---Aku menatap jam tangan yang berada di pergelangan tangan ku. Jam itu menunjukkan pukul 06:00. Untuk pertama kalinya aku pergi ke sekolah sepagi ini. Aku menatap keadaan sekitar, sangat sepi.
Aku berpikir untuk tidak menuju ke kelas, karena kami satu kelas percaya jika ada seorang wanita yang menetap di kelas kami itu.
Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu di lapang basket. Aku akan menggambar sesuatu yang menarik di sana.
Aku segera mengeluarkan buku yang selalu aku bawa. Mengeluarkan pencil yang bisa membuatku menggambar apapun.
Pagi ini aku akan menggambar awan yang masih fresh dan pepohonan yang rindang itu. Aku tidak tau jika dua alat yang aku pegang itu sangat bisa membuatku melupakan masalah yang ada didalam keluargaku.
Tanpa sadar air mataku jatuh ke atas kertas gambarku. Kenangan yang masih begitu lekat, kenangan indah yang tidak akan pernah aku dapatkan lagi. Aku tidak tau jika perpisahan dapat membuat seseorang hancur.
Seorang ayah yang seharusnya melindungi ku dan menjagaku, pria dengan sebutan ayah itulah yang malah membuatku tidak percaya akan adanya kata happy ending.
Tanpa aku sadari gambaranku sudah tidak dapat aku lanjutkan. Kertas yang baru saja aku buat garisnya sudah basah.
Aku segera menghapus air mataku dan merobek kertas tersebut dan meremasnya menjadi bulatan. Aku hanya meletakkannya di bawah tempat dudukku.
"Fokus Ara.. fokus." Aku kembali melanjutkan gambaranku. Kali ini aku membuatnya dengan sangat sempurna.
"Lo ngapain disini?"
Aku langsung menoleh melihat seseorang yang berdiri di depanku.
"Lo bikin gue terkejut." Aku mengelus dadaku untuk menormalkan detakan jantungku. Aku memang sangat mudah untuk terkejut.
Zafarel tidak menjawab pertanyaan ku. Dia malah duduk tepat di sampingku. Kalau seperti ini bagaimana bisa aku menggambar? Berada di sampingnya membuat aku semakin gugup.
"Lo suka gambar ya?"
Tanpa menoleh aku hanya menganggukkan kepalaku. Aku tidak bisa menatapnya. Jarak yang terlalu dekat ini sangat membuatku sesak.
"Adik gue juga suka gambar."
"Oh ya? Perempuan? Gue mau dong ketemu sama adik Lo."
"Iya dia perempuan. Kalau Lo mau ketemu saja adik gue, nanti pas pulang sekolah Lo ikut gue."
Tawarannya membuatku sedikit terkejut. Pasalnya aku baru saja mengetahui namanya semalam. Dan sekarang dia bahkan mengijinkan ku untuk bertemu dengan adiknya.
Aku langsung menoleh kearahnya.
"Lo serius? Maksud gue, gak hari ini juga. Kalau Lo sibuk, bisa kapan-kapan kok ketemunya."
"Gue juga udah lama enggak ketemu sama dia. Berhubung gue enggak sibuk. Dan kalau Lo mau sih."
"Gue mau kok!"
Aku langsung menjawab dengan antusias. Aku tidak mungkin melewatkan kesempatan ini begitu saja.
Ketemu calon adik ipar sangat membuatku semangat. Aku sangat penasaran secantik apa dia. Kakaknya aja gantengnya luar biasa, apalagi adiknya.
"Ya udah pulang nanti, kita jumpa disini. Gue ke kelas duluan."
Dia menepuk pundak ku dan pergi dari lapangan itu. Aku tidak sabar untuk menemui adiknya itu.
Ingin sekali aku mempercepat waktu, sehingga aku dapat langsung pergi bersama Zafarel.
Aku kembali melanjutkan gambarku. Gambar yang hampir jadi itu sedikit tidak bagus. Tapi aku harus menyelesaikan gambar itu dengan segera. Karena kata bunda apa yang sudah aku lakukan, tidak boleh melakukannya setengah-setengah. Jadi aku harus menyelesaikan nya walaupun gambar itu tidak terlalu bagus.
---
"Lo kenapa sih Ar?"
"Enggak papa."
"Enggak papa apanya. Orang dari tadi Lo kayak orang bego gitu. Dari tadi Lo liatin lapangan terus."
Aku memang dari tadi celingak-celinguk melihat lapangan basket. Aku masih mengontrol apakah Zafarel sudah ada di sana atau belum. Bel pulang sekolah sudah sepuluh menit berlalu. Tapi aku masih belum melihat dia berada di lapangan basket.
Kedua sahabatku sudah bosan menunggui ku. Aku memang meminta mereka berdua untuk menunggui ku. Karena jika Zafarel tidak jadi mengajakku aku akan langsung pulang bersama mereka.
"Lo nungguin dia kan?"
Aku langsung melihat kepada Caca. Aku sedikit terkejut mendengar penuturannya. Tau dari mana dia kalau aku sedang menunggu Zafarel.
Caca tersenyum jahil menatapku. Dia pasti akan menggodaku.
"Tau dari mana Lo?" Yuni juga menatap Caca dengan menyelidik.
"Taulah.. itu orangnya."
Aku langsung menoleh ketika Caca menunjuk seseorang di belakangku. Dapat kulihat dia berjalan dengan tas ransel di satu pundaknya. Dan satu lagi, tangan kanannya yang masuk kedalam kantong celana sampingnya.
Gayanya seperti itu membuat ku ingin langsung menghampirinya dan memeluk erat pinggangnya.
Tapi aku langsung terbangun dari hayalan ku itu.
Dia bukan siapa-siapaku.
---
Hai-hai teman-teman.. akhirnya setelah lama aku enggak update cerita ini.. sekarang aku akan rajin updatenya.. jadi maafkan aku, karena tidak melanjutkan cerita ini.
Jadi jangan lupa kasih bintang, komen dan juga tambahin AbZa ke reading list kalian..
Dan juga jangan lupa follow aku untuk bisa tau cerita aku yang lainnya..
Bye-bye..
Medan, 6 Januari 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
ABZA [END]
Fiksi RemajaArabella menatap Zafarel.. menatap teduhnya pria itu saat dia tertidur. Arabella selalu berharap dia bisa masuk kedalam mimpi pria tersebut. Dia menyentuh hidung mancung Zafarel. Mendekatkan bibirnya ke telinga Zafarel dan membisikan kalimat yang s...