, Hilman menghampiri Dara.

"Ra, besok sibuk nggak?"

"Kenapa Mas Hilman?"

"Saya punya dua tiket nonton film baru nih."

"Waah bagus dong, jadi Mas Hilman bisa nonton dua kali." Ujar Dara tanpa ekspresi sambil langsung berlalu meninggalkan Hilman yang masih bengong dan Rafi yang tertawa.

***

Atau kali lainnya.

Rafi mendecak kesal sambil melihat ponselnya. Orang-orang di negrinya ini memang suka sekali menghujat. Semua seperti salah, padahal kabinet baru bahkan belum memulai pekerjaan mereka. Dia dan Dara sedang berada di mobil bersama Pak Budi supirnya siang itu karena baru kembali dari meeting di luar kantor.

"Kenapa sih Pak?"

"Orang-orang itu mudah sekali menghujat orang lain padahal belum tentu mereka kerjaannya juga benar. Bisanya cuma menghujat saja."

"Bapak sabar aja kalau ada yang hujat begitu. Karena setiap ada hujatan, pasti ada makanan, minuman kadang-kadang juga ada dangdutan Pak."

Rafi mengernyit sejenak. "Itu hajatan Daraaaa...." Lalu dia tertawa juga disusul Pak Budi yang sedang menyetir.

Dara sukses membuat Rafi banyak tertawa atau bahkan kesal dengan sikap konyolnya. Aimi, Nat dan Martha juga menyadari perihal ini. Dan mereka gembira karena perubahan sikap Rafi yang terkesan sedikit lebih rileks daripada sebelumnya. Ya Rafi memang selalu serius, berhati-hati dan mudah sekali curiga. Jadi ini kabar baik untuk mereka.

***

Ada kalanya Rafi juga heran dengan tingkah aneh Dara. Gadis itu berangkat kerja dengan pakaian seadanya. Sepatu kets jelek dan juga tas ransel usang, belum lagi jaket motor abu-abunya. Lalu dia akan berganti dengan pakaian kantor ketika sudah tiba pagi-pagi sekali.

"Ra, kamu sampai kantor jam berapa?" Mereka berada di ruangan Rafi.

"Maunya abis subuh Pak, tapi susah gojeknya."

"Serius saya Ra?"

"Jam 7 Pak." Dara tersenyum konyol.

"Terus kenapa kamu masih bawa tas ransel dan sepatu kets lama kamu?" Rafi melihat tas ransel dan sepatu kets yang tergeletak di lemari penyimpanan belakang meja Dara tadi sebelum dia masuk ke ruangan.

"Itu barang milik saya Pak. Bukan punya kantor, jadi saya pakai."

"Kemeja, rok, tas dan semua yang kamu pakai sekarang juga punya kamu Ra."

"Oh, ini pemberian kantor untuk saya. Saya akan gunakan sebaik-baiknya di kantor. Tapi diluar kantor saya tidak akan salah gunakan. Nanti kalau saya sudah selesai bekerja disini saya akan kembalikan."

Dahi Rafi mengernyit. "Nat suruh kamu kembalikan?"

"Nggak. Tapi saya paham mana yang punya saya dan yang bukan punya saya."

"Dara, itu semua punya kamu nggak usah dikembalikan, pakai saja."

"Duh, saya nggak sanggup bayarnya Pak. Nanti gaji saya habis semua kesitu."

"Nggak perlu diganti."

Dara tersenyum lagi. "Sementara ini saya akan pakai." Mata Dara sudah kembali ke tablet yang dia genggam. "Bapak sudah siap saya bacakan UUD 45?" Senyum Dara kembali konyol.

"Besok-besok kamu beneran harus bacain UUD lho kalau pakai istilah itu terus." Rafi tersenyum balik menggoda Dara. "Siapa takut, baca UUD doang kok."

"Ya udah cepetan baca."

"UUD beneran Pak? Saya browsing dulu nih."

"Dara!!"

"Iya iya."

***

Dara yang super konyol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dara yang super konyol. Hati-ati ya Raf, mau ngingetin aja biar hati-hati.

Falling for You - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang