Berbulan-bulan kemudian.
Dara terbangun dari tidurnya. Dia gelisah sekali. Entah kenapa mimpi-mimpi itu selalu datang, mengganggunya berminggu-minggu ini. Teman dekatnya Ida masih tidur lelap di kasur sebelah, jadi dia merebahkan tubuhnya lagi.
Lalu bayangan itu berputar. Berulang-ulang. Tentang bagaimana laki-laki itu tertawa, atau kesal, atau ciumannya dengan Nathalia, atau hinaan dan caciannya. Lalu insiden di kamar mandi, dan yang terakhir...itu. Ciuman itu. Satu tangan Dara akan selalu menyentuh bibirnya sendiri, sementara tangan yang lain meremas perutnya. Matanya akan terpejam, menahan tangis.
Dia takut, dia sakit hati, dia malu, dia merasa bersalah pada Nathalia. Lalu...dia merasa terhina, seperti dulu saat mantan majikannya memaksanya untuk melakukan hal yang hina. Tapi, jauh di dasar hatinya, dia...rindu.
***
"Ra, jalan yuk." Daniel sudah berjalan bersisian dengannya.
"Sorry nggak bisa, saya kerja."
"Kerja mulu Ra. Nggak asyik nih."
Dara tidak menghiraukan laki-laki yang empat tahun lebih muda darinya itu. Sampai akhirnya Daniel berhenti melangkah.
Kawan-kawan Daniel langsung meledeknya. "Udah si Niel, dia itu udah tua kali. Emang beda seleranya sama kita. Lagian kenapa sih penasaran banget sama Dara?"
Daniel menggendikkan bahunya sambil masih memperhatikan Dara yang berjalan menjauh. "Dia, menarik. Itu aja."
Lalu hari-hari berikutnya, Daniel masih dengan gigih mengejar Dara. Mengikutinya kemanapun dia pergi. Sampai gadis itu risih sendiri.
"Nih, sepuluh halaman. 150-160. Dihafalin, biar nggak salah nanti jawabnya." Dara menyerahkan buku itu pada Ida kawannya.
"Waaahhh, terimakasih kakak Dara. Asyik banget punya teman pinter." Setengahnya Ida meledek Dara sambil menerima buku pemberiannya. Teman satu kamarnya itu memang usianya lebih tua. Sekalipun sebenarnya Ida tidak pernah merasa seperti itu, tapi terkadang dia suka meledek Dara.
"Sembarangan aja, Kakak. Gue adik lo Da. Jangan lupa." Dara terkekeh ringan sambil melihat Ida pergi melalui pintu.
Musim liburan sebentar lagi tiba, yang artinya, kerja-kerja-kerja. Kayaknya dia cocok jadi mentri Pak Presiden, karena dia punya slogan hidup yang sama. Dara harus memastikan dia mendapatkan pekerjaan yang layak di liburan kali ini. Karena dia belum mendapatkan pengumuman nilai semesternya. Jadi belum ada jaminan semester depan dia mendapatkan keringanan beasiswa lagi. Ya, beasiswa yang didapatnya benar-benar dengan susah payah dia harus pertahankan. Semua harus minimal A tanpa pengulangan di semester pendek. Jadi, seperti biasa dia harus punya rencana cadangan. Hidup tidak pasti kan?
"Ra, selesai jam berapa hari ini?" Dara masih membereskan rak kue kering yang tadi berantakan. Sudah ada Daniel disebelahnya.
"Malam, sampai tutup Niel." Sungguh Dara mulai lelah menolak Daniel. 'Kenapa seolah dia malah tambah semangat kalau gue tolak?'
"Besok?" Daniel malah membantu Dara merapihkan rak itu.
"Daniel, ya Tuhan. Gue lagi kerja ini."
Daniel masih membuntutinya. "Ra, lo nggak capek apa nolak gue?"
"Niel, lo nggak capek apa gue tolak? Masih banyak cewek yang mau sama lo Niel. Lagian kita nggak seumuran, gue udah tua." Sekalipun dia tidak suka tapi dia harus menggunakan jurus ini.
"Ra, gini deh. Satu kaliiii aja, satu kaliiii aja kita jalan. Please. After that you can runaway from me." If you can. Lanjut Daniel dalam hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/208172134-288-k718409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You - TERBIT
RomanceApa susahnya mencari pengganti? Apalagi ini hanya sekertaris pengganti. Bukan istri atau pacar pengganti kan? Lalu kenapa dia bisa berakhir disini? Bersama gadis konyol yang selalu mengganggunya setiap hari. Bukan hanya tatapan polos atau senyum jen...