Jungkook pov..
Aku ingat betul ketika hari dipersidangan. Jihyo tampak baik-baik saja ketika proses persidangan berlangsung. Apa hanya aku saja yang merasakan kekosongan ini? Kenapa dia terlihat baik? Lalu ketika ia berpelukan dengan ibuku. Ibuku selalu menyalahkan aku dan meminta maaf padanya, dan aku pun melihat dia menangis. Tapi, apa tangisannya memang dari dasar hatinya atau hanya terbawa suasana? Aku ragu kalau Jihyo masih mencintaiku. Pasalnya, ketika aku meminta ia untuk membubuhkan tanda tangannya. Ia menurutiku. Semudah itu ia memberikannya. Apa mungkin dia sangat cepat melupakanku? Kenapa aku tidak bisa melupakannya?
Dan juga aku ingat ketika Jihyo dan ibuku sedang berpelukan. Ayahku berkata..
"Kuharap kau tidak menyesalinya."
Aku menyesalinya ayah. Sungguh.
Rumah kami dijual, setelah mendapatkan uangnya, dia tidak mau mengambil sepeserpun padaku. Sudah kucoba menransfer tapi ternyata dia mengganti bank lain. Apa kau benar-benar ingin melupakanku Park Jihyo?
Lamunanku buyar ketika Yuri, sekertarisku tiba-tiba datang membawa proposal pengajuan kerjasama. Ketika ia meletakkan benda itu, posisinya seperti menggodaku. Terlihat kedua belahan dadanya didepan mataku. Jujur, biasanya ketika ia diposisi seperti itu aku semangat dan bergairah. Tapi entah kenapa aku malah teringat istriku, tidak, mantan istriku, Jihyo aku merindukanmu.
"Sajangnim. Ini adalah proposal dari Jinjitzu worldwide corp yang mengajak kerjasama. Mohon dibaca." Ucap Yuri.
Ketika mendengar nama perusahaan itu, aku langsung tersadar, dan buru-buru membacanya. Kak Seokjin, dia meminta bekerja sama denganku. Hal itu membuatku sedikit tersenyum. Setidaknya aku bisa mencari tahu dari kak Seokjin tentang Jihyo, tentang kabarnya.
**
Sudah sebulan waktu yang kulalui, sendiri, tapi dengan mudahnya aku tutupi semua itu dengan senyuman palsu-ku, aku mengerjakan semua kerjaanku untuk melupakan dan menghilangkan waktu sepi-ku.
Sampai akhirnya kami mengadakan rapat antr perusahaan. Aku senang bukan main, karena akan bertemu dengan mantan kakak iparku. Aku ingin sekali cepat-cepat menanyakan kabar dia. Dia yang selalu aku rindukan.
**
Seokjin pov..
"Oh, Jungkook-ah?" Aku berdiri ketika Jungkook menghampiri kursiku. Rapat ini memang baru saja usai, semua pejabat juga mulai meninggalkan ruangan, termasuk aku sesudah merapikan berkas penting ini.
"Apa kabar?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Kalau yang kakak maksud bernafas makan dan melakukan aktivitas seperti layaknya manusia pada umumnya, aku baik kak." Ucapnya membuatku sedikit tertawa.
Sudah terhitung dua bulan sejak hari persidangan itu. Aku baru melihatnya sekarang, memang dia tampak berubah, tidak sesegar dulu, tampak lesu dan kurus.
Lalu kami membicarakan tentang kerja sama yang kami jalin. Pekerjaan kami tentunya.
Aku tak sengaja melihat jam tanganku. Ah, ini sudah waktunya pulang, bahkan hampir terlambat.
"Jungkook-ah, mian. Aku harus pulang cepat. Karena adikku menitipkan sesuatu. Kalau aku terlambat, bisa gawat. Sungguh, selera makannya sekarang sangat mengerikan." Ucapku sambil bergidik ngeri.
Ah, kenapa aku jadi banyak cakap dengannya, padahal kami sudah tidak ada hubungan apapun lagi. Aku pun menyadari juga ekspresinya jadi berubah seperti ada yang ditahan, sebenarnya aku tahu apa yang ada di kepalanya namun aku tidak mau memancingnya, biarkan dia yang berucap.
"Kak, Jihyo.. apa kabarnya?" Aku mendengar ia menanyakan ini dengan nada yang bergetar.
Gotcha! Aku benar, aku sedikit menggertakkan gigiku karena ia berani sekali menanyakan adikku setelah ia mematahkan hatinya. Namun, sekali lagi kukatakan aku tidak bisa membenci lelaki yang ada dihadapanku ini.
"Kalau yang kau maksud bernafas makan dan melakukan aktivitas layaknya manusia pada umumnya, dia baik." Jawabku memmbuat dia tersenyum tidak enak hati.
Dia terlihat menunduk, "aku.. menyesalinya kak. Sungguh."
Ah, aku jadi tidak tega.
"Mau bertemu dengannya?" Tawarku.
**
Jungkook pov..
Aku sangat berterimakasih karena Tuhan memberikanku kesempatan untuk bertemu dengan dia. Dia yang selama ini aku rindukan. Sudah dua bulan lamanya aku tidak melihat matanya yang indah. Apakah dia semakin cantik? Atau bertambah cantik lagi? Aku tidak tahu, yang kutahu aku sangat tidak sabar ingin menemuinya.
Aku mengendarai mobilku dengan kak Seokjin disamping. Kebetulan kak Seokjin tidak membawa kendaraan jadi ia bisa bersamaku.
"Kak, apa kakak percaya ada kesempatan kedua?" Aku hanya penasaran, apakah kak Seokjin bersedia memberikanku kesempatan kedua.
"Percaya. Tapi, aku tidak mau jika adikku jatuh di lubang yang sama. Jadi aku harus hati-hati." Jawab kak Seokjin tanpa menatapku.
Jujur, lebih baik fisikku dipukul daripada ia melontarkan perkataan itu. Aku merasa ditampar berkali-kali oleh perkataanya. Tapi aku harus menunjukkan kepadanya, kalau kali ini aku benar-benar menyesali dan serius untuk adiknya.
"Setelah duaratus meter, belok kiri. Aku hendak membeli tokpoki dan odeng yang dititipkan Jihyo." Ucap kak Seokjin membuatku mengernyit.
Setahuku Jihyo tidak suka jajan diluar, dia sebisa mungkin memasaknya sendiri. Kenapa dia jadi suka?
**
"Jihyo-ya, kami pulang." Ucap kak Seokjin.
Aku melihat rumah ini, tidak ada yang berbeda semua tetap sama.
"Kenapa lama sekali?!!"
Suara itu? Teriakan itu? Oh, belum menemui tubuhnya saja membuat jantungku berdebar lebih cepat. Perlahan aku mendengar derap kaki langkah seseorang mendekat. Hatiku benar-benar tak sabar menantikannya.
"J-jungkook?"
Itu dia. Bidadariku. Menyebut namaku. Mematung disana. Jantungku benar-benar tak karuan. Air mataku hampir keluar. Demi neptunus, aku benar-benar merindukan sicantik itu.
Tapi.. tubuhnya mulai berisi, tidak sekurus dahulu. Dan, perutnya sedikit membuncit. Apa dia hamil?
**
Tbc
(Kemaren 2000 word ilang gitu aja, skrg cuman 800. Soalnya gue lupa udah nulis apaan🙂. Masih kesel sebenernya haha)
KAMU SEDANG MEMBACA
cupcakes [Full, Pindah Ke Cupcakes 2]
FanfictionKepenuhan, jdi pindah ke cupcakes 2 ;)