"Assalamualaikuuum." Dara berseru gembira sambil menepuk punggung Mba Nani dan Tina yang sedang duduk selonjoran diteras kontrakan.
"Duh duh, kenape lo Ra? Kayak abis kesambet cengar-cengir gitu?"
"Pak Kuat..." Dara memanggil Pak Kuat yang baru saja ingin memasukkan gerobak dagangannya. "Sehat Pak?"
"Gue mah Kuat Ra, bukan sehat."
Dara tertawa.
"Elu kali yang nggak sehat nyengir mulu gitu. Abis menang togel lo ya?" Tebak Nani asal.
"Yee, enak aja. Pak, mie ayam masih ada?"
"Masih, kenapa emang? Mau borong?"
"Mau ya Pak, buat Mba Nani dan Tina nih."
"Serius Ra?" Nani menatap Dara curiga. "Abis dapet rejeki apa lo?"
"Kerjaan, jadi kuli tinta."
"Apaan tuh kuli tinta? Kuli bangunan gue tau."
"Yah nulis-nulis, terus bikin kopi kalau pagi, lumayan mah sedikit-dikit buat bayar kosan sama traktir mie ayam. Mau nggak?" Dara sengaja tidak berbicara gamblang tentang pekerjaannya. Karena alasan keamanan dari kejamnya gosip Nani dan keselamatannya dari palakan Bang Parto preman gang sebelah. Tetangga kosannya pun tidak ada yang curiga, karena Dara berangkat dan pulang kerja masih memakai pakaian sehari-harinya. Yang mereka tahu, Dara kerja di panti asuhan entah dimana.
"Ya mau lah. Makanan gratis kok. Wat, gue sambelnya yang banyak ye." Teriak Nani.
Lalu Meri menampakkan wajahnya dari jendela. "Dara, kita temenan kan?"
"Iya iya temen. Udah pada pesen sana. Duit gue abis deh, yang penting pada seneng deh semua." Dia menggigit bibirnya. Ini kebiasaanya ketika dia berbohong. Karena sesungguhnya sisa gajinya masih ada.
"Duit kosan gue, tambahin dong. Pinjem deh pinjem." Meri sudah duduk dibelakang Dara sambil memijit punggungnya.
"Heh, emangnya lu pikir gue emak lo apa? Enak aja. Gue yang nguli elo yang bayar kos."
"Emang lo Mer. Jangan lupa lo masih punya utang sama gue. Kutang 2 biji." Sahut Nani.
"Ih Mba Nani ih, utang tuh nggak boleh diinget terus Mba. Dosa."
Tina dan Dara tertawa melihat ekspresi Meri. Sementara Nani langsung bersungut kesal.
"Udah lo semua jangan pada berantem. Nih makan mie ayam masih anget. Gue setel dangdut ya." Kuat sudah meletakkan empat porsi mie ayam di teras kontrakkan.
***
"Ra? Ini apa?" Rafi melihat bungkusan sandwich di mejanya. Dia tidak ingat dia meminta sandwhich pagi ini. Dia tidak biasa makan pagi sesungguhnya, hanya kopi saja.
Dara yang baru saja masuk ingin membacakan jadwal rutin Rafi tersenyum. "Itu traktiran dari saya Pak. Saya nggak tahu Bapak sukanya apa. Kalau temen kosan saya sudah saya beliin mie ayam. Kemarin saya tanya Mba Nat Bapak suka makanan apa. Tapi namanya aneh semua, saya nggak paham. Terus Mba Nat malah ketawain saya. Terus dia bilang sandwich aja, aman dan simple."
"Emang kamu udah gajian?"
"Udah. Gaji pertama dan sisanya banyak banget."
"Oke, tapi sayangnya saya nggak sarapan. Kasih yang lain aja." Sahut Rafi tidak perduli.
Senyum Dara hampir menghilang, dia sedikit kecewa. Padahal 1 buah sandwich itu bisa ditukar 3 mangkuk mie pangsit Pak Kuat. Tapi ya sudahlah, mungkin itu memang bukan selera bosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You - TERBIT
RomanceApa susahnya mencari pengganti? Apalagi ini hanya sekertaris pengganti. Bukan istri atau pacar pengganti kan? Lalu kenapa dia bisa berakhir disini? Bersama gadis konyol yang selalu mengganggunya setiap hari. Bukan hanya tatapan polos atau senyum jen...