Part 28 - Man talk

6.6K 704 25
                                    

Kalau ada yang kangen sama Prasetyo, dia ada disini. Lagi grogi karena lagi mau ijab kabul sama Aimi. Disini Tio curhat abis-abisan. Jadi bucin deh dia pokoknya. Enjoy guys.

***

Rafi duduk bersama Tio di balkon kamar hotel. Calon adik iparnya ini benar-benar gelisah dan gugup. Sekalipun dia berusaha menutupinya. Dia sendiripun tidak dalam kondisi yang baik, tapi dia tahu dia tidak boleh egois. Ini pernikahan adik kesayangannya.

"Tarik napas Yo." Rafi tersenyum.

"Gue baik-baik. Ada rokok?"

Rafi tersenyum lagi. "Baik-baik tapi minta rokok. Nggak boleh, nanti gue diomelin Aimi."

"Lo yakin dan siap?"

"Gue malah takut Aimi yang berubah pikiran Raf."

"Maksudnya?"

"Suka nggak suka, ada saatnya gue memang merasa berbeda dengan Aimi. Ini kalau gue boleh jujur sama lo."

"Jujur deh. Gue dengerin. Lagian nggak mungkin tiba-tiba gue nggak setuju kok setelah semua persiapan merepotkan ini." Rafi mencoba melucu.

"Sorry ya, kalau cuma lo yang nggak setuju gue bawa lari Aimi."

Lalu Rafi tertawa. Tawa miris, karena dia harusnya bisa lebih keras kepala mempertahankan Dara seperti Tio pada Aimi.

Lalu mata Tio menerawang. "Ya terkadang, gue memang merasa dunia gue dan Aimi itu beda Raf bagaimanapun juga. Gue belum terbiasa dengan tempat tinggal dia sama lo dihotel begini, atau kenyataan setiap kali gue mau belanja ke mall manapun atau menginap di hotel manapun itu semua punya Aimi. Terkadang itu terasa aneh." Tio menelan salivanya. "Dan gue takut, Aimi merasa nggak nyaman atau dia merasa kurang, dengan apa yang gue punya sekarang atau dia berfikir, kalau gue cuma ingin apa yang dia punya. Gue juga takut gue nggak mencintai dia cukup banyak jadi dia pergi pada akhirnya."

"Kemarin dulu, mungkin gue bisa dengan gampang bilang kalau memang gue dan Aimi nggak jodoh, ya sudah. Mau bagaimana lagi." Tio menghela nafasnya. "Tapi sekarang, beneran deh kalau Aimi bukan jodoh gue, gue bakalan naik banding ke atas langit begging-begging biar Tuhan setuju dia jadi jodoh gue."

"I'm head over heals for your sister. Sampai dititik rasanya nggak kepikiran kalau sehari aja nggak lihat dia. Lo tau kan Aimi pacar pertama gue, cinta pertama gue. Jadinya, kadang, susah percaya juga kalau dia juga cinta sama gue. Apalagi dengan semua latar belakang keluarga kalian. Dia bisa pilih laki-laki manapun selain gue Raf yang secara finasial lebih, atau tampangnya lebih oke, atau apapun lah. Tapi kenapa gue coba? Gue siapa emangnya? Cengeng ya?" Tio meringis miris. Lalu melanjutkan lagi.

"Ini kayaknya gue kemakan omongan temen gue. Dia bilang cinta pertama itu pasti nggak bisa kejadian. Jadi begitu Tuhan bilang lain, gue minder sendiri. Kayak to good to be true."

"Sekarang gue cuma berdoa, Aimi nggak kena wedding cold feet dan berubah pikiran dan batalin semuanya."

"You really love her." Rafi tersenyum miris.

"Yes I do."

"Is not a question." Rafi menghela nafasnya berat. Pikirannya sudah melayang tanpa bisa dia kontrol lagi. "Apa dulu, waktu lo pertama jatuh cinta, lo selalu wondering dia lagi apa kalau malam?"

"Gue selalu penasaran dia lagi ngapain kalau lagi nggak sama gue Raf. Bahkan, wanginya dari jarak beberapa meter aja udah bikin jantung gue nggak karuan." Tio terkekeh geli mengingat itu semua.

"Do you miss her, because you can't be with her?" Kali ini mata Rafi mulai menerawang. Dia menyenderkan tubuhnya ke belakang.

"Iya lah."

Falling for You - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang