Part 40 - Mari bicara

7.8K 707 9
                                        

"Saya nggak suka dilarang-larang. Saya nggak mau kamu campurin hidup saya, saya nggak mau uang kamu sepeser pun."

Rafi kembali duduk di pinggir kasur sebelah Dara. Dia senang gadis ini bicara. Jadi dia bisa meyakinkan gadisnya itu bahwa dia serius. Bahwa Dara adalah satu-satunya.

"Susah semua permintaan kamu." Dia menghela nafasnya. Bagaimana agar gadis ini mengerti, bahwa keputusannya kali ini bukan main-main.

"Saya larang karena saya nggak suka kamu dekat dengan laki-laki lain. Karena saya suka sama kamu dan lebih dari itu. Saya campurin hidup kamu karena kamu orang yang saya sayang. Soal uang, tolong jangan dipikirkan. Saya cuma mau bantu kamu jadi kamu bisa fokus kuliah dan belajar. Tidak perlu kerja sana-sini dan belajar mati-matian biar dapat beasiswa. Kamu sudah pintar anyway."

"Saya tetap nggak suka dengan apa yang kamu lakukan."

"Nanti, kamu akan terbiasa dengan sendirinya." Rafi tersenyum. "Semoga."

Dara mendengus kesal. "Kita nggak akan mencapai kesepakatan kalau Bapak ngotot terus."

"Jangan panggil saya Bapak dan kita tidak sedang buat kesepakatan." Rafi memberi jeda sambil menatap Dara sayang. "Apa yang saya lakukan itu harusnya normal Ra. Karena saya serius sama kamu. Okey, saya akan biarkan kamu kuliah dan lulus. Saya akan bolehkan kamu kerja dengan Pak Andre. Tapi kalau kamu minta saya membiarkan kamu dekat dengan laki-laki lain, maaf, saya nggak bisa."

Dara menghela nafasnya perlahan. Apa yang Rafi bilang ada benarnya. "Saya terbiasa sendiri. Jadi semuanya aneh banget rasanya."

"Saya juga terbiasa sendiri. Tapi ada yang bilang sama saya dulu, kalau sendiri itu nggak enak. Dan saya setuju. Karena itu, saya nggak mau sendiri lagi."

"Saya terbiasa hidup cukup, tidak berlebihan."

"Nah yang itu kita bisa atur nanti."

"Saya serius. Semua yang kamu punya..."Kali ini Dara yang menghembuskan nafasnya. "Semuanya berlebihan. Apa kamu paham?"

"Saya paham. Kita memang beda. Tapi berbeda itu baik kan?"

"Iya kalau perbedaannya hanya hal-hal kecil dan nggak mendasar. Kamu tahu kalau saya sampai detik ini masih menganggap kamu hidup di langit sana bareng sama dewa-dewa yang nggak terjangkau. Sementara saya..."

"Saya nggak suka arah pembicaraan kamu."

"Tapi itu yang sebenarnya. Lagian kenapa saya sih? Kamu bisa pilih cewek manapun. Yang cantik kayak bidadari atau kaya tujuh, delapan, sepuluh turunan yang sama kayak kamu."

Rafi tersenyum tipis. "Yang itu, saya nggak punya jawabannya. Saya juga nggak paham kenapa kamu. Saya sudah hidup 30 tahun lebih, dan baru kali ini saya hampir gila gara-gara wanita."

Dara mendengus kesal. "Iya, emang kamu gila."

"Kamu harus ketemu sahabat saya Brayuda. Dia bahkan lebih gila dari saya."

"Ya ya, saya sudah ketemu. Kalian sama gila nya dan tukang paksa."

Rafi tersenyum sambil memperhatikan wajah gadisnya ini. Mata coklatnya menatap berani. Dia suka binarannya dan ekspresi wajah Dara yang menurutnya menggemaskan.

"Tapi saya nggak menyesal soal kamu Dara. Saya sudah nggak ragu lagi dengan perasaan saya dan apa yang saya mau. Saya mau kamu." Matanya berusaha meyakinkan gadis itu. "Bagaimana dengan kamu sendiri?"

Susah payah Dara menelan salivanya. Kenapa situasi jadi berbalik begini. Dia ingin menyadarkan Rafi bahwa ini semua sia-sia. Dan berharap Rafi bangun dari mimpi buruknya. Ya buruk, karena ini mimpi tentang Dara. Tapi kenapa malahan laki-laki ini berujar yakin sekali dengan perasaannya dan tidak ada tanda-tanda ingin mundur pergi.

Falling for You - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang