Rafi tahu ini sudah kepalang tanggung. Dia sudah tidak bisa kehilangan gadis itu. Tadi, dia memang berjanji. Tapi kali ini, dia akan langgar janjinya sendiri. Dia akan minta maaf pada Dara nanti.
Dara sudah menghambur keluar. Berhasil menahan isakannya. Martha sudah berdiri menatapnya heran campur khawatir. Tapi ketika Rafi muncul dibelakangnya dengan wajah berantakan. Martha tahu apa yang terjadi. Sudah cukup lama dia bekerja pada Rafi. Ditambah lagi, Nathalia sudah menceritakan hal ini padanya. Sekalipun awalnya dia tidak percaya, akhirnya hari ini dia menjadi saksi mata. Jadi dia mengerti, apa yang dia harus lakukan.
Martha mengambil langkah panjang agar mendahului Dara dan keluar dari pintu utama. Lalu mengunci pintunya.
"Mba Martha. Buka Mba." Dara berusaha membuka pintu itu. Kenapa dia bodoh sekali. Ini pasti sudah bagian dari rencana Rafi kan?
Rafi hanya diam. Dia juga kaget atas apa yang dilakukan Martha untuknya. Dalam hati dia berterimakasih pada sekertarisnya itu.
"Dara, tenang dulu."
"Stop Pak. Jangan."
"Ya Tuhan Dara, saya nggak mau ngapa-ngapain kamu."
"Saya telpon Satria sekarang."
"Silahkan Ra. Suruh dia jemput kamu disini kalau itu bikin kamu tenang. Tapi tenang dulu."
Dara memijit angka satu panik. "Sat...Satria." Dara masih menangis sementara Rafi berjalan mondar-mandir dihadapannya. Berusaha menghalau emosinya sendiri.
"Dara kamu kenapa?"
"Tolong aku Sat."
"Kamu dimana?" Suara Satria makin panik.
"Di hotel."
"Aku kesana sekarang. Tunggu aku."
Ponsel dimatikan.
"Sudah?" Tanya Rafi kesal.
"Bapak nggak bisa seenak Bapak begitu. Bapak sudah tunangan, tapi masih kejar saya. Mau Bapak apa? Apa karena saya orang nggak punya jadi Bapak bisa seenaknya? Jadi Bapak bisa main-main sama saya? Bapak nggak punya hak, nggak punya!!!" Tangisnya sudah berhenti. Dara meluapkan kekecewaannya, kemarahannya.
"Dara, siapa bilang saya sudah tunangan? Sama siapa? Nathalia? Siapa yang bilang?" Rafi menggelengkan kepalanya kesal.
"Jangan bohong sama saya!!"
"Kamu selalu nggak percaya sama saya. Hrrrghhh..." Rafi memijit nomor Nathalia kesal.
"Ya Raf."
"Nat, tolongin gue, bilang sama Dara lo mau nikah sama siapa?" Rafi sudah memijit tombol loud speaker.
"Loh? Emang ada Dara? Rafi jangan sampai kamu sakitin..."
"Nathalia, tolong bilang ke Dara kamu mau nikah sama siapa. Cepetan."
"Dara, saya nggak pacaran sama Rafi Ra. Jangan salah paham. Kamu nggak apa-apa kan? Kalian dimana?"
Ponsel dimatikan oleh Rafi. "Sudah dengar sendiri kan. Sudah percaya?" Rafi mendekati Dara lagi.
Dara mundur selangkah. Tangannya sudah menghapus air matanya. "Jangan dekat-dekat. Satria sebentar lagi sampai."
Rafi tertawa ringan. "Kantor Satria itu satu jam dari sini Ra. Apalagi jam sibuk begini."
"Saya bisa telpon Pak Andre dan bilang Bapak melecehkan saya. Saya nggak main-main."
"Saya nggak berniat melecehkan kamu Ra. Saya bahkan nggak pingin lihat kamu sedih begitu. Silahkan telpon bos kamu, telpon Pak Presiden sekalian kalau perlu." Rafi tidak menghentikan langkahnya. Dia sudah tidak perduli lagi, dia harus tahu perasaan Dara padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You - TERBIT
RomantizmApa susahnya mencari pengganti? Apalagi ini hanya sekertaris pengganti. Bukan istri atau pacar pengganti kan? Lalu kenapa dia bisa berakhir disini? Bersama gadis konyol yang selalu mengganggunya setiap hari. Bukan hanya tatapan polos atau senyum jen...