Pergi

1.5K 88 1
                                    

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Aku hari ini sedikit datang terlambat. Tidak seperti biasanya. Sudah banyak murid yang datang dan berlalu lalang di sini.

Tapi kali ini aku merasa pandangan mereka tertuju kepadaku. Aku tidak tau kenapa. Tapi mereka seperti bahagia.

Aku sedikit tidak memperdulikan itu. Aku kembali berjalan menuju kelas.

Sesampainya di kelas. Sama seperti tadi. Mereka semua menatapku. Aku tidak tau kenapa seperti itu. Aku berjalan menuju kursi ku. Pandanganku teralih ke arah kedua sahabat ku. Tetapi mereka hanya menatapku dan tidak berkata apapun.

Aku menoleh ke belakang dan baru menyadari Intan masih belum juga hadir. Aku tidak tau kenapa. Perasaan kemarin tidak terjadi apapun. Atau mungkin dia hanya datang terlambat.

Aku mencoba untuk tidak memikirkan semua itu. Aku mengeluarkan handphone ku dan memainkan nya. Tetapi pandangan ku beralih ketika Rara dan beberapa temannya menuju meja ku.

Aku yang melihat itu langsung menyimpan handphone ku dan menatapnya.

"Selamat ya Ara. Akhirnya Lo bisa hidup tenang." Aku mengernyitkan dahi ku. Tidak mengerti maksud dari perkataannya itu.

"Gue gak ngerti. Maksud Lo apaan?"

"Lo belum di kabari? Pantesan. Gue pikir Lo datang ke sini karena lo bahagia atas kemenangan Lo." Dia tersenyum sinis kepadaku.

Aku yang tidak tahan lagi dengan perkataannya langsung berdiri dan menatapnya tajam.

"Lo kalo ngomong tuh langsung to the point aja. Ada apa? Waktu gue terbuang sia-sia dengerin omongan bodoh Lo itu!" Ucap ku kepadanya.

"Oke. Sekali lagi gue ucapin selamat untuk Lo. Sekarang Lo bisa tinggal dengan keluarga utuh Lo lagi. Kan mama Intan udah mati."

Bola mataku langsung membesar mendengar perkataannya. Aku masih berusaha untuk mencerna semuanya.

"Maksud Lo.. mama Intan meninggal?"

"Hm.. sekarang lo bi--"

Aku langsung mengambil tas ku dan keluar dari kelas. Dapat aku dengar beberapa teman ku memanggil namaku. Tapi aku sama sekali tidak perduli akan hal itu.

Untuk saat ini tujuan ku hanya satu. Ke rumah Intan. Aku tidak perduli dengan pandangan murid-murid lainnya yang menatapku terkejut karena aku berlari keluar dari sekolah.

"Ara!"

Langkah ku berhenti ketika aku melihat Zafarel yang sudah berada di motornya memanggil ku. Aku pun langsung berlari menujunya.

"Lo mau ke rumah Intan kan? Gue juga. Ayo kita sama aja."

Aku dengan cepat langsung menganggukkan kepalaku dan langsung naik ke jok motor Zafarel.

Detik berikutnya Zafarel langsung menjalankan motonya. Dia mengebut. Aku tau jika dia pasti khawatir dengan keadaan Intan sekarang. Begitu pula dengan ku.

Sekarang aku baru menyadarinya. Ternyata maksud dari perkataan Ayah dan mama Intan kemarin adalah ini.

---

Aku tidak dapat mengatakan apapun. Semuanya terasa sangat nyata di hadapan ku. Intan yang sedang menangis dan juga ayah. Ada mama Intan di sana. Tetapi terbujur kaku ditutupi oleh kain putih.

Aku tidak tau harus berkata apa. Perlahan tapi pasti aku berjalan mendekat ke arah mereka. Aku memegang pundak Intan dari belakang. Setelah dia menoleh, dia langsung memeluk ku.

Pelukan itu langsung membuat air mataku jatuh. Aku tidak tau kenapa. Tetapi melihat mama Intan seperti itu membuat ku dapat merasakan apa yang Intan rasakan.

Aku dapat merasakan nya sekarang. Kehilangan seseorang yang berharga bagi kita.

Aku tidak tau harus senang atau tidak. Semuanya berjalan sesuai kemauan ku. Ayah dan Bunda dapat kembali bersatu. Ini yang aku impikan sejak lama.

Tetapi entah kenapa rasanya kosong. Aku tidak merasakan kesenangan itu lagi. Aku tidak mau melihat ada yang pergi hanya untuk melihat kedua orang tua ku kembali.

Intan menangis di dalam pelukan ku. Dia menangis sekencang-kencangnya.

"Mama Ra.. mama gue udah gak ada lagi.."

---

Jangan lupa untuk kasih bintang komentar dan juga tambahin AbZa ke reading list kalian ya..

Medan, 7 September 2020

ABZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang