Dingin

1.2K 87 1
                                    

Aku menatap ke pada Zafarel yang hanya diam tanpa berkata apa-apa. Sudah lima menit dia duduk dan hanya diam.

Aku menghela napas panjang. Tidak mengerti maksud dan tujuan Zafarel ingin bertemu denganku.

"Lo mau bicarain apa?" Tanyaku to the point.

"Gue mau minta maaf."

Aku tersenyum miring mendengar perkataan Zafarel.

"Gampang banget lo bilang itu."

"Ara.. gu--"

"Jika Intan lo itu di gangguin sama yang lain, lo akan nuduh gue kan? Seakan-akan gue yang buat Intan lo itu di gangguin. Udah lah Zaf, simpan kata maaf lo itu. Gue enggak perlu." Ucapku tegas kepadanya.

"Bukan gitu maksud gue Ra. Gue tau gue salah. Tadi gue terlalu kesal dengan teman-teman lo."

"Dan Lo malah nyalahin gue? Lucu ya Lo!"

"Ra.. gue gak mau Intan kenapa-napa."

Aku terdiam mendengar perkataan singkat Zafarel. Dia takut Intan kenapa-napa. Ucapan dia membuat hatiku sakit. Tapi aku berusaha untuk tidak menampakkan hal itu.

"Dia berharga banget ya buat Lo?" Aku menatap Zafarel dengan seksama.

"iya.. dia perempuan kedua yang harus gue lindungi selain Nyokap gue."

Sekali lagi, sekali lagi aku merasa kehilangan semua harapanku dengannya. Perkataan singkatnya mampu membuatku terdiam. Aku tidak tau jika sesakit ini mendengar perkataan itu keluar dari mulutnya.

Aku sangat ingin meneteskan air mataku sekarang. Tapi aku tidak bisa. Aku takut akan dianggap murahan olehnya. Tapi kenapa, kenapa harus Intan? Kenapa dia yang menjadi orang itu? Dia terlalu banyak ikut campur dalam kehidupanku.

Ibunya bisa membuat keluarga ku hancur. Dan sekarang, dia akan mengambil orang yang aku sukai. Aku sama sekali tidak habis pikir. Kenapa ibu dan anak itu, mampu membuat orang menjadi hancur.

"Ra.. Ara?" Zafarel menatap ke arah ku cemas.

Seketika aku sadar akan lamunanku. Aku kembali menatap ke arahnya dan memberikan senyuman tipis ku.

"Gue gak papa Zaf. Masalah tadi, gak usah Lo pikirin. Gue juga udah lupain.  Lo cuman mau bilang itu aja kan? Kalau gitu gue duluan." Ucapku dan langsung berdiri.

"Lo.. marah?" Pertanyaan Zafarel seketika membuat ku berhenti.

"Maksud lo? Gue gak ngerti."

"Lo marah karena gue bilang Intan..."

"Kalau lo tau kenapa lo masih bahas dia? Zaf.. lo tau kan perasaan gue ke lo itu gimana? Tapi lo masih bisa bicarain perempuan yang lo suka di depan gue?"

Zafarel hanya diam memandangku. Dia tidak bisa berkata apa-apa.

"Kalau lo enggak bisa balas perasan gue, gak papa Zaf. Gue gak masalah. Tapi gue mohon, jangan bahas orang yang lo sukai di depan gue. Gue sedikit sakit mendengar semua itu."

Setelah mengatakan semua itu, aku langsung keluar dari cafe tersebut. Setelah keluar dari cafe, aku langsung menghirup udara segar sebanyak-banyaknya. Berada di samping Zafarel membuatku sesak napas.

Tetapi setelah menyadari sesuatu, aku langsung terdiam. Aku sangat bodoh. Kenapa bisa aku lupa kalau taksi tidak lewat di sini. Bukan, sebenarnya lewat tetapi itu sangat jarang. Dan juga angkutan umum. Aku langsung memukul kepalaku.

"Bodoh banget sih lo Ra!" Ucapku kepada diriku.

Dengan segera, aku mengambil handphone ku. Berniat ingin menghubungi pak Harto. Tetapi niatku tidak terlaksana ketika Zafarel menawarkan tumpangan kepadaku.

"Gue antar pulang ya Ra." Tawarnya kepadaku.

"Gak usah. Gue bisa pulang sendiri." Ucapku dan menolak tawarannya.

"Udah malam Ra.. gue gak mungkin biarin lo pulang sendiri. Nanti lo kenapa-napa."

Aku tersenyum sinis kepadanya. Semua yang dia katakan adalah omong kosong.

"Lo khawatir sama gue?"

"Iya gue khawatir sama lo. Kalau nan--"

"Gue bukan perempuan yang harus lo lindungi setelah nyokap lo kan?" Tanyaku sarkasme.

"Lo kenapa bahas ini sih? Gak ada hubungannya juga. Ayok gue antar pulang!"

Dia menarik tanganku dan membawaku menuju parkiran.

Setelah sampai di samping motornya, dia bahkan memakaikan ku helm.

"Lo aja yang pakai helmnya. Gue gak usah." Tolak ku dan kembali kembali melepaskan helmnya.

"Gak usah. Lo aja. Nanti lo kedinginan."

Aku mengernyitkan dahi ku. Apa hubungannya dengan helm?

Tapi beberapa detik kemudian, dia melepaskan jaketnya dan meletakkannya di atas motornya. Dia juga kembali memasangkan helm kepadaku. Setelah sudah memasangkan helm, Zafarel memberikan jaketnya kepadaku.

"Biar lo gak kedinginan"

---

Hei Yo.. i'm back.. yeahh

Jangan lupa untuk kasih bintang komentar dan juga tambahin AbZa ke reading list kalian yaa..

See you..

Medan, 24 April 2020

ABZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang