Keesokkan siangnya tim Mentari Jaya tempat Dara bekerja sudah tiba. Meeting diadakan sore harinya. Namun kali ini Rafi tidak ikut. Masih ada dua kali meeting lagi di Jakarta yang akan dilaksanakan dalam waktu satu hari kedepan saja. Setelah itu mereka bisa kembali.
Ponselnya berdering.
"Sudah selesai meetingnya?" Suara Rafi diseberang sana.
"Barusan aja. Kok kamu nggak ada?"
"Kenapa nyariin saya? Kangen?"
"Iss nggak lah. Kamu kali."
"Iya, saya kangen. Nanti malam dinner lagi ya. Jam 7. See you." Hubungan disudahi.
Dara tersipu. Telinganya memerah. Lalu dia segera membereskan dokumen diatas meja juga laptopnya.
"Kamu kenapa Ra? Demam?" Subagyo menghampirinya.
"Oh nggak Pak. Saya nggak apa-apa."
"Dara, habis ini kita kumpul sebentar ya. Di kamar Pak Subagyo aja. Ada yang harus dibahas sebelum meeting besok." Ujar Andre. "Kamu masih sakit ya? Semalam kata Satria kamu nggak enak badan?"
"Saya sudah nggak apa-apa Pak." Dara tersenyum.
***
Martha sudah duduk dihadapan Sanjaya di kantornya.
"Jadi, ceritakan tentang Rafi."
Wajah Martha datar sekali. "Saya tidak punya ceritanya. Silahkan Bapak tanya sendiri pada Pak Rafi."
Sanjaya tersenyum. "Saya memang sudah tua. Tapi saya tidak bisa dibodohi. Saya tanya dengan kamu atau dengan Niko akan sama saja. Nathalia juga tidak mau bicara. Apa yang kalian lindungi dari saya? Ini kasus Arya Dirga lagi? Atau apa?"
Martha diam saja. "Maaf Pak."
"Kesetiaan kamu luar biasa. Itu yang saya suka." Sanjaya menatap Martha lalu menghembuskan nafasnya. "Ya sudah. Terimakasih. Tolong panggil Dani masuk."
Martha mengangguk. Lalu beranjak dari ruangan Sanjaya. Dia tahu dia tidak boleh bicara. Ini ranah pribadi bosnya. Ketika Dani orang kepercayaan Sanjaya masuk, Martha sudah mengangkat ponselnya.
"Pak, Bapak Jaya tanya saya hari ini soal Bapak." Martha menghubungi Rafi.
Rafi diam diseberang sana. Menyalahkan reaksinya sendiri yang berlebihan karena Dara. Sehingga membangkitkan kecurigaan ayahnya sementara dia belum punya rencana yang matang. Dia bodoh sekali.
Sanjaya paham benar ada yang aneh dengan Rafi anak sulungnya. Si pewaris takhta. Anaknya itu selalu begitu, tidak ingin merepotkan orangtuanya. Sama seperti kasus Arya Dirga dan Aimi dulu. Rafi akan berusaha menyelesaikan semua dengan caranya sendiri. Tapi ada sesuatu yang mengusiknya kali ini. Firasatnya bilang, ini tentang anak itu sendiri. Bukan tentang pekerjaan, atau Aimi, atau Cynthia atau bahkan Brayuda.
Sudah berbulan-bulan sebenarnya dia curiga. Apalagi sejak Rafi kembali melakukan hobi lamanya, boxing. Belum lagi pada emosinya yang tiba-tiba labil. Rafi seperti kehilangan kontrol dirinya sendiri berbulan yang lalu. Kemudian hari ini. Ekspresi wajah anaknya itu berbeda. Seperti sedang, jatuh cinta. Apa iya? Karena tadi Sanjaya sempat dengar dia berbincang di ponsel dengan entah siapa diseberang sana. Nadanya berbeda. Apa dengan Nathalia? Harusnya itu kabar baik kan? Tapi kenapa dia berahasia.
"Bapak panggil saya?" Dani sudah berdiri dihadapannya.
"Dan, tolong cek Rafi. Jangan pakai Niko. Dia sama setianya dengan Martha. Pakai yang lain."
"Baik."
***
Pertemuan dengan tim internal dan bosnya selesai pukul 5.30. Dara baru saja masuk ke dalam kamar lalu menemukan gaun sederhana yang cantik berwarna biru sepanjang lutut sudah ada di kasurnya, lengkap dengan kartu dan setangkai bunga.
![](https://img.wattpad.com/cover/208172134-288-k718409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You - TERBIT
Storie d'amoreApa susahnya mencari pengganti? Apalagi ini hanya sekertaris pengganti. Bukan istri atau pacar pengganti kan? Lalu kenapa dia bisa berakhir disini? Bersama gadis konyol yang selalu mengganggunya setiap hari. Bukan hanya tatapan polos atau senyum jen...