"Sebentar lagi landing. Kamu mau jemput sendiri?"
"Nggak perlu. Semua sudah diatur. Pastikan aja dia aman sampai hotel."
"Oke." Niko menutup ponselnya.
Dia sudah duduk di airport menunggu. Kali ini dia harus turun tangan sendiri. Tidak boleh ada kesalahan, begitu pesan Rafi.
***
Andre dan Winda tinggal bersama Satria anaknya. Jadi Dara memesan kamar hotel untuk dirinya sendiri. Hotel ini terlalu mewah untuk ukuran dirinya. Bahkan setelah dia memesan kamar paling murah pun. Tapi bosnya bilang pertemuannya akan diadakan di hotel ini. Jadi dia menurut saja.
Meeting baru dimulai besok dan Dara sedang berada di kamar selesai mandi. Dia sedikit lelah, karena perjalanan airport-hotel memakan waktu. Ya Jakarta selalu macet, mana pernah tidak. Dia membuka laptop untuk mengecek beberapa email dan memastikan tiket kepulangannya dan bosnya lagi. Ya, dia tidak suka berlama-lama di kota ini. Lalu alarm kebutuhan dasarnya berbunyi. Perutnya keroncongan.
Dia lalu menelpon untuk memesan makanan. Anehnya si penerima telpon bilang dapur hotel sudah menutup pesanan. Padahal ini baru pukul tujuh malam. Dara bersungut kesal. Jadi dia harus pergi sendiri kebawah untuk makan. Rencananya dia mau keluar dari area hotel dan membeli makanan di pinggir jalan. Apa saja yang ada.
Lalu ketika dia sudah berpakaian sopan pintunya diketuk. Dia membuka dan ada seorang staff hotel memberikan kupon makan malam.
"Maaf, tadi pihak resepsionis terlewat memberi Mba kupon makan malam ini. Silahkan berikan pada saat masuk ke restoran dibawah."
"Loh, saya memang pesan kamar yang nggak pakai dinner Mas. Breakfast aja."
"Oh tapi di pemesanannya sudah satu paket Mba."
"Oh oke." Sebenarnya ini aneh karena Dara ingat benar harusnya tidak ada makan malam dalam paket kamar hotelnya. Tapi ya sudahlah. Paling tidak dia terhindar dari kerepotan mencari makanan di luar.
Akhirnya disanalah dia terdampar. Bersama segelintir orang yang sedang makan malam ala buffet hotel. Ini bukan pertama kalinya Dara makan di tempat bagus begini karena pekerjaannya dulu. Dan berdasarkan pengalamannya, lebih baik dia makan dipinggir jalan. Lebih sesuai seleranya. Tapi, dia ingin mencobanya malam ini selain juga karena tubuhnya lelah karena perjalanan tadi. Besok pastinya dia akan makan diluar hotel.
Laki-laki itu memandanginya dari jauh. Dia duduk dipojok ruangan yang tidak terjangkau mata Dara. Malam ini Dara mengenakan celana jins gelap dan juga blus biru muda dengan bunga-bunga kecil. Gadis itu selalu cantik mengenakan warna biru, seperti dipantai waktu itu. Kakinya yang jenjang mengenakan sandal hotel saja. Lalu bayangan kaki Dara yang polos dan bersandar santai di sofa kembali keingatannya. Dia masih tidak tahu bagaimana cara memulai dengan Dara. Memulai lagi dari awal. Dia sangat berhati-hati kali ini, dia tidak ingin membuat Dara ketakutan atau pergi lagi.
"Hai, bangku ini kosong?"
Dara menahan nafasnya. 'Laki-laki ini artis yang itu bukan ya? Wajar aja sih kalau dia artis dan menginap di hotel mewah begini.'
"Oh kosong kok." Dara melihat ke sekelilingnya dan heran kenapa laki-laki ini ingin duduk dengannya sementara masih banyak bangku kosong lainnya."
"Saya Yuda." Dia duduk dihadapan Dara.
"Oh. Saya pikir..."
"Kamu pikir siapa?"
Dara tersenyum kecil sambil menyelipkan rambutnya ke telinga. "Nggak."
Yuda tersenyum juga. Sekarang dia tahu kenapa Rafi jatuh cinta pada gadis polos ini. Sekilas gadis ini terlihat seperti Aimi. Matanya kekanakkan, polos, lugu. Tapi wajah dan sikapnya dewasa, tapi kadang malu-malu. 'Sister complex lo dasar Raf. Ternyata lo lebih gila dari gue.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You - TERBIT
RomanceApa susahnya mencari pengganti? Apalagi ini hanya sekertaris pengganti. Bukan istri atau pacar pengganti kan? Lalu kenapa dia bisa berakhir disini? Bersama gadis konyol yang selalu mengganggunya setiap hari. Bukan hanya tatapan polos atau senyum jen...