Nasihat

1.1K 92 6
                                    

Aku kembali mengingat kejadian tadi. Dan itu membuatku semakin bimbang dengan perasaan ku. Aku berusaha untuk menjauh dari Zafarel. Tetapi sekarang, dia malah semakin mendekat kepadaku.

"Nih." Aku menoleh dan tersenyum. Dengan cepat aku mengambil minuman yang diberikan oleh Iqbal.

"Thanks." Ucapku singkat. Aku pun membuka tutup botol itu dan meminumnya dengan perlahan.

"Kenapa lagi?" Iqbal menatapku dengan pandangan cemasnya.

Aku tersenyum kepadanya.

"Kelihatan banget ya, kalau gue banyak masalah?" Dia tertawa mendengar perkataanku.

"Bukan gitu.. feeling gue aja."

"Satu kelas udah tau kalau gue dan Intan saudaraan. Dan mungkin udah tersebar sampai satu sekolah." Aku menatap ke arah danau dan tersenyum kecut. Mengingat kejadian tadi membuat ku sangat hancur.

"Gak usah perduli dengan pendapat dan pandangan orang lain Ra. Lo terlalu berharga untuk dinilai sama orang lain. Gue tau lo kuat. Dan Lo pasti bisa menghadapi semua itu. Karena Arabella yang gue kenal itu, selalu ceria dan enggak pernah dengerin perkataan orang lain."

Iqbal mengelus puncak kepalaku dengan lembut. Perlakuannya itu membuatku menjadi sedikit nyaman berada di sampingnya.

"Dan satu lagi, Zafarel tadi ada di samping gue." Aku menatap mata Iqbal dalam. Dan seketika, tangganya berhenti mengelus rambutku. Dia menurunkan tangannya dan menghela napas panjang.

"Lo bahagia?"

"Entahlah. Gue juga gak tau harus bahagia atau gimana. Tapi perlakuannya tadi, membuat gue berpikir kalau dia mulai mendekat sama gue. Itu bagus Bal.."

"Bagus apanya?"

"Kalau dia semakin dekat sama gue, dan lama kelamaan dia akan suka sama gue. Itu sama aja akan menghancurkan Intan. Dia akan melihat sahabat sekaligus orang yang ia sukai menjauh darinya. Akan gue pastiin dia ngerasain apa yang gue rasain." Aku menggenggam erat tangan ku.

"Lo berubah." Aku menoleh ke arah Iqbal yang menatapku dengan pandangan yang sulit ku artikan.

"Lo bukan Ara yang gue kenal. Lo banyak berubah Ra." Aku terdiam mendengar perkataannya.

Iqbal berdiri dari duduknya dan pergi berjalan meninggalkanku. Melihat hal itu, aku langsung berdiri dan mengejar Iqbal.

"Gue gak berubah Bal. Gue hanya ngelakuin apa yang harus gue lakuin. Lo gak tau rasanya jadi gue. Lo gak tau gimana sakitnya melihat ayah lo sendiri, bahagia dengan keluarga barunya. Lo gak akan pernah tau rasanya."

Aku berteriak dan menghentikan langkah Iqbal. Dia berbalik arah menghadap ku.

"Kalau gitu ajarin gue Ra.. ajarin gue gimana rasanya. Gue juga mau ngerasain apa yang lo rasain. Tapi lo menutup diri dan enggak pernah biarin gue masuk ke dalam rasa sakit itu. Gue juga mau ngerasain rasa sakit yang selama ini menyiksa Lo. Tapi lo enggak bisa membukanya untuk gue."

Aku terdiam mendengar semua perkataan Iqbal. Dia berjalan mendekatiku. Setelah dia sudah berada di depanku, dia menatapku dengan amarah. Aku dapat merasakan itu.

"Lo terlalu memikirkan gimana supaya Intan merasa apa yang lo rasain. Lo gak tau juga kan gimana jadi Intan? Dia mungkin lebih tersiksa dengan semua ini. Setidaknya Lo punya banyak teman yang akan dengerin semua perkataan Lo. Tapi dia? Lo hanya akan menyakiti diri Lo sendiri Ra. Buang semua dendam Lo itu. Gak ada yang bisa merubahnya. Gak ada yang bisa ngerubah ayah Lo untuk enggak nikahin Mama Intan. Lo sama sekali enggak bisa mengubah itu. Dan kalaupun ayah lo kembali dengan Lo dan bunda, apa ada jaminan kalau semuanya akan kembali seperti semula? Enggak kan?"

Aku meneteskan air mataku. Semua perkataan Iqbal benar. Aku enggak bisa merubah apapun. Iqbal menghela napas panjang dan menghapus air mataku.

"Gue berkata seperti ini bukan karena gue marah Ra. Gue cuma mau lo sadar. Gak ada yang harus lo salahin dengan semua ini. Dan lo juga gak bisa menyalahkan siapapun. Semuanya sudah terjadi. Biarkan semuanya mengalir. Lo tenangin diri lo dulu. Kalau udah tenang, kita pulang. Gue tunggu di motor gue ya."

Aku hanya diam. Tidak mau membuka suaraku.

"Lo bisa teriak sekencang yang Lo mau Ra. Gak ada orang kok disini. Hanya kita."

---

Hei yooo.. sebelum aku mau ngucapin selamat idul Fitri 1441 hijriah gess.. mohon maaf lahir dan batin yaa..

Gimana part kali ini? Yakin masih ngeshipin Zafarel Arabella?? Wkwkwk

Aku tidak menggoyahkan kapal kalian kan yak??

Jangan lupa untuk kasih bintang komentar dan juga tambahin AbZa ke reading list kalian..

Byeee.. lope u..

Medan, 26 Mei 2020

ABZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang