Jihyo tersenyum melihat benda itu. Benda yang habis digunakannya menunjukkan dua bergaris biru yang tandanya kalau dirinya kini telah memiliki janin didalam rahimnya. Jihyo ingin sekali cepat bertemu dengan suami-nya Jungkook.Dering ponsel membuat Jihyo menoleh dan tersenyum lagi karena melihat siapa yang menghubunginya. Tentu saja orang yang baru saja mampir dipikirannya.
"Halo, sayang." Sapa Jihyo.
"Jihyo, malam ini kita makan diluar saja." Ucap disebrang.
"Hmm.. oke. Tapi, kenapa?" Tanya Jihyo sambil melihat kearah dapur, dimana belanjaan kebutuhan pokok baru saja ia beli tadi siang.
"Datang saja. Di restaurant bintang. Ada yang ingin aku bicarakan." Ucap Jungkook dengan nada dinginnya.
"Aku juga, ada yang ingin kusampaikan padamu." Balas Jihyo sambil tersenyum, mengabaikan suara dingin Jungkook.
Sambungan langsung dimatikan pihak sebrang, namun Jihyo masih berpikir positif. Ia langsung pergi ke kamarnya, guna bersiap dan memilah baju yang layak untuk dirinya nanti malam, seperti baru pertama kali kencan saja, padahal pernikahan mereka sudah jalan satu tahun lebih.
**
Jihyo memakai dress selutut dengan beralas sandal dengan hak yang pendek, lalu tas selempang tak lupa ia sampirkan dibahunya. Kali ini Jihyo berdandan feminim, ia memilih outfit ini untuk membuat Jungkook terpesona olehnya. Jihyo mantap melangkahkan kakinya masuk ke restaurant yang sudah dijanjikan oleh suaminya.
Setelah melihat kesana kemari, akhirnya Jihyo melihat Jungkook yang sedang duduk sendiri. Senyum Jihyo mengembang ketika melihat suaminya yang tampan itu, dengan segera ia menghampiri Jungkook.
"Sudah lama?" Tanya Jihyo membuyarkan lamunan Jungkook.
Jungkook tersadar hendak berdiri, hanya sekedar ingin membantu Jihyo duduk. Namun Jihyo tersenyum yang langsung Jungkook tangkap artiannya kalau dia bisa sendiri. Hah, Jungkook benci itu.
"Aku sudah memesan makanan." Ucap Jungkook.
Jihyo tersenyum sambil mengelus punggung tangan suaminya ini.
Tak lama makanan datang.
"Kita bicarakan setelah makan." Ucap Jungkook
**
Bagai disambar petir, sekujur tubuh Jihyo menegang ketika Jungkook menyerahkan map biru itu. Map yang berisi permintaan surat cerai dari Jungkook.
"Mari kita akhiri semua ini, Jihyo-ya." Ucap Jungkook.
"A-apa maksudmu?" Tanya Jihyo tak percaya.
"Maafkan aku. Tapi aku ingin semuanya berakhir."
"Kenapa?" Air bah yang siap Jihyo tumpahkan dari matanya tak bisa menampung lagi.
"Aku.. tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Kau terlalu sempurna dan aku tidak suka itu." Alasan Jungkook yang tentu saja membuat Jihyo belum puas atas jawabannya.
"Apa ada wanita lain?" Tanya Jihyo bergetar.
"Mungkin.." jawab Jungkook setengah berpikir.
Hati Jihyo benar-benar patah. Kenapa ia tidak menyadari satu bulan belakangan ini memang Jungkook terlihat tidak seperhatian dulu, selalu pulang telat dan bicara seadanya. Jihyo terlalu positif thinking. Ia pikir Jungkook hanya kelelahan karena pekerjaannya, namun semua itu tidak benar bahwa sebenarnya Jungkook lelah padanya. Dan Jihyo tidak menyadari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
cupcakes [Full, Pindah Ke Cupcakes 2]
Hayran KurguKepenuhan, jdi pindah ke cupcakes 2 ;)