makan

1K 94 11
                                    


"Ara kamu ajak Iqbal?" Tanya bunda kepadaku.

Iqbal yang berada di sampingku sedikit segan ketika bunda melihatnya seperti itu.

"Maaf Bun.. Iqbal cum--"

"Kalau Iqbal gak boleh ikut, Ara juga gak ikut." Aku menatap bunda tegas. Aku sangat butuh Iqbal untuk berada di sampingku.

"Ya sudah terserah kamu. Ayok kita berangkat."

"Ara perginya sama Iqbal. Kami akan ngikutin bunda dari belakang."

Bunda hanya menghela napas panjang dan masuk ke dalam mobil. Sedangkan aku naik ke motor Iqbal.

---

Akhirnya kami sampai di rumah ini. Rumah yang sangat besar. Kami memasuki rumah ini. Dapat ku lihat motor Zafarel terparkir di teras rumah.

"Ayo sayang."

Aku menghela napas panjang. Aku sama sekali. Belum siap untuk masuk ke dalam rumah ini.

"Lo bisa Ra. Ada gue di sini." Bisikan itu membuatku sedikit berani. Aku langsung tersenyum dan menggenggam tangan Iqbal erat.

Aku dan Iqbal berjalan di belakang bunda. Aku dapat melihat keluarga itu sudah menunggu kami di meja makan. Keluarga yang sangat harmonis.

"Kalian sudah datang."

"Iya mas."

"Ara.. kenalin ini Tante Silvi. Dan ini Intan, saudara kamu sekarang."

Aku hanya tersenyum ketika ayah mengenalkan keluarganya kepadaku. Dan dapat ku lihat Intan sangat terkejut melihat kehadiranku di sini. Dan juga Zafarel.

"Dan satu lagi, jagoan kecil kita. Farhan namanya." Ucap ayah dan menggendong anak laki-laki berusia tiga tahun itu. Anak itu sangat mirip seperti ayah.

"Kalian pasti sudah lapar. Ayo kita duduk." Ucap ayah.

Kami semua menyantap makanan dengan hikmat. Tidak ada satu orangpun yang mengeluarkan suaranya ketika sedang makan. 

Tapi aku dapat melihat Zafarel dan Intan yang menatapku, masih belum percaya. Dan aku hanya mengabaikan tatapan mereka.

Setelah selesai makan, keadaan masih sangat canggung. Aku masih diam tanpa minat sedikitpun. Hingga perkataan ayah memenuhi ruangan.

"Gimana kalau nak Iqbal dan Zafarel tunggu di ruang tamu sebentar. Ada yang mau om bicarain soalnya."

Aku langsung menoleh menatap Iqbal dan beralih menatap ke arah Ayah.

"Iqbal tetap di sini. Lagian dia juga udah tau semuanya kok. Jadi enggak masalah."

"Ya udah kalau dia sudah tau semuanya. Kalau gitu dia temanin Zafarel aja di ruang tamu." Aku menghela napas panjang mendengar perkataan itu.

"Dia eng--"

"Gak papa kok Ra. Gue nemenin Zafarel di ruang tamu. Lo bisa kok tanpa gue. Tenang, oke?"

Perkataan lembut dan senyuman menenangkan itu membuatku terdiam. Aku tidak bisa berkata lagi. Setelah itu, Zafarel dan Iqbal berjalan menjauh dari ruangan ini.

"Intan, kamu kenapa terlihat terkejut gitu? Udah kenal sama Ara?" Ayah bertanya kepada Intan. Sedangkan aku hanya memutarkan kedua bola mataku. Malas mendengar basa-basi yang murahan ini.

"Iya. Intan udah kenal sama Ara. Dia teman sekelas Intan, yah."

Aku tersentak mendengar kata terakhir yang di ucapkan oleh Intan. Seharusnya aku sudah bisa menerima semua ini. Bagaimanapun juga dia sekarang ayah Intan juga. Tapi mendengarnya langsung dari mulut Intan, masih membuat hatiku sakit. Aku sama sekali tidak mau berbagi ayah dengan orang lain.

"Oh ya? Ara kok enggak pernah cerita?"

Aku hanya diam menanggapi perkataan ayah. Tidak berniat sama sekali menjawab pertanyaan bodoh itu.

"Ara!" Aku menoleh ketika Bunda menegurku. Tapi aku masih tetap tidak menanggapi pertanyaan itu.

"Gue seneng banget kalau lo jadi saudara gue Ra. Kapan-kapan kita jalan bareng ya?"

"Lo sesenang itu ya? Tapi gue sama sekali enggak tertarik jalan-jalan sama lo." Ucapku tajam.

"Arabella!"

"Gak papa Mas.. wajar kok Ara bersikap seperti itu."

Aku tersenyum miring mendengar perkataan mama Intan.

"Wah.. seharusnya Tante ngasih kamu hadiah ya. Kan kamu baru pertama kali datang ke sini. Nanti Tante kasih kamu hadiah yang kamu suka. Kamu mau hadiah apa dari Tante?"

"Beneran?"

"Iya sayang. Bilang aja kamu mau apa?"

Aku menatap dalam mama Intan.

"Balikkan ayah ke bunda."

---

Hai-hai.. i'm backk.. gimana part kali ini guys??

Jangan lupa untuk kasih bintang komentar dan juga tambahin AbZa ke reading list kalian yaa..

Medan, 8 Mei 2020

ABZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang