Intan?

1K 86 4
                                    

"selamat pagi anak-anak.. jadi hari ini kalian kedatangan teman baru. Perkenalkan diri kamu."

Aku masih melihat perempuan itu dengan seksama. Kenapa dia bisa pindah ke sekolah ini? Semua pertanyaan terlintas di pikiranku.

"Hai.. nama gue Intan Putri. Gue harap kita bisa berteman baik."

Senyuman tipis terpancar di wajahnya.

"Baiklah. Kamu bisa duduk di belakang Arabella."

Pak Harto menunjuk bangku kosong yang ada di belakangku.

Dia berjalan menuju kearah ku. Ketika melihat ku dia tersenyum dan melambaikan tangannya kepadaku.

"Lo kenal dia?"

Caca bertanya dengan suara yang pelan. Dan aku hanya menaikkan kedua bahuku. Aku tidak tau harus berkata apa. Aku hanya menebak jika dia pindah kesini karena ada Zafarel. Dan Zafarel akan senang pastinya.

---

Akhirnya jam pelajaran sudah berkahir. Saatnya istirahat. Tetapi aku masih mengerjakan satu soal matematika kesukaan ku. Aku sama sekali tidak ingin beranjak dari tempat dudukku ini.

"Ra.. kita kantin yok!"

Aku melirik Yuni sekilas dan menggelengkan kepalaku.

"Tanggung. Satu soal lagi."

Setelah mengatakan itu aku kembali mengerjakan soal ini.

"Yaudah kami tunggu."

Aku hanya menganggukkan kepalaku tanpa melihat kepada Yuni.

Tetapi tidak lama kemudian seseorang yang aku kenali masuk ke dalam kelas dan berjalan melewatiku. Lebih tepatnya dia berjalan ke arah Intan.

Aku menghela nafas panjang. Berusaha untuk mengalihkan perhatianku.

"Akhirnya... Lo pindah juga kesini Tan.."

"Lo senang kan?"

"Pastilah! Gue kan bisa jadi sering lihat Lo!"

Aku menghentikan tulisanku. Mendengar perkataan Zafarel membuatku sedikit memanas. Dan juga mendengar tawa mereka semakin membakar amarahku.

Dengan cepat aku menutup buku tulisku dan melihat kedua sahabatku yang juga melihat kearah ku.

"Keluar yuk!"

Mendengar ajakanku mereka dengan sigap langsung berdiri. Kami bertiga meninggalkan kelas dan pergi menuju kantin. Aku sangat tidak tahan mendengar percakapan antara Intan dan Zafarel. Lebih baik aku pergi dari situ daripada mendengar semua ucapan manis Zafarel.

Dan untungnya kantin disini sedikit sepi. Kami bisa dengan mudah mendapatkan bangku dan langsung duduk di situ.

"Mau makan apa?"

Caca bertanya dengan sangat hati-hati. Dia pasti tau gimana perasaanku sekarang.

"Lagi gak selera makan. Kalian aja yang pesan."

Dapat ku lihat mereka saling tatap sebentar. Dan detik kemudian Yuni bangkit dan duduk di sebelahku. Dia tadinya duduk di sebelah Caca yang berada di hadapanku.

"Jadi dia yang disukai sama Zafarel?"

Aku menganggukkan kepalaku.

"Masih cantikan Lo kok Ra.. tenang aja. Gue rasa kalau Lo sering jalan atau dekat sama dia, dia akan jatuh sama Lo."

Aku menatap kearah Caca yang tersenyum menenangkan ku.

"Hanya satu yang harus Lo lakuin Ra.. kejar terosssss jangan sampai lepas.."

Aku tertawa mendengar perkataan Caca. Mereka sangat bisa mengubah moodku.

Tetapi yang Caca bilang memang benar. Aku hanya perlu mendekat kepada Zafarel. Semakin aku mendekatinya dia pasti akan membuka hatinya untukku. Aku sangat yakin hal itu.

💌💌💌

"Ara.. pulang bareng yuk!"

Aku menoleh kebelakang dan mendapati Intan tersenyum kepadaku.

"Lain kali aja deh Tan.. lagian rumah kita enggak searah kan?" Aku menolak secara halus ajakannya.

"Yaudah deh kalau gitu.. kita jalan keluar bareng ya?"

Aku hanya tersenyum dan berjalan beriringan dengannya. Caca dan Yuni sudah pergi duluan dikarenakan mereka berdua ingin mengumpulkan tugas yang belum mereka kumpulkan.

Karena mereka berusaha harus pergi, alhasil aku sekarang berjalan berdua dengan musuhku ini.

"Lo pulang naik apa Ra?"

Aku yang tadinya diam menikmati angin yang menerpa, seketika menoleh kepada Intan. Aku tau jika dia memulai percakapan diantara kami dengan sedikit basa-basi.

"Dijemput. Lo kenapa pindah ke sini?"
Dia tersenyum mendengar pertanyaanku.

"Oh.. itu gue cuman mau suasana baru aja. Lagian.. semenjak mama gue nikah lagi, gue jadi lebih bebas memilih apa yang gue mau. Papa tiri gue sangattt pengertian. Gue beruntung banget punya dia sekarang. Gue enggak bisa bayangin betapa beruntungnya anak papa."

Dia tersenyum menceritakan semua itu. Aku tidak bisa membayangi berapa beruntungnya dirinya memiliki sosok seorang ayah yang bisa dia banggakan.

Aku tersenyum miris. Bahkan aku sangat malu untuk mengakuinya sebagai seorang ayah. Intan memang sangat beruntung. Memiliki ayah yang mencintainya dan juga Zafarel.

"Lo pulang naik apa?" Aku langsung mengalihkan pembicaraan.

"Gue dijemput juga sih."

"Mana jemputan Lo?"

"Itu!"

Intan menunjuk salah satu mobil berwarna merah yang tidak terlalu jauh dari kami.

"Yaudah kalau gitu. Lo duluan aja." Aku tersenyum kepadanya.

"Yaudah.. sampai jumpa besok ya Ra.." dia berjalan mendahuluiku dan melambaikan tangannya. Aku hanya tersenyum membalasnya.

Setelah Intan pergi, aku melihat sekeliling dan belum melihat mobil jemputan ku. Aku sangat yakin jika pak Harto sedang tidur di rumah. Dia memang selalu seperti itu.

Aku langsung mengeluarkan handphone ku untuk menghubunginya. Tetapi belum sempat aku membuka handphone, seseorang datang dengan motornya.

Pria itu berhenti tepat di depanku. Dia menghentikan motornya dan membuka helmnya.

Bahkan tanpa harus membuka helmnya aku sangat tau jika dia adalah Zafarel.

---

Hai-hai teman-teman.. udah pada nungguin kan??

Gimana part kali ini? Udah mulai nge feel kan??

Jadi jangan lupa untuk kasih bintang, komentar, dan juga tambahin AbZa ke reading list kalian yaa...

Serta jangan lupa pollow author.. oke.??

See you..

Medan, 29 Januari

ABZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang