Dara sudah berada di lift bersama Martha. Perempuan itu menjemputnya pukul 7. Tubuh Dara sedikit lelah karena meeting seharian penuh agar dia bisa kembali besok bersama tim kantornya. Belum lagi emosinya yang terkuras habis pagi tadi. Rafi pergi setelah berhasil menenangkan diri sejenak karena dia tiba-tiba berhenti.
"Dara." Mata tegas Martha menatapnya.
"Kamu tahu semua ini artinya apa kan? Saya yakin kamu gadis pintar dan kuat. Jadi kamu harus siap."
Jantung Dara langsung mencelos kebawah. "Apa Pak Rafi siap?"
"Kamu hanya perlu jaga baik-baik dirimu sendiri Dara. Pak Rafi bisa jaga diri dia sendiri. Ini bukan urusan main-main. Rafi itu pewaris Darusman Group. Jadi kamu juga harus kuat. Keluarganya, kolega-koleganya. Kamu harus bisa membawa diri."
Tangan Dara sudah meremas pinggiran bajunya. Lift berdenting beberapa detik kemudian. Martha mengantar Dara ke dalam ruangan.
"Rafi masih concall di ruang kerja. Silahkan tunggu dulu." Martha berujar lagi lalu masuk ke salah satu ruangan. Ya, ruangan yang beberapa hari lalu Dara pernah sambangi.
Dara duduk dengan canggungnya. Di ruang tengah yang mewah dan sangat mengintimidasi. Pandangannya beredar ke sekeliling ruangan. Ruangan ini luas sekali. Sekalipun masih ada dalam hotel yang sama. Apa ini tempat tinggal Rafi selama ini? Sebelumnya Dara memang tidak memperhatikan dengan baik, tapi saat ini dia punya waktu.
"Hai Ra." Rafi sudah keluar dari ruang kerja. Seperti biasa, dengan setelan kerjanya. Dia menghampiri Dara yang sudah berdiri dari duduknya. Mencium puncak kepalanya sesaat lalu menggandeng tangannya.
"Mau kemana?"
"Makan. Kamu nggak laper?"
"Dimana?"
"Tuh disitu." Rafi menunjuk balkon yang di luar, yang memang letaknya sedikit tersembunyi dan luput dari pandangan mata Dara.
Dia membuka pintu balkon. Area berukuran sedang ini sudah ditata rapi. Tidak berlebihan. Rafi tahu benar segala sesuatu yang berlebihan membuat Dara tidak nyaman. Ada dua kursi dan sebuah meja berukuran sedang dengan bunga segar diatasnya.
"Ini bukan soto ayam. Tapi semoga kamu suka."
"Semur jengkol?"
Tawa ringan Rafi terdengar. "Bukan. Besok-besok lagi ya semur jengkolnya." Rafi sudah menggeser bangku mempersilahkan Dara duduk. Lalu dia juga duduk dihadapan Dara.
Tiba-tiba seorang laki-laki masuk membawakan makanan dan menghidangkannya di meja.
"Terimakasih."
"Buat?"
"Semuanya. Kamu nggak perlu beliin saya gaun setiap hari. Itu berlebihan. Atau makan begini setiap malam."
Rafi tersenyum. "Tapi kamu cantik pakai gaun-gaun itu."
"Saya nggak nyaman dengan segalanya yang berlebihan."
"Okey. Sekarang, makan. Kamu tadi siang makan sedikit banget kan? Tim aku bikin susah ya?" Rafi mulai makan.
"Oh nggak kok. Cuma Pak Andre mau semuanya segera selesai, jadi kita bisa pulang besok."
"Kamu pulang lusa aja. Kan besok Sabtu juga. Kamu pulang hari Minggu jadi Senin bisa kerja lagi. Atau disini terus? Aku lebih senang lagi."
Dara tersenyum. "Bapak bos. Aku juga punya kerjaan lho. Ya nggak sepenting kamu sih."
"Jangan mulai Ra. Oke. Pulang Minggu kalau begitu. Aku akan minta Martha untuk..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You - TERBIT
RomansaApa susahnya mencari pengganti? Apalagi ini hanya sekertaris pengganti. Bukan istri atau pacar pengganti kan? Lalu kenapa dia bisa berakhir disini? Bersama gadis konyol yang selalu mengganggunya setiap hari. Bukan hanya tatapan polos atau senyum jen...