Dia berusaha berjalan setenang mungkin, menembus keramaian tamu. Dia berhenti beberapa kali karena harus berbasa-basi dengan kolega-koleganya. Matanya sudah menyapu ke seluruh ruangan, berusaha mencari. Kenapa tadi dia tidak bertanya pada Lana tentang warna baju Dara. 'Stupid.'
"Jacob is not coming today Raf?" Adrien bertanya padanya. "Raf? What are you looking for?" Mata Rafi memang masih berkeliling ruangan, tidak menatap Adrien.
"Sorry Adrien, excuse me for a while." Dia tersenyum lalu berlalu sopan.
Entah kenapa dia mulai merasa gugup, apa yang akan dia lakukan jika dia benar-benar bertemu Dara? Apa? Minta maaf? Atau apa? Kakinya sudah melangkah untuk mengambil minuman di salah satu meja. Lalu tangannya bersentuhan dengan tangan gadis lain yang juga ingin mengambil gelas yang sama.
"Maaf." Gadis itu berkata. Tangan gadis itu beralih ke gelas yang lain.
Suara itu membuat Rafi membeku. Dia menoleh perlahan, mulutnya bungkam. Untuk pertama kalinya dia kehilangan kata-kata.
"Hai Pak." Dara tersenyum. Hari itu dia dipaksa Nathalia untuk berdandan dengan berbagai ancaman dan bujukan. Akhirnya dia menyerah pada keinginan salah satu mantan bosnya itu dan juga karena Hilman sama memaksanya. Jadi dia kalah suara.
Semua yang dia pakai adalah pemberian Nathalia dan Hilman, dia hanya menurut saja. Toh ini hanya sebentar saja kan? Anggap saja seperti pergi ke pesta Cinderella yang akan berakhir cepat dan dia juga akan memastikan bahwa tidak ada sepatu kaca yang tertinggal dibelakang sana. Karena dia bukan Cinderella, hanya tikusnya saja.
Gadis itu berdiri dengan dandanan sempurna dihadapannya. Tersenyum kecil seolah tidak ada apa-apa. Seolah tadi dia hanya pergi ke toilet saja. Bukan menghilang berbulan-bulan hingga membuat Rafi gila. Dia Dara kan? Dara yang sama?
Rafi hanya diam terpaku. Jika semua orang berkata dia adalah negosiator ulung dan tidak pernah gugup di kesempatan apapun, mereka salah, salah besar. Karena kenyataannya dia hanya diam saja saat ini, menatap gadis dihadapannya ini.
Warna mata Dara berkali lipat lebih mempesona karena make up sederhana yang dia kenakan. Rambutnya ditata sederhana, tidak berlebihan. Dan gaun yang Dara kenakan, ya Tuhan, bahunya terlihat begitu ramping. Lalu ingatan pada apa yang terjadi di kamar mandi dulu berputar lagi. 'Sh*t'
"Apa kabar Pak?" Dara berujar lagi.
Rafi berdehem canggung. "Baik. Kamu?"
"Saya baik. Selamat untuk Mba Aimi Pak." Dara berdiri menggenggam gelas ditangannya.
'What should I do? What do I want? What??' Rafi frustasi sendiri.
"Oh ya, terimakasih." Rafi diam lagi. "Kamu kesini dengan?"
"Rafi, congratulation. Saya cari-cari kamu di VIP room, kamu malah berkeliaran disini." Wishnu Pratama sang menteri pariwisata menyapanya.
Rafi tahu tamu yang satu ini harus dia layani. Lalu wajahnya berbalik menghadap salah satu temannya itu. Mereka berbincang sejenak. Mata Rafi melirik beberapa kali dan gadis itu sudah tidak disana. Secara halus Rafi mengarahkan Wishnu ke ruang VIP untuk bertemu ayahnya. Jadi dia bisa kembali mencari gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You - TERBIT
RomanceApa susahnya mencari pengganti? Apalagi ini hanya sekertaris pengganti. Bukan istri atau pacar pengganti kan? Lalu kenapa dia bisa berakhir disini? Bersama gadis konyol yang selalu mengganggunya setiap hari. Bukan hanya tatapan polos atau senyum jen...