Bali.
"Mau kemana Pak?" Ini sudah hari ketiga mereka di Bali. Semua meeting dan urusan kerja sudah selesai. Saat ini mereka sudah berada di mobil yang dikendarai oleh Rafi sendiri.
"Beliin kamu baju." Rafi membuka dasinya. "Ra susah Ra buka dasi sambil nyetir ternyata, bukain dong."
Dara yang duduk disampingnya melonggarkan sedikit sabuk pengamannya dan membantu Rafi membuka dasi. "Saya nggak minta dibeliin baju Pak."
Mata Rafi berusaha untuk fokus berkendara saja. Dia menyesal sudah meminta bantuan Dara, karena saat ini tubuh Dara dekat sekali dengannya.
"Anggap aja ini hadiah, karena kamu udah temenin saya waktu di Yogya. Memberi hadiah itu hak saya, dan menolak rezeki itu dosa." Rafi tersenyum puas, tahu bahwa Dara tidak punya alasan untuk membantahnya kali ini.
'Ya ampun Pak, nggak usah senyum Pak. Silau, kegantengan. Ampun deh ni orang.' Ujar Dara dalam hati.
"Menolak hadiah pun juga hak saya, sekalipun itu nggak sopan." Dara sudah kembali duduk lagi.
"Saya nggak suka orang nggak sopan."
Dara mencebik sebal. "Bilang aja nggak mau ditolak."
"Nggak pernah ada yang coba tolak saya, atau bahkan berani tolak saya dan berhasil tolak saya. Kalaupun bisa, itu karena saya biarkan mereka lolos. Bukan karena saya setuju. Paham?" Rafi mengatakan hal itu datar saja.
Mereka tiba disalah satu butik di Bali. Rafi sudah keluar dari mobil diikuti Dara.
"Pak, beneran deh, saya nggak kepingin belanja dan dibelanjain. Lagian besok kita sudah balik ke Jakarta kan? Baju saya masih ada kok." Dara berusaha berdalih.
"Masuk." Rafi membuka pintu butik. "Saya nggak mau makan malam dan kamu pakai baju kerja begitu."
Didalam Dara hanya duduk saja. Ini salah satu aksinya karena benar-benar berusaha agar bosnya itu tidak memboroskan uang untuk sesuatu yang tidak perlu.
"Kenapa diam aja? Saya nggak suka orang nggak sopan, kan tadi saya sudah bilang."
"Pak, beneran deh. Ini nggak perlu. Besok kita sudah pulang. Ini namanya pemborosan. Bapak kan kemarin baru presentasi cost saving."
Rafi memijit ponselnya. "Nat, Dara pingin ngomong." Rafi menyerahkan ponselnya ke Dara.
Wajah Dara menggeleng tidak percaya. "Hi Mba. Maaf ngerepotin. Apa Mba bisa bilang ke Pak Rafi kalau nggak perlu beliin saya baju, tolong dong Mba. Please."
Nat tertawa lalu mulai berujar disana. Rafi hanya berdiri menikmati ekspresi Dara yang sedang mendengarkan Nat. Kadang wajahnya tersenyum tapi bisa langsung berubah datar, lalu pasrah. Dara memberikan telponnya kembali ke Rafi.
"Bapak jahat banget, pake ngadu ke Mba Nat. Saya kan jadi nggak enak."
"Dara, Nat itu bawahan saya. Tapi kamu malah lebih nurut sama dia. Kamu waras? Lagian ini butik Cynthia adik saya. Jadi itungannya uang saya pergi ke adik saya. Bukan pemborosan. Cepetan pilih."
Setelah episode panjang belanja di butik dengan segala pemaksaan dari Rafi, akhirnya selesailah mereka. Dara keluar dari butik mengenakan dress santai berkancing depan berwarna biru dongker dengan bunga-bunga kecil dan berpotongan leher V. Sepatu heelsnya juga sudah diganti dengan sepatu kets putih santai.
"Kita mau kemana sih Pak?" Mereka sudah berada di mobil lagi.
"Lihat sunset, makan. Kamu belum pernah ke Bali kan? Bali lebih cantik dari Yogya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You - TERBIT
RomanceApa susahnya mencari pengganti? Apalagi ini hanya sekertaris pengganti. Bukan istri atau pacar pengganti kan? Lalu kenapa dia bisa berakhir disini? Bersama gadis konyol yang selalu mengganggunya setiap hari. Bukan hanya tatapan polos atau senyum jen...