"Kamu kemana aja Ra? Kok tiba-tiba hilang?" Suara Imran diseberang sana.
Dara tertawa. Saat ini sudah jam istirahat, dia sedang bersiap untuk makan siang di lounge. "Maaf Ran. Tiba-tiba dinas." Dara memutar bangkunya karena dia ingin mengambil kotak bekal di dalam ransel yang berada di lemari belakangnya. "Tapi sekarang aku udah di Jakarta, kapan ketemu yuk. Aku beneran kangen kamu Ran."
"Waah kereen, kerjaan kamu pakai dinas segala?" Imran meledek Dara.
"Duh ceritanya panjang Ran. Mangkanya kita harus ketemu secepatnya. Kangen beneran ini."
"Aku bisanya hari kerja Ra. Sabtu-minggu aku ada kerjaan. Apa aku jemput kamu habis kantor?"
Kotak bekal sudah dalam genggaman, dia memutar lagi kursinya dan terkejut karena sudah ada Rafi berdiri disana.
"Imran, udah dulu ya. Nanti aku telpon lagi." Dara berbisik sambil tersenyum. "Iya Pak?"
"Siapa?"
"Maksudnya?"
"Siapa yang telpon kamu barusan?"
"Oh, teman saya. Ada apa Pak?"
Dahi Rafi mengernyit, dia tidak suka dengan apa yang barusan dia dengar. Jelas-jelas Dara bilang kangen dengan siapapun orang yang dia telpon tadi dan Imran itu nama laki-laki kan?
"Saya makan dengan Nat dan baru balik jam 2. Tolong mundurkan jadwal saya yang jam 1.30 ke jam 3."
"Iya Pak."
Rafi berlalu. Gusar dengan reaksi dirinya sendiri.
***
Di hari yang lain.
"Maaf Pak. Apa bisa saya ijin pulang jam 4 sore? Saya ada keperluan hari ini." Dara sudah ada di ruangannya.
"Mau kemana?" Mata Rafi mengawasi Dara yang wajahnya sumringah gembira.
"Ada keperluan Pak."
"Pribadi?"
"Iya."
"Nggak bisa, masih ada kerjaan." Rafi menyahut. Dia teringat pembicaraan Dara ditelpon beberapa hari yang lalu dengan Imran atau siapalah namanya itu.
Dara hanya mengangguk sedikit kecewa dan berlalu dari ruangan.
Malamnya.
"Ra, kok belum pulang?" Rafi melirik jam ditangannya, sudah pukul 7 malam.
"Iya Pak, sebentar lagi jemputan datang."
"Oh Gojek?" Rafi sudah ingin berlalu namun langkahnya terhenti mendengar jawaban Dara.
"Bukan Pak, ada teman saya yang jemput."
"Siapa?"
"Bapak nggak akan kenal Pak. Dia teman kecil saya lagi datang ke Jakarta."
Rafi diam saja sambil berlalu pergi, lalu ingatan itu kembali lagi.
'Imran. Apa itu namanya? Apa dia yang akan jemput Dara? Kangen, rindu? Itu hanya untuk orang istimewa kan? Apa dia pacar Dara? Jadi Dara punya pacar?'
***
Di luar kantor, Rafi meminta Pak Budi untuk menghentikan mobilnya tidak jauh dari lobby. Pak Budi sedikit heran, tidak biasanya Rafi langsung mengawasi orang seperti ini. Biasanya bos besarnya itu akan selalu meminta orang untuk mengikuti siapa saja yang dia mau. Termasuk Yuda sahabatnya dan Aimi adiknya.
Mata Rafi melihat Dara dijemput oleh laki-laki entah siapa itu menggunakan motor. Senyum Dara lebar sekali. Rambutnya digerai dan dia masih mengenakan setelan kantornya. Laki-laki itu menggeleng sambil tersenyum dan berbicara menggoda Dara. Lalu tubuh Dara berputar dan tawanya berderai.
![](https://img.wattpad.com/cover/208172134-288-k718409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You - TERBIT
RomansaApa susahnya mencari pengganti? Apalagi ini hanya sekertaris pengganti. Bukan istri atau pacar pengganti kan? Lalu kenapa dia bisa berakhir disini? Bersama gadis konyol yang selalu mengganggunya setiap hari. Bukan hanya tatapan polos atau senyum jen...