"Arabella?"
" Iya itu Nama gue." Aku menatap seseorang yang berada di depanku. Tersenyum menatap pria yang selalu aku harapkan.
"Lo kenapa?" Dia menaikan satu alisnya. Menatap bingung tangan yang aku ulurkan kepadanya.
"Lo gak mau nyalam gue? Atau bisa dibilang kenalan?"
Aku tersenyum. Akhirnya aku bisa menyentuh tangannya. Tangan seseorang yang selalu aku perhatikan. Tangan yang sangat aku harapkan untuk menggandeng tanganku dan menghapus air mataku.
Tapi untuk saat ini, walaupun dia hanya menjabat tanganku aku sungguh bahagia.
"Udah Kan? Kalo gitu permisi." Dia berjalan menjauhiku.
"Tunggu!" Aku kembali tersenyum. Dia berhenti dan menoleh ke arahku.
"Apa lagi?"
"Nama lo?" Ya aku tidak akan membiarkannya pergi begitu saja tanpa dia memberitahukan namanya terlebih dahulu.
"Zafarel" Dia kembali berjalan setelah mengucapkan satu kata itu.
Satu kata yang bahkan membuatku untuk terdiam. Namanya.. akhirnya aku tau siapa nama pria itu. Aku tersenyum menatap kepergiannya.
"Pergilah Zaf dan akan aku pastikan kamu akan kembali menoleh ke arahku. Aku akan berusaha supaya kamu.. kamu akan menoleh kearah ku."
---
"Sumpah lo gila." Aku menatap jengah dua perempuan yang ada di depanku ini. Dan sayangnya mereka adalah sahabatku.
"Apanya yang gila sih. Gue hanya ngajak dia kenalan. Dan itu wajar menurut gue." Yap aku menceritakan apa yang aku lakukan kepada Zafarel. Kedua sahabatku ini memenang sudah mengetahui jika aku menyukai seorang Zafarel.
"Udah lah Ca Lagian Ara kan cuman kenalan. Kita itu harus berjuang kan untuk mendapatkan apa yang kita mau. Ya mungkin ini bentuk perjuangan yang dilakukan sama Ara. Udah lo tenang aja.. gue dukung elo kok." Aku terenyuh mendengar perkataan dari Yuni.
Memang sahabatku yang satu ini tidak akan aku ragukan lagi. Yuni selalu mendukung apa yang akan aku lakukan. Sedangkan Caca dia akan terus menceramahi ku. Aku tau dia melakukannya untuk kebaikanku. Tapi kadang aku tidak menyukai sikapnya itu.
"Lo memang sahabat gue." Aku memeluk Yuni erat.
"CK.. ya udah deh terserah sama lo aja. Tapi nih ya gue saranin lo jangan terlalu mengharapkan dia. Jangan pernah buang air mata lo nantinya karena dia. Gue enggak mau lihat sahabat gue meneteskan air matanya untuk orang kaya gitu. Lo harus inget itu!"
Aku menganggukkan kepalaku mantap. Menatap bangga kedua sahabatku ini. Kadang aku berpikir, bagaimana aku bisa mendapatkan sahabat yang begitu baik seperti mereka.
---
Aku menatap seseorang yang sedang bermain basket di depanku ini. Pria itu hanya asik dengan bola basket yang ada ditangannya. Tidak lupa dengan buku gambar kecil dan pencil yang aku pegang saat ini.
Aku melihat gambar yang aku buat di buku tersebut. Tersenyum melihat hasil yang aku buat. Persis seperti yang sedang pria itu lakukan di tengah lapangan basket.
Bahkan pria itu sama sekali enggak menyadari keberadaan ku. Dia.. pria itu hanya asik dengan dunianya sendiri tanpa sadar aku sedang memperhatikannya. Memperhatikan setiap gerak yang dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABZA [END]
Teen FictionArabella menatap Zafarel.. menatap teduhnya pria itu saat dia tertidur. Arabella selalu berharap dia bisa masuk kedalam mimpi pria tersebut. Dia menyentuh hidung mancung Zafarel. Mendekatkan bibirnya ke telinga Zafarel dan membisikan kalimat yang s...