Mafia 3

516 124 10
                                    

Benar saja, orang suruhan dari Presdir mengintai Jungkook. Jungkook hanya tersenyum dalam diamnya sambil meminum kopinya didalam coffe shop tersebut. Dugaannya selalu tepat.

**

"Ada apa Jihyo? Kau mengajakku keatap ini?" Tanya Hyunjin ketika mereka sampai di atap sekolah.

"Aku, ingin memberikan ini padamu." Jihyo menyodorkan surat yang sudah lama ia simpan didalam dompetnya.

Hyunjin menerimanya dengan perasaan penasaran.

"Dibaca sekarang juga boleh." Lanjut Jihyo sambil tersenyum malu.

Jihyo menunggu reaksi Hyunjin yang membaca suratnya, begitu malu dan juga ia tak sabar kalau Hyunjin akan menerima cintanya. Jihyo sangat percaya diri karena Hyunjin sudah lama dekat dengannya, seperti sahabat, tidak mungkin Hyunjin akan menolaknya.

"Jihyo.." panggil Hyunjin.

Jihyo menatap Hyunjin malu-malu.

"Aku.. minta maaf, aku sudah punya pacar Jihyo."

Jihyo menatap Hyunjin tak percaya, "a-ah, a-aku mengerti, Hyunjin." Ucap jihyo terbata. Ia berusaha untuk menerima penolakan ini.

"Jihyo? Tidak apa kan? Kita masih bisa berteman kan?" Tanya Hyunjin tak enak hati.

"Ah? Oh.. i-iya, kita berteman. A-aku hanya ingin jujur dengan perasaanku saja. Kau tak perlu cemas, Hyunjin." Jawab Jihyo, dadanya sungguh sesak.

"Hyu, hyunjin. A-aku ke toilet dulu boleh? Karna ini aku menahan buang air hehe. Terima kasih ya, telah meluangkan waktu untukku." Pamit Jihyo, ia langsung mundur dan melarikan diri dari sana.

Dan Hyunjin hanya bisa menatap Jihyo yang berlari menjauh.

**


Jungkook melihat murid-murid yang sudah berlalu lalang di depan gerbang sekolah, ia menunggu kedatangan Jihyo. Tak lama Jihyo muncul dengan wajah murungnya.

Jungkook hendak menyapa namun tak sempat, Jihyo langsung masuk kedalam mobil.

Jungkook menduga, Jihyo pasti ditolak cintanya. Ia pun langsung masuk tanpa berkata apapun.

"Nona, kita menuju tempat les-mu." Ucap Jungkook. Jihyo hanya menjawab dengan dehaman. Lalu mobil pun meluncur.

Diperjalanan pun hening karena Jihyo tidak berceloteh seperti tadi pagi dan Jungkook mengawasi Jihyo lewat middle mirrornya. Ia melihat kalau Jihyo terus tertunduk dengan wajah yang murung.

Tiba-tiba Jihyo menangis kencang dan hal itu membuat Jungkook terkejut.

"Ada apa?" Tanya Jungkook begitu sudah menepikan mobilnya.

Tapi ketika mobil di hentikan, Jihyo malah berlari keluar dan Jungkook panik.

Jihyo terus berlari menelusuri taman dekat jalan  raya itu, Jihyo bahkan melompati pagar agar dia masuk kedalam taman itu dan menuju danau yang terdapat didalamnya. Untungnya Jungkook memarkirkan bahu jalan jadi kendaraannya tidak menghalangi mobil lain.

Jihyo berlari sambil menangis, dan Jungkook pun terus mengikutinya. Sampai di pinggir danau Jungkook langsung menarik Jihyo dan memutar tubuh mungil itu kedalam dekapannya.

"Huaa , ahjussi lepasin!!" Jihyo meronta didalam pelukan Jungkook.

"Kau kenapa? Kenapa menangis? Dan kenapa berlari? Hari ini jadwal mu les, jangan seperti ini."

"Gamau les, gamau pulang, gamau sekolah, mau jebur aja kedanau, huaaa." Jihyo tambah menangis

"Kenapa? Katakan padaku kenapa kau tidak mau semuanya?" Tanya Jungkook tak mengerti.

"Aku malu, ahjussi. Aku malu mau sekolah." Jihyo melepas pelukannya dan menatap Jungkook penuh dengan air mata.

Jungkook merasa iba, namun Jungkook sedikit terpukau dengan wajah Jihyo yang penuh dengan air mata. Ditambah cahaya matahari sore yang menyinari wajah gadis mungil itu membuat Jungkook sedikit tersadar bahwa Jihyo.. lumayan cantik dimatanya.

Jungkook menghapus air mata Jihyo menggunakan kedua tangannya. "Jangan menangis, kau tambah jelek."

"Yaak!" Jihyo menyingkirkan tangan Jungkook diwajahnya.

Jungkook sedikit tertawa, "kenapa kau menangis? Hm? Kau membuatku terkejut, lalu berlari ke tepi danau seperti ini? Ada apa? Apa yang membuatmu terganggu?"

Jihyo menunduk, lalu perlahan menceritakan kejadian memalukan yang ia alami disekolah tadi, tentang penolakan Hyunjin terhadap perasaannya. Sehingga Jihyo merasa ingin mengakhiri hidupnya saja karena menanggung malu.

Jungkook menarik dagu Jihyo agar menatapnya, "hidupmu terlalu pendek jika memikirkan hal itu. Jangan jadikan hal itu alasan untuk kau mengakhiri hidupmu. Ditolak atau gagal tidak apa. Itu wajar. Namun, kau harus menghadapinya dengan baik, jangan mati konyol. Masih banyak jalan yang harus kau hadapi daripada menangisi hal yang tidak penting." Ucap Jungkook.

"Jadi, aku harus bagaimana? Apa yang hyunjin pikirkan ketika ia melihatku nanti? Aku sangat malu. Aku tak bisa membayangkan jika nanti dia menatapku. Aku merasa ditelanjangi saking malunya."

Jungkook memutarkan bola matanya. "Kau hanya menyatakan perasaanmu, bukan menari erotis yang tidak jelas. Untuk apa malu berlebihan seperti itu? Wajar kalau kau punya perasaan padanya karna kau manusia."

"Intinya jangan dipikirkan. Anggap saja hal ini tidak pernah terjadi, dan jika kau bertemu dengan lelaki itu. Bersikap seperti biasa saja. Semua pikiran negatif itu berasal dari kepalamu sendiri."

"Jadi,ayo bangkit! Lupakan! Dan ingat kau adalah anak Presdir Park pengusaha textile terkenal di negeri ini." Lanjut Jungkook memberikan semangat.

Jihyo merasa terharu. Didalam hidupnya, ia tidak pernah diberikan nasihat, kata-kata hangat dan penyemangat seperti yang Jungkook berikan padanya barusan. Dan baru kali ini ia menatap wajah Jungkook dengan seksama. Tampan. Hal itu yang muncul di kepala Jihyo saat bertatapan dengan Ahjussi Tony yang ia kenal ini.

"Ahjussi, boleh aku memelukmu?" Tanya Jihyo.

Jungkook langsung melebarkan tangannya dan Jihyo memeluk Jungkook, menenggelamkan kepalanya di dada bidang Jungkook yang hangat. Entah kenapa, Jihyo merasa sangat nyaman didalam pelukan Jungkook.

"Terimakasih Ahjussi, Tony." Ucap Jihyo menatap Jungkook dari bawah tanpa melepaskan pelukannya

"Hmm, sebenarnya. Aku tidak nyaman ketika kau memanggilku Tony." Balas Jungkook. Dan Jihyo hanya menatapnya dengan ekspresi tanya.

"A-aku punya nama lahir. Namaku Jungkook. Orang-orang terdekat memanggilku itu. Alasan kenapa identitasku Kim Tony, karena aku mengubahnya." Jelas Jungkook.

"Kenapa mengubahnya? Kau tidak percaya diri dengan nama Jungkook? Menurutku nama Jungkook sangat bagus." Jawab Jihyo yang membuat hati Jungkook lumayan menghangat.

"Hmm, karna pekerjaan aku mengganti nama." Timpal Jungkook.

"Ahh." Jihyo mengerti lalu kembali memeluk Jungkook dengan erat.

"Panggil aku Jungkook. Ketika kita berdua saja. Aku senang jika kau memanggilku dengan nama itu." Usul Jungkook.

"Kenapa ketika berdua saja? Dan kenapa aku harus memanggilmu nama itu?" Tanya Jihyo didalam pelukan Jungkook.

"Karna aku bekerja untukmu. Otomatis kita akan selalu bersama. Aku ingin orang terdekat yang memanggilku dengan nama itu dan kau akan menjadi salah satu orang terdekat itu, Jihyo."

"Baiklah, Jungkook." Jawab Jihyo enteng dan semakin mengeratkan pelukannya karena badan Jungkook sangat hangat untuknya. Dan Jungkook mengulum senyumnya karena Jihyo memanggil dirinya dengan nama aslinya.





**




(Bingung, langsung tumpah ide gue wkwk. Aneh banget kebiasaan.)😭😭😭

cupcakes [Full, Pindah Ke Cupcakes 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang